Eka Santosa, Review Sukses Petahana di Pilkada Jabar 2020, Eits Kembalilah ke UUD '45
Algivon -- Perhelatan demokrasi
berupa Pilkada Serentak Jabar 2020 pada 9 Desember ini telah usai, aneka analisis dan prediksi sempat
didedarkan oleh para pengamat, lazimlah ada yang tepat namun tidak sedikit yang
memunculkan kejutan menarik, di antaranya.
Adalah dari 8 daerah (Kabupaten Bandung, Karawang, Sukabumi,
Cianjur, Tasikmalaya, Pangandaran, Indramayu, dan Kota depok), yang sempat disampaikan
analisa dan prediksinya oleh politisi senior Eka Santosa sekaligus tokoh Jabar,
ternyata menuai banyak acungkan jempol, karena ramalannya yang disampaikan Eka sehari
sebelum pencoblosan (8/12/2020), nyaris
mendekati yang diuraikannya.
Pria yang pernah menjabat Ketua DPRD Jawa Barat dan Anggota
DPR RI, pada Kamis, 10 Desember 2020, sehari usai hajat besar Pilkada 2020
(9/12/2020) di kediamannya di Kawasan Alam Santosa di Pasir Impun, Cimenyan,
Kabupaten Bandung, kembali me-review sekaligus mengemukakan analisa dan prospek
lanjutan atas pilihan warga Jabar itu – ke depannya akan bagaimana konstalasi para
pemimpin dengan rakyatnya, berikut partai pendukung maupun pengusungnya dalam
konteks meningkatkan tingkat kesejahteraan, akan bagaimana pula keseimbangan politik
lanjutannya?
Eka Santosa pada Kamis itu, perihal prediksi pencoblosan ternyata cukup
akurat, enam daerah dimenangkan oleh Petahana dan dua daerah oleh kalangan artis.
“Kabupaten Bandung sendiri pemenangnya, sejatinya DS (Dadang Supriatna) adalah kader
Golkar. Namun dari semua fakta yang terjadi, ada hal yang menarik, di mana
Partai Gerindra yang nota bene adalah pemenang pemilu legislatif di Jabar,
ternyata tidak mampu berbuat banyak untuk meloloskan kadernya atau yang mereka
usung,” kata Eka dengan memberi permisalan – “Partai Gerindra di Tasikmalaya
tidak mampu memenangkan konstelasi politik lima tahunan. Sayang sekali, tidak
mampu memanfaatkan kepercayaan rakyat padahal mereka berjaya di pemilu lalu.”
Masih kata Eka, justru fakta berbeda dialami oleh PKS, walaupun mereka tidak memiliki kader yang
diusung namun, andil PKS sangat besar
terhadap pemenang Pilkada hal tersebut disebabkan pemilih PKS memiliki
militansi yang tinggi dan baik: “Ini yang membuat mereka berjaya di Pilkada
Jabar kali ini.”
Sementara itu Golkar sesuai prediksi minimal berjaya di dua
daerah yakni Sukabumi dan Cianjur, Golkar berperanan dalam kemenangan Herman
Suherman dan TB Mulyana Syahrudin.
Selanjutnya untuk PDIP tadinya saya menghitung tiga ya,
namun ini sepertinya kansnya dua , PDIP menurut saya menunjukan jatidirinya
yang struggle dan saya melihat adanya militansi yang kuat dari kader PDIP,
khusus untuk Pilkada Kabupaten Bandung, di mana kehadiran Yena Iskandar Masoem:
“Ini bagian dari pembelajaran, anggaplah ini sebagai kemenangan yang
tertunda," ucapnya.
Untuk Demokrat sendiri menurut Eka, dapat kita lihat
Karawang mereka menang secara significant: “Kita tahu Partai Demokrat pada
tahun 2004 dan 2009 pernah merajai partai politik di Jabar, paparnya.
Intinya, masih kata Eka pada Pilkada tahun 2020 ini di Jabar
faktor ketokohan atau kekuatan figur dari Paslon sangatlah berperanan dalam
menentukan kemenangan," pungkasnya
sambil mewanti-wanti dirinya mengingatkan pada system pemilihan pimpinan daerah
ala yang terakhir ini setelah reformasi 1998 masuk pada perangkap demokrasi
yang kebablasan.
Eits, Kembali ke UUD’45
Eka Santosa - Kembalilah ke UUD '45 (Foto Isur Suryana)
Cukup panang Eka menimbang-nimbang mudharat dan manfaatnya
meneruskan ‘demokrasi yang kebablasan’ ini:”Demokrasinyang cocok sesuai
keinginan founding father kita yang berdasarkan musyawarah mufakat ‘Sila ke-4
Pancasila’. Yang sekarang ini, terlalu high cost dan penuh unsur pragmatism,
juga rentan memecah-belah di kalangan masyarakat.”
Intinya lagi, masih kata Eka yang dirinya tak takut disebut
tidak populis karena sering menyuarakan ‘kembali ke UUD’45’, justru kini merasakan
ada pihak tertentu yang merasa senang, dan diuntungkan bila sistem yang terlanjur ‘porak-poranda’, ini terus berjalan –
“Makanya, suara suara yang menginginkan kembali ke UUD ’45, sering dicibir
tetapi tanya coba lebih dalam pihak TNI dan Polri serta kekuatan besar lainnya,
mereka banyak yang merindukannya. Saya malah percaya yang terakhir ini cocok
untuk warga Indonesia. Kita kan bukan seperti bangsa yang berdemokrasi
barat atau Amerika sana…,”
tutupnya. (Harri Safiari/Edi)
Tidak ada komentar