Dekan FPIK Unpad, Sektor Kelautan & Perikanan Indonesia, Potensinya: 'Belum Tergali ...'
Yudi Nurul Ihsan - Mari bersama menggali potensi kemaritiman dan perikanan kita ...
Algivon – Tokoh the
rising sun from Tatar Sunda atawa Tanah Parahyangan ini, Dekan Fakutas Perikanan dan Ilmu Kemaritiman, Unpad bernama lengkap Dr. sc. agr Yudi Nurul
Ihsan, S.Pi.,M.Si, melakukan temu wicara dengan sejumlah awak media di Gedung
UTC Unpad Jln Ir H Djuanda No 4 Bandung Selasa (1/12/2020). Topik utama
pembicaraannya menyoal seputar – Bagaimana membangun industri perikanan yang tangguh.
Barang tentu topik hot ini sengaja atau tidak, tak ada hubungan langsung dengan munculnya
drama kejutan OTT KPK di Bandara Soetta yang menimpa mantan Mentri KKP Edhy
Prabowo bersama enam personl lainnya. Konon drama kejutan ini itu terjadi pada 25 November 2020 lalu. Alhasil, cuplikan
obrolan santai yang menurut para pemerhati kekinian, Kesimpulannya - ini obrolan
materinya, daging semua !
Menurut Yudi Nurul Ihsan, sedikitnya ada 5 elemen penentu maju-mundurnya sektor perikanan dan kelautan, disebutnya sebagai pentahelix. 5 unsur pemerintah, perguruan tinggi, masyarakat, industri, dan media, harus duduk satu meja. “Mereka ini mengelola kemaritiman kita secara profesional, Insya Allah rakyat sejahtera dan Indonesia maju,” papar Yudi Nurul Ihsan sambil menambahkan –“Selama ini potensi laut Indonesia, sangat melimpah namun salah kelola.”
Menurutnya, kapal-kapal besar yang ditenggelamkan KKP saat dipimpin Susi Pudjiastuti, bisa dimanfaatkan untuk tempat produksi ikan kemasan. “Ini seperti yang dilakukan nelayan di Jepang, daripada jadi bangkai yang tidak terurus, lagi pula merusak lingkungan.”
Dalam hal industri pengolahan ikan pun, Yudi mengingatkan akan trend dari frozen food, masakan yang siap saji, dipercaya dan terbukti ikan itu memiliki nilai gizi tinggi, serta dapat menambah imunitas, maupun kecerdasan,” ujar Yudi dengan menambahkan – “Andai kita sudah bisa mendata kemampuan produksi ikan dari perikanan tangkap, dan perikanan budidaya, di siniah Indonesia bisa menghitung kesiapan industri pengolahan ikan. Sebesar apa, idealnya di mana, kapan, atau bisa terwujud berkat link-link tertentu?”
Demi mengecek asumsi kebutuhan ikan yang ‘tak ada habisnya’ “Produk-produk
pangan dari Indonesia begitu masuk Jepang langsung habis diserap pasar. Kasus
ini terjadi di produk udang,” ujarnya dengan penjelasan – “Ada perusahaan besar
di Indonesia, sampai tidak punya produk untuk dijual di dalam negeri. Ini
terjadi, karena untuk ekspor saja masih kekurangan bahan baku. Begitu produk
itu masuk ke Jepang langsung habis karena memang berkualitas tinggi.”
Hingga tahap ini, Yudi menyatakan jika Indonesia sudah punya bahan baku cukup kuat dari perikanan budidaya dan perikanan tangkap, industri pengolahan ikan pun akan berkembang pesat. “Sayangnya, selama ini kita tidak membangun industri perikanan. Malah cenderung menjual barang mentah, bahan baku, kemudian mengolahnya di luar negeri,” imbuh Yudi dengan nada sesal.
Alhasil, jika kita punya sistem logistik yang baik ikan tidak mudah busuk. Kuncinya, memiliki sistem logistic, dan penyiapan sarana, serta prasarana terpadu, seperti mesin ABF (Air Blast Freezer), pembeku ikan dan chest freezer – dan tentu saja penyimpan ikan yang memadai.
Alhasil, sebagai akademisi Yudi menyarankan, pemerintah harus menyiapkan program pemulihan ekonomi dari sektor perikanan. Program itu berdasarkan pada distribusi kesejahteraan yang merata, dan program yang bisa menjaga keberlanjutan sumber daya alam: “Ini saja diperkuat, niscaya industri perikanan akan maju.”
Ydi Nurul Ihsan - Beberaa yang luar biasa dari kemaritiman dan perikanan kita, potensinya masih belum tergali, ada masa depan frosen food, lobster itu hanya sebagian kecil dari potenai yang belum digarap penuh ...
Menyinggung keberadaan industri perikanan di Wilayah Timur Indonesia, diakui belumlah kuat meski potensi baharinya sangat hebat. Untuk itu Yudi juga mengusulkan kepada pemerintah, membangun industri perikanan tangkap, dan membangun tempat penyimpanan ikan yang besar serta terpadu, lalu bekerjasama dengan industri besar dan nelayan kecil.
Pesan ini kata Yudi, seperti mengingatkan pada guru di bidang kelautan dan erikanan saah satunya mendiang Ir. Muhamad Husen 'Husen Lauk' yang dikenal masyarakat pada paruh 2000-an sebagai kolumnis dan tokoh MAI (Masyarakat Aquacultur Indonesia - Jabar).
“Tak lupa di Wlayah Timur Indonesia juga di bagian baratnya, pengembangan industry perikanan yang modern dan ramah lingkungan, bisa disandingkan dengan dunia kepariwisataan. Hal inilah yang belum kita garap secara serius,” paparnya yang berdasarkan berita yang semakin kuat di lapangan, dirinya digadang-gadang oleh banyak tokoh di Jabar salah satunya Eka Santosa - menduduki pos mentri KKP yang kini masih diisi secara Ad Interim oleh Luhut Binsar Pandjaitan selaku Menko Bidang Kemaritiman & Investasi. (Harri Safiari/Handry NY)
Tidak ada komentar