Meresapi Apa Kata Relawan: Vaksin dan 3M Percepat Pemulihan Kehidupan
Algivon -- Kabar paling anyar dan fresh dari Komite
Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), pada Jumat, 4
Desember 2020 marilah kita dengar dan resapi suka duka panggilan hidup dari
para sukarelawan. Ya, sukarelawan kini disingkat relawan, adalah mereka yang melakukan sesuatu dengan sukarela tanpa
ada kewajiban atau pemaksaan, serta
mengharapkan imbalan atau penghargaan. Para relawan bertindak karena
bersimpati demi meringankan masalah sosial di sekitarnya. Di masa pandemi
COVID-19, relawan turut berperan, tidak hanya relawan di bidang kesehatan, tapi
juga relawan yang bergerak di bidang ekonomi,
dan sosial. Perannya, amat penting dalam membantu dan meringankan
kesulitan, mengingat pandemi telah
berdampak luas ke segala sendi kehidupan masyarakat.
Ini salah satu kisahnya, pada bulan April 2020, terbersit
keinginan dr. Aulia Giffarinnisa untuk terjun langsung membantu sesama rekan tenaga kesehatan, yang
berjuang menangani pasien COVID-19.
“Keputusan jadi relawan itu sudah ada sejak April. Saya
sebelumnya bertugas di Rumah Sakit Umum
Daerah di Sulawesi Selatan. Hati saya ingin berkontribusi, tidak bisa hanya diam
di rumah saja. Akhirnya pada Agustus
orang tua merestui keinginan saya, setelah sejak April saya meminta restu. Saya mulai bertugas di Rumah
Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet pada bulan September”, ujarnya pada
acara Dialog Produktif menyambut Hari Sukarelawan Internasional, yang bertema “Berbakti untuk
Kemanusiaan Tanpa Pamrih”, yang
diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi
Nasional (KPCPEN), Jumat (04/12).
Sejatinya menangani pasien COVID-19 bukan hal mudah, tenaga
kesehatan seperti dr. Aulia harus terus
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) selama 8 jam. Apalagi dr. Aulia bertugas
di HCU (High Care Unit) yang merawat
pasien COVID-19 dengan kondisi, memerlukan perhatian khusus. Bekerja dalam suasana pengap, dan
menahan haus, serta lapar sudah menjadi risiko pekerjaannya, “Kami bekerja bergiliran selama delapan jam.
Biasanya dari pukul enam pagi sampai jam dua
siang. Tapi karena memakai APD kita mulai persiapan dari jam 5 pagi, dan
harus puasa selama delapan jam itu,
karena kita tidak melepaskan APD bahkan untuk ke toilet. Kalau kita minum
pasti ingin ke toilet”, terangnya.
#JurnalisBergerak
Lainnya, ada kisah inspiratif dari relawan Yusrin Zata Lini,
Anggota Relawan Jurnalis Bergerak (RJB).
Ia dan rekan-rekan jurnalis lainnya menginisiasi gerakan sosial, membantu kesulitan ekonomi para pekerja lepas harian.
“Masih banyak teman-teman kita di luar sana yang harus bekerja berjibaku di jalanan untuk
mendapat pendapatan harian. Selain pendapatan
mereka tergerus, tidak memiliki informasi cukup mengenai COVID-19
sehingga cenderung tidak peduli, mereka
lebih khawatir dengan anak mereka nanti makan apa daripada virus yang
tidak tampak ini”, terangnya.
Berangkat dari kegelisahan tersebut, Yusrin Zata menggalang
donasi dengan sasaran penerima pekerja
lepas harian, “Setidaknya menolong kehidupan mereka yang masih harus bekerja
di jalanan ini selama satu atau dua
minggu ke depan. Kita memberikan bantuan-bantuan ini dalam bentuk sembako, masker, hand sanitizer, dan
flyer edukasi terkait COVID-19”.
Gerakan sosial #JurnalisBergerak mulai mengumpulkan donasi
melalui platform digital benihbaik.com,
dengan target Rp100 juta, “Meski kita mengatas namakan jurnalis, tapi
semua orang boleh membantu. Setidaknya
kita menjadi wadah untuk masyarakat umum yang ingin berkontribusi. Penerimanya adalah pekerja non
formal seperti tukang ojek, pemulung, pedagang
kecil, sopir angkutan umum, dan masyarakat terdampak lainnya. Dalam
waktu satu bulan, telah terkumpul Rp106
juta dari 339 donatur. Kemudian dana ini kita salurkan ke 600 penerima
manfaat yang disalurkan ke 5 wilayah
administrasi DKI Jakarta, dan ternyata masih lebih, sehingga kami membuka lagi penyaluran paket bantuan ke
masyarakat berdasarkan rekomendasi, baik oleh perorangan maupun komunitas
seperti ke para guru honorer dan tukang pijat tuna netra”, ungkapnya.
Relawan seperti dr. Aulia dan Yusrin Zata juga menyampaikan
harapannya kepada upaya Pemerintah untuk
pengadaan vaksin. “Harapan aku dengan vaksin COVID-19 ini inginnya cepat didistribusi. Saat ini setahu saya vaksin
sudah dalam uji klinik fase III, kalau Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) mengizinkan,
saya ingin vaksin lebih cepat didistribusikan”,
ujar dr. Aulia.
Senada dengan dr. Aulia, Yusrin Zata juga menginginkan
vaksin didistribusi secepatnya, “Ketika
lebih cepat vaksin masuk ke Indonesia, lebih cepat juga nantinya
membantu memulihkan kehidupan masyarakat
dalam mencari pekerjaan dan kehidupan sosialnya. Hadirnya vaksin COVID-19 ini nanti jadi harapan agar
kehidupan sosial bisa kembali normal”.
Selama menunggu kedatangan vaksin, dr Aulia juga berpesan,
“Jangan berfikir bahwa kebaikan itu
harus besar, tapi minimal dari orang-orang terdekat kita dengan cara mencegah penularan lewat 3M (Menggunakan masker, Mencuci tangan,
dan Menjaga jarak). Dengan bersama-sama
seperti itu, akan membantu tenaga kesehatan seperti kami untuk mencegah
dan mengembalikan kehidupan normal
seperti dulu lagi”.
“Untuk masyarakat yang masih bekerja di luar rumah, jangan
abaikan protokol Kesehatan 3M, dengan
menerapkan protokol 3M ini tidak hanya melindungi diri tapi juga orang di
sekitar kita. Jangan sampai kita menyusahkan
orang lain apalagi tenaga kesehatan yang sudah berjuang, jangan sampai kita menyia-nyiakan perjuangan
mereka”, tutup Yusrin Zata. (Rls/Harri Safiari)
Tidak ada komentar