Adri Zulpianto, Koord ALASKA, Airlangga Sebut Pemodal Demo Omni Bus Law : Tambah Rusuh Lho?!
Menurut Adri Zulpianto, Koordinator Aliansi Lembaga Analisis
Kebijakan dan Anggaran (ALASKA) Lembaga CBA, dan Lembaga Kaki Publik, kepada
redaksi per 8 Oktober 2020:
”Dari pernyataan ini dikhawatirkan, akan menjadi tambahan
bahan pembakar semangat para demonstran yang menuntut keadilan di negaranya
sendiri”.
Demontrasi yang pecah di berbagai daerah, tersebab disahkannya
Omnibus law di nilai banyak kalangan, mulai analis, akademisi perguruan tinggi,
bahkan pengamat pun para ahli, menilai ini akan berpotensi merugikan masyarakat.
“Melanggar HAM, bahkan dinilai hanya menguntungkan pihak asing dan berbau
oligarki,” tambah Adri Zulpianto.
Menurutnya pula, mejadi wajar apabila lapisan lapisan
masyarakat turun ke jalan untuk menuntut keadilan, karena gagalnya Dewan
Perwakilan Rakyat menampung suara dan aspirasi masyarakat, sehingga masyarakat berpotensi
menjadi korban dari kegagalan UU yang pengesahannya juga tidak mengikuti
prosedur hukum.
Lebih lanjut kata Adri, Airlangga sebagai representasi pemerintah,
seharusnya menjadi penetralisir situasi, mengademkan suasana:”Bukan malah
menambah kegaduhan dengan menyebut telah mengetahui siapa yang membiayai demo
penolakan omnibus law.”
Maka dari itu, kami menuntut Airlangga terbuka untuk
menyebutkan siapa yang telah membiayai demo tersebut, agar kita mengetahui
siapa yang menjadi sebab dari setiap darah yang bertumpahan hari ini di setiap
daerah.
Simpulannya, ALASKA kepada Airlangga yang secara nyata, dirinya
mengetahui oknum pemodal dari demonstran yang terjadi hari ini! Harus secara
terbuka untuk menyebutkan nama, baik secara kelompok, maupun individu yang
secara terang-terangan diketahui dan dilontarkan oleh dirinya.
“Ini zaman keterbukaan informasi, ini era transparansi, sepatutnya
Airlangga sebagai menteri aktif, terbuka kepada publik. Guna meminimalisir
fitnah yang liar, hoax, dan konflik serta kegaduhan yang semakin bertambah
parah!,” lanjut Adri Zulpianto sambil menambahkan – “Jika tidak, Airlangga
harus mundur dari bangku kementerian, karena gagal menjadi pejabat negara yang
taat kepada huku. Bisa tambah rusuh, lho?!” (Rls/Harri Safiari)
Tidak ada komentar