Industri Perikanan Tangguh ala Yudi Nurul Ihsan, Dekan FPIK Unpad - Seperti Apa?
Algivon – Ditengah gonjang-ganjing dunia perikanan kita, tersebab gebrakan komisi anti rasuah KPK, salah satu puncaknya pada Rabu, 25 November di Bandara Soetta mencokok Menteri KKP, Edhy Prabowo terkait dugaan kongkaling ekspor benur, Nah, ini dari Bandung Dekan FPIK Unpad Dr. sc. agr. Yudi Nurul Ihsan, S.Pi., M.Si., yang dikenal cukup dekat dengan kalangan pegiat media, kembali angkat bicara.
“Paling awal duka cita untuk dunia perikanan kita, wajib saya
sampaikan. Namun, saya percaya dan optimis, dari peristiwa yang menyesakkan
dada bangsa Indonesia, akan muncul pelajaran berharga. Move on-lah segera, sementara
kasus ini tuntas secara hukum. Selanjutnya, kita bisa lebih memandirikan dunia perikanan
kita lebih kuat dan terprogram baik,” ujarnya kala ditemui dalam bingkai acara berthema
Membangun Industri Perikanan yang Tangguh, tempatnya di Gedung UTC Unpad Jl.
Ir. H. Juanda No 4/Sultan Agung (1/12/2020).
“Peraturan Menteri
No.12 Tahun 2020 di zaman Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo yang
menggantikan Peraturan Menteri sebelumnya adalah kebijakan yang progresif.
Penangkapan benih lobster tak akan mengganggu ekosisem dan ekologi di laut”
ungkap Yudi Nurul Ihsan sambil menambahkan – “Namun, harus ada upaya membangun
infrasutruktur budidaya lobster di dalam negeri!”
Memperkuat pendapat Yudi Nurul Ihsan yang selama di Gedung
UTC Unpad disaat jeda bersama para pewarta, menyatakan hari ini adalah ulang
tahunnya, ”Tapi takkan bilang-bilang yang ke berapa?”, ujarnya yang diketahui
para pewarta Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad ini kelahiran
tahun 1975, lanjutnya demi membangun industri perikanan nasional yang tangguh:
“Bila perlu kita sudah punya Uncang-Undang Cipta Kerja yang salah
satunya membuat kemudahan di sektor investasi dunia perikanan, undanglah investor
Vietnam untuk melakukan budidaya lobster di dalam negeri. Yakin, mereka mau,”
ujar Yudi.
Ditanya, mengapa selama ini dunia perikanan kita, khususnya
budidaya lobster sepertinya – koq terpuruk banget? Malah kenapa Vietnam yang
dulunya pernah belajar dari Indonesia soal budidaya perikanan begitu maju
secara ekonomi, utamanya?
Menjawab pertanyaan ini:”Karena selama 5 tahun terakhir,
kita tidak mengarah ke sana (tidak ada road map yang jelas- red). Tidak ada
perhatian dari KKP, katakanlah seperti itu. Padahal itu, kunci sektor perikanan,”
ujarnya dengan mengilustrasikan Australia adalah negara yang berhasil menggali
potensi kelautannya dengan cukup baik, selain Vietnam yang memiliki pasar yang
jelas dan besar ke negeri China, dengan catatan – “Benur lobster Vietnam itu
80% dari kita (Indonesia), dulu itu caranya melalui selundupan!”
Lebih jauh kata Yudi yang selalu penuh harapan, pemerintah ke
depan harus lebih fokus membangun sektor perikanan, “Seperti Vietnam, malah pernah
menjadi pengekspor ikan nila terbesar di dunia, karena mereka fokus.”
Sesudahnya redaksi, selesai sesi pertemuan ini redaksi
mengontak tokoh Jawa Barat Eka Santosa, ternyata kembali merekomendasikan:”Siapa
tahu bisa bersaing secara sehat, menggantikan Pak Edhy Prabowo yang kursinya
kini diisi secara Ad Interim oleh Pak LPB (Menko Bidang Kemaritiman &
Investasi). Yakinlah Pak Jokowi sedang mempertimbangkan secara matang the rising star from Tatar Parahyangan
ini,” kata Eka Santosa dari seberang telepon sambil menambahkan –“Berangkat
dari terori dan dunia akademis, banyak gagasannya sudah terbukti untuk keberhasilan
budidaya ikan di Pangandaran, itu contoh kecilnya. Ini bisa diterapkan se
Indonesia.”
Perikanan
Tangguh itu …
Kembai ke Yudi yang kini mulai ramai digadang-gadang bersama
mantan Mentri KKP sebelumnya Susi Pudjiastuti, dan Sandiaga Uno masuk ke bursa pengganti
Edhy Prabowo, yang spekulasinya menurut para pengamat politik – bisa saja
diselipkan saat ada reshuffle kabinet dalam waktu dekat:
“Bayangkan potensi perekonomian perikanan kita, bsa 3 atau 4
kali APBN. Garapannya, mulai udang jenis ikan pelagis, sektor penangkapan
(tangkap), industri pengolahan, dan ke depan menguat ke frozen food yang sangat
menjanjikan,” ujarnya dengan menguraikan alasan selama ini karena kita – “Kerap
masih memunggungi laut, terlalu banyak mengandalkan sumber daya di darat.
Padahal di darat semakin lama semakin berkurang. Laut selama ini kita lupakan, justru
potensi besar kita ada di laut.”
Yudi Nurul Ihsan - 'Prospek pangan kita dan dunia ke froszen food. Semua itu ada, kita punya berlimpah di dunia maritim kita'
Berbicara soal lobster (benur bening) yang menurut perkiraannya di perairan kita setiap tahun ada sekitar 4 milyar, kata Yudi bila 25% dari lobster karunia alam yang terperangkap secara alami di perairan Indonesia dibudidayakan:
“Rata-rata harga seekor benur itu Rp. 10 ribu X 1 miliar ekor sama dengan Rp. 10 triliun
dari benur saja. Apalagi bila kita membesarkannya dengan survival rate hingga di atas 60% (seperti Vietnam). Maka perputaran
ekonomi itu bisa 1 M benur X 60% lalu dikali harga lobster yang rata-rata bisa
mencapai antara Rp. 500 ribu dan Rp 1 juta. Bayangkanlah ada perputaran ekonomi
yang sangat besar, berkali-kali dari APBN kita, dan ini adalah salah satu
sumber devisa yang selama ini ‘tidur’ atau jarang diperhatikan negara. Optimislah,
bila dikelola dengan benar industri perikanan kita akan berprospek cerah dan tangguh,
tentunya.”
Menyinggung, geliat dunia perikanan sejatinya adalah kunci
pemulihan ekonomi Indonesia, terutama menghadapi pandemi Covid-19, Yudi Nurul
Ihsan, kembali mengunci, bila dibandingkan prospeknya dengan potensi di daratan:
“Perikanan tangkap yakni hari ini nelayan pergi ke laut, hari itu juga nelayan
mendapat ikan. Hari ini nelayan menjual ikan, dan hari itu pula nelayan
mendapatkan nilai ekonomi,” paparnya sambil menambahkan – Memang perlu ada political will, khususnya anggaran lebih
besar tercurah untuk dunia perikanan, jangan seperti sekarang yang hanya
sekitar Rp. 6 triliun per tahun. Malah katanya, ada sekitar Rp. 8 triliun yang
dikembalikan oleh Menteru KKP yang dulu. Ini aneh saja, jadinya.”
“Maka untuk pemulihan ekonomi yang cepat, kita harus dorong
industri perikanan tangkap segera mungkin, artinya pelabuhan di Indonesia harus
dilengkapi sarana yang baik, lalu dikelola dengan sistem intiplasma, jadi kita
dorong Nelayan kecil untuk menangkap ikan, kemudian ada industri besar yang
siap menampung hasil tangakapan nelayan kecil,” tegas Yudi Nurul Ihsan, “Ini
adalah pendekatan model ekonomi kerakyatan yang harus dikembangkan, karena 70
persen Nelayan di Indonesia merupakan nelayan kecil,” ungkapnya, sambil tak
lupa ke depan dunia pangan kita beraih frozen food yang semakin menjanjikan. (Harri Safiari)
Tidak ada komentar