ALASKA Soroti Mahalnya Proyek Cetak Sawah ala Kementan & TNI AD – Anggaran Trilunan Rupiah Tanpa Lelang
Ilustrasi - Kementan Targetkan Cetak Sawah Baru (ekbis.sindonews.com)
Algivon -- Kementerian Pertanian
(Kementan) nyaris ‘tanpa suara’ alias diam-diam punya proyek besar. Nama kerennya
proyeknya mencetak sawah, atau moderasinya perluasan sawah. Alkisah, kegiatan besar
ini dibiayai dalam bentuk dana tugas perbantuan yang bersumber dari APBN.
Realisasi proyek mencetak sawah ini, kabarnya melibatkan instansi
militer. Bentuknya, kerjasama antara menteri pertanian dengan kepala staf TNI
AD, juga dengan Panglima TNI. Arkian, adanya bentuk kerjasama ini:”Proyek
mencetak sawah tidak melalui sistem
lelang,” kata Adri Zulpatio (11/8/2020) di Jakarta selaku Koordinator ALASKA
(Aliansi Lembaga Analisis Kebijakan dan Anggaran); Lembaga CBA; dan Lembaga
Kaki Publik, yang rilisnya dikirim ke kantor redaksi.
Lebih lanjut menurut Koordinator ALASKA ini, meski beranggaran
besar, kementan tetap tidak mau melakukan lelang. Sudah barang tentu, ini memperlihatkan
ada keanehan. Boleh dikata, diduga kuat pihak kementan tidak begitu percaya
dengan kinerja perusahaan swasta. Lazimnya, perusahaan swasta tatkala menang
lelang, kerap melakukan subkontraktor, layaknya yang dilakukan BUMN. Atau
proyek yang sudah dimenangkan biasanya dijual atau dikerjakan oleh perusahaan
lain.
Dugaan, pihak kementan berniat melakukan by pass atas banyak
peraturan. Salah satunya, menghindari lelang agar bisa melewati hukum seperti
peraturan pengadaan barang dan jasa. Bila cetak sawah melalui peraturan seperti
di atas, prosesnya berliku dan lama - bisa bisa tidak bakal selesai sesuai target
yang direncanakan dalam satu tahun.
Lebih
Murah?
Bisa juga penyebab lain tidak melalui lelang maupun tidak
melibatkan pihak perusahaan swasta lantaran biaya per hektar terlalu mahal.
Konon satu hektar bisa mencapai Rp.30 juta. Sedangkan pihak militer berani
menyodorkan tawaran biaya untuk satu hektar untuk provinsi di wilayah Barat
sebesar Rp.16 juta, dan untuk provinsi wilayah timur sebesar Rp.19 juta.
Diduga kuat dengan alasan harga lebih murah, pihak kementan
langsung kepincut dan menjalin kerjasama dengan TNI AD, bentuknya swakelola.
Selain itu, kerjasama swakelola ini pun akan memanfaatkan kemampuan teknis
sumber daya manusia TNI, seperti pada level Kodam, dan kesatuan Zeni. Pun akan
dibantu, dan didukung kepala dinas pertanian provinsi, dan kabupaten.
Masih kata ALASKA proyek mencetak sawah ini telah
dilaksanakan di 28 Provinsi. Anggaran yang sudah dipakai sebesar Rp.337.7
miliar untuk tahun 2015. Sedangkan untuk tahun 2016, anggarannya sudah menghabiskan
sekitar Rp.2 Triliun, dan pada tahun 2017, sudah habis juga anggaran sebesar
Rp.1 Triliun – “Dahsyat, dan boljug (boleh juga) tuh? imbuh Adri Zulpatio.
Meskipun proyek mencetak sawah sudah menghabiskan sampai
trilun triliunan. Tetap saja, proyek perluasan sawah yang dikerjakan oleh TNI
AD lebih menekankan pada target luasan, bukan kesiapan lahan untuk diolah oleh
calon petani.
Hal tersebut mengakibatkan lahan tidak siap pakai untuk
dijadikan persawahan. Karena perluasan sawah hanya bagian tertentu yang
tercetak lahan sawah, yang ditandai dengan lahan yang berpetak-petak. Sedangkan
mayoritas lahan tidak menunjukan adanya sawah baru yang tercetak.
Selain itu, proyek mencetak sawah ini bisa dibilang asal
asalan. Kegiatan mencetak sawah tidak melakukan pengujian atas tanah yang akan
digunakan. Hanya melihat berdasarkan visual pada gambar peta yang disediakan
oleh dinas tata ruang terkait. Sehingga hutan lindung juga akan terkena atau
saling tumpang tindih pada lokasi percetakan sawah.
Dan yang paling miris, ‘harus’ sambil goyang goyang kepala
adalah masalah rekruitmen petani. Ternyata calon petani yang direkrut belum
paham, dan punya pengalaman bercocok tanam padi. Karena yang direkrut memang
pekerja berlatar macam macam. Ada Petani, dan ada juga rekrutan yang sehari
hari tidak bermata pencaharian sebagai petani.
Alhasil, proyek mencetak sawah kementerian pertanian ini,
kurang punya rencana kerja yang matang. Pelaksana proyek ini di lapangan
dinilai asal-asalan. Dari sini, sebaiknya aparat penegak hukum berani melakukan
penyelidikan, atas proyek kementerian pertanian ini. Asal tahu saja, harga per hektar
dibanderol sekitar Rp.16 juta, atau Rp.19 juta.
“Ini terlalu mahal, dan jelas-jelas ini ada indikasi kebocoran
anggaran negara,” tutup Adri Zulpatio. (Rls/Harri Safiari)
ALASKA Soroti Mahalnya Proyek Cetak Sawah ala Kementan & TNI AD – Anggaran Trilunan Rupiah Tanpa Lelang
Reviewed by Harri Safiari
on
17.29
Rating:
Tidak ada komentar