Sikapi Kehadiran Sunda Empire yang Super Heboh, Tokoh & Budayawan Jabar Gulirkan 5 Tuntutan
Algivon – Sebuah pemandangan
tidak lazim muncul di Gedung Indonesia Menggugat (GIM) Jl. Perintis kemerdekaan
No. 5 Kota Bandung, pada Selasa, 28 Januari 2020. Hari itu, ratusan tokoh dan
budayawan Sunda dari berbagai daerah pelosok Jawa Barat dipertemukan dalam forum
‘Gempungan Panundung Liwung’ dalam
konteks Gentraning Jati Katresna, ka
Sarakan Pangandikan Ringkang Urang. Forum ini diprakarsai Robby Maulana
Zulkarnaen, Ketua Umum Sundawani Wirabuana; Godi Suwarna, Satrawan Sunda; Ari
Mulya Subagja, Ketua Majelis Adat Sunda; dan Lucky Djohari Somawilaga dari
unsur Keraton Sumedang Larang.
Tegasnya, forum ini digelar kata para pemerakarsa, menyikapi
maraknya kehadiran Sunda Empire pada awal tahun 2020, yang sebelumnya dipicu
munculnya .Keraton Agung Sejagat di Purworejo, keduanya bikin heboh?!
“Setidaknya ada 5 tuntutan kami, terutama atas munculnya gejala
Sunda Empire di Bandung dan Nusantara. Keberadaannya, sangat meresahkan masyarakat
dan kami mengutuk keras atas munculnya sejumlah pernyataannya yang amat melenceng
dari tata aturan bernegara, dan berbangsa di tingkat nasional, maupun
internasional, malah,” papar Ari Mulya Subagja.
Sementara itu tokoh dan satrawan Sunda Taufik Faturohman
yang selama pertemuan berlangsung, mendedarkan betapa suasana terkini menyangkut
fenomena Sunda Empire, menjadikan sendi-sendi dan nilai luhur warga Sunda serasa
diobok-obok. Taufik, via forum ini menghimbau dan mengingatkan hadirin:
”Kita harus selalu waspada, makanya diadakan gempungan hari
ini. Tujuannya, agar kita memiliki kesepahaman yang sama. Kita harus selalu
bersatu, gunakan nalar secara sehat dan berimbang.”
324 Sebelum Masehi ?
Pantauan redaksi, gempungan bernuansa khusus ini, tak lain menyikapi
kegalauan warga Sunda atas munculnya info liar tentang sepak terjang pihak yang
mengaku kehebatan dan kedigdayaan Sunda Empire di jagat raya. Karenanya, kata
penyelenggara dibentuklah forum curah pendapat atau opini dari ratusan peserta.
Hasilnya, mayoritas peserta merasa keberatan karena pegiat media massa sering
mengekpose statemen yang tak runtun alias diluar nalar normal.
“Masa, usai muncul Keraton Agung Sejagat di Purworejo, ada ujug-ujug
klaim Sunda Empire telah berdiri sejak 324 SM. Lucunya, membawa masa-masa
kejayaan tokoh dunia Alexander The Great, segala. Malah, satu petingginya Rangga,
tanpa pembuktian yang sah mengaku seluruh pemerintahan di dunia harus daftar
ulang per 15 Agustus tahun ini. Ini konyol membawa organisasi PBB serta NATO di
Eropa. Makanya, harus distop opini menyesatkan yang memalukan dunia,” kata
salah satu peserta di forum curah pendapat di gempungan ini.
Sesudahnya hadir tokoh Sunda Mang Utun yang bernama aseli Dadang Hermawan, dengan mimik
miris, justru ia berterima kasih atas kemunculan Sunda Empire:
”Bayangkan, kalau tidak ada Sunda Empire, saat ini tidak
akan berkumpul dan bersatu di sini, ratusan warga Sunda dari berbagai latar
belakang, tumpah ruah di sini. Saya berterima kasih ke Sunda Empire, telah
mempersatukan kita kembali,” ujar Mang Utun yang menuai reaksi ‘seuri koneng’ dari ratusan peserta
gempungan.
Kembali Mang Utun dengan gaya orasi yang menggelitik dan
memikat, seakan memanfaatkan kekosongan emosi, dengan suara lantang berucap: ”Makanya
jangan diam, padahal Sunda Empire makin ngaco
… mengobok-obok perasaan dan daya nalar kita. Bersikaplah mulai hari ini.”
Uniknya, himbauan Mang Utun sontak memperoleh jawaban dari
para peserta yang tampak bersemangat tinggi:“Hari ini kita buat keputusan,“ jawab
beberapa peserta dengan menunjuk tim untuk merumuskan tindak lanjut gempungan
ini – “Segera, susun tuntutan itu!”
5 Tuntutan itu …
Singkat kisah, akhirnya diperoleh garis besar pernyataan
sikap atau tuntutan itu, ini dia:
1. Selaku ahli waris budaya Sunda menolak keras berdirinya
Sunda Empire, yang membawa nama leluhur Sunda. Sunda Empire sama sekali, tidak
ada hubungannya dengan leluhur, dan kerajaan Sunda sebelumnya.
2. Selaku masyarakat Sunda menuntut, Sunda Empire segera
menghentikan kegiatannya, karena telah membuat keresahan, dan pembohongan
sejarah Sunda.
3. Seluruh masyarakat Sunda siap menjadi garda terdepan
untuk menangkal munculnya kerajaan baru di Jawa Barat, yang tidak ada
hubungannya sebagai ahli waris kerajaan, karena dapat mengganggu ketentraman
masyarakat.
4. Mendukung penuh Polda Jabar untuk menindak tegas
pihak-pihak yang mengatasnamakan Sunda Empire, sesuai aturan hukum yang berlaku
di NKRI.
5. Mendesak kepada media elektronik, cetak, serta media sosial
untuk tidak mengekspose atau memberitakan, serta membesar-besarkan berita
tentang Sunda Empire. Bila hal ini dilakukan akan membuat masyarakat Sunda dan
rakyat Indonesia umunya, menjadi resah.
“Nah, itu hasil gempungan masyarakat Sunda hari ini. Ini
akan kita tindaklanjuti, kemungkinan lainnya. Forum ini akan melakukan audiensi
atau semacam pertemuan khusus dengan Gubernur Jabar atau pihak terkait lainnya,“
jelas Andri Kartaprawira dari pihak panitia Gempungan.
Terpisah, budayawan Sunda Memet Harlan Hamdan yang sempat
hadiri di gempungan ini, sebagai Pengamat Sosial, kepada redaksi secara gamblang
bahwa pemunculan Sunda Empire, menurutnya telah menyebarkan kebohongan publik
yang menyesatkan:
“Seenaknya, klaim PBB dan NATO dibentuk di Bandung. Ini
sesat, amat kental berunsur pembodohan. Segera ini, harus dihentikan! Ocehan
busuknya, sangat mengganggu ketentraman hidup masyarakat, pihak berwajib mohon segeralah
bertindak, kemarahan warga sudah membuncah …” pungkasnya penuh harap. (Harri Safiari)
Sikapi Kehadiran Sunda Empire yang Super Heboh, Tokoh & Budayawan Jabar Gulirkan 5 Tuntutan
Reviewed by Harri Safiari
on
09.56
Rating:
Tidak ada komentar