Pandemi Covid-19 Bukan Halangan Seniman Berkarya: SOAFest ke ‘Pentas Dunia’
Algivon – Syahdan para seniman
di Jawa Barat dan Bandung di tengah deru pandemi Covid-19 yang tak kunjung
usai, tak menyerah malah kerap ingin mementaskan karyanya, di antaranya ke
pentas nasional maupun mancanegara. Adalah Nusa Biru Abadi (NBA) Organizer
Bandung, berikut kolega-nya ECB (Ethnic Creative Base) Bandung, dan Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan atawa Disparbud, menghelat secara virtual alias nir raba atawa
mengawang-awang melalui official YouTube Channel SOAFest ID - Synchronic Art
Festival (SOAFest) pada Sabtu, 20 Desember 2020 (DISPARBUD Jabar @diparbudjabar
dan BUDAYA JABAR @budayajabar).
Dra. Febiyani, M.Pd, Kabid Kebudayaan Disparbud Provinsi
Jawa Barat (Jabar) kembali mengutarakan, provinsinya punya 3 wilayah budaya
yang khas :”Ada nuansa Melayu, Betawi, Sunda – Priangan, dan Cirebon Dermayu.
Masing-masing punya keunikan tersendiri. Ini potensi besar di Jawa Barat.”
Febiyani amat percaya, melalui konsep penthahelix
(pemerintah, masyarakat, akademisi, pengusaha, dan media – red.) bukan tak mungkin Jabar akan menjadi provinsi
yang menonjol di Nusantara:”Kehadiran SOAFest ini atas kerjasama Disparbud
Jabar dengan NBA Organizer, dan komunitas ECB, boleh dibilang sebagai tonggak
baru dalam pengembangan budaya dan seni di Jabar. Mari kita bersinergi di wadah
ini.”
Siapa takut, musik tradisi Sunda maju ke pentas dunia ! (dok/SOAFest)
Pentas Dunia
Pada pihak lain, musisi dan akademisi Dr. Mohamad Rudiana,
S.Sen., M.SN menyatakan justru fenomena pandemi atawa pageblug Covid-19 yang tak tahu kapan akan berakhir,
harus menjadi momentum:
“Dalam Situasi dan kondisi seperti ini, bagaimana caranya
kita bisa mengglobalkan musik tradisi agar bisa dinikmati bukan hanya di
lingkungan sendiri, istilah bahasa Sunda, tidak jago kendang,” ujarnya dengan
menambahkan –“Musik tradisional bisa diapresiasi oleh siapapun bukan hanya di Indonesia, juga Dunia!”
Lainnya, praktisi event organizer, Ir Reza Pamungkas menyatakan
dalam hal event virtual yang kini menjadi trend pertunjukan,”Apa pun bentuknya,
kualitas harus terjaga. Ya, tidak boleh asal-asalan. Kalau perlu berkelas
dunia, sekalian jangan tanggung.”
Terpisah, Koordinator
Promosi SOAFest, Yemi menuturkan “Helatan ini merupakan sinkronisasi festival
seni budaya yang di antaranya Disparbud Jabar. Tujuannya, terjadi penyelarasan
karya seni suara, music, tara, rupa, dan teater dalam nuansa apresiasi
keragaman karya kreatif secara kekinian.”
Lebih jauh kata Yemi SOAFest perdana kali ini, mengusung
konten musik etnik Sunda yang menampilkan Djaya Dwara Percussion,
Saratuspersen, Raya Pro, Ethnoprogressive, dan karawitannesas.
Yang menarik pula dalam tayangan yang kini masih bisa kita klik
dari YouTube, perbincangan seni dan budaya dengan host Galih Gieyang cukup intensif
dibawakan dengan santai oleh seniman tradisi yang sudah melanglang buana Mohamad
Rudiana yang juga ‘nyambi’ sebagai Dosen ISBI (Institut Seni Budaya Indonesia)
Bandung yang jua selaku pendiri Idea Percussion yang kondang itu.
Penampil dialog intensif seputar masa depan seni tradisi menuju
ke pentas dunia, ada Reza Pamungkuas. Reza sebagai praktisi event yang sudah
dikenal kehandalannya, berharap tonggak SOAFest ini harus berkelajutan: “Sayanglah
kalau hanya sampai di sini,” tutupnya. (Harri Safiari)
Tidak ada komentar