Sukses Budidaya Lobster, Mari Kita Kenali Siklus Hidupnya
Algivon -- Ditengah riuh-rendahnya
pemberitaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang melakukan Operasi Tangkap
Tangan (OTT) terhadap Menteri Kelautan dan Perikanan pada tanggal 25 November
2020, diduga terkait ekspor Benih Lobster (BL). Barang tentu, banyak yang
bertanya mengapa BL ingin diekspor? Yang
pertama tentu tingginya permintaan BL dari luar negeri terutama Vietnam, lalu
harga jual yang sangat tinggi, ditambah jumlah BL yang sangat banyak di
Indonesia. Sementara itu, lain halnya ada
sinyalemen yang menyatakan bahwa tingkat kelangsungan hidup (Survival Rate =
SR) yang sangat rendah, bahkan dikatakan, di alam hanya sampai 0.01 %. Belakangan, justru diketahui itu adalah hoax
yang sengaja ditiupkan pihak tertentu agar BL hanya diperuntukan ekspor saja!
Mari kita fakta lain, kita melihat kegiatan budidaya
lobster di Vietnam, yang sangat sukses (SR tinggi). Seharusnya, membuat kita
berfikir, kenapa kita tidak melakukan ATM (Amati Tiru Modifikasi) seperti yang pernah digaungkan
Bapak Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pada tahun 2016? Namun, sebelum ini dilakukan,
ada baiknya kita mengetahui seperti apa siklus hidup lobster laut ini
Lobster biasa disebut udang karang atau udang barong,
dalam klasifikasi hewan merupakan genus Panulirus. Siklus hidupnya dari telur, larva
sampai dewasa yang terdiri atas lima fase: nauplisoma, filosoma, puerulus (postlarva), juvenile (lobster
muda), dan lobster dewasa.
Secara morfologi lobster memiliki tubuh yang
beruas-ruas seperti udang pada umumnya. Tubuh lobster terdiri atas dua bagian
utama yaitu kepala yang disebut cephalotorax dan badan yang disebut abdomen.
Bagian badan berbentuk ruas-ruas yang dilengkapi dengan lima pasang kaki renang
dan sirip ekor yang berbentuk seperti kipas. Hal inilah yang membedakan lobster
dengan udang pada umumnya.
Siklus
hidup lobster
Agar usaha budidaya lobster berhasil, maka sebelum
melakukan budidaya harus diketahui siklus hidup lobster laut ini. Gambar 1 berikut ini adalah siklus hidup Panuliru, sedangkan Gambar 2 adalah
siklus hidup lobster di alam yang dikomparasi dengan di wadah budidaya.
Gambar 1. Siklus Hidup Lobster
Berdasarkan
Gambar 2, perbandingan Survival Rate antara Lobster yang hidup di alam dengan dibudidaya mencapai 12 ribu
kali lipat. Habitat alami lobster adalah kawasan
terumbu karang di perairan pantai dari yang dangkal sampai 100 meter di bawah
permukaan laut. Di Indonesia, kawasan terumbu karang yang merupakan perairan
hidup lobster seluas kurang lebih 67.000 km².
Habitat
lobster di Indonesia menyebar di perairan Sumatera Barat, Timur Sumatera,
Selatan dan Utara Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Selat Malaka, Timur Kalimantan,
Barat Kalimantan, Selatan Kalimantan, Utara dan Selatan Sulawesi, serta Maluku
dan Papua, terutama Laut Arafuru.
Karakteristik Lobster
Jenis
kelamin lobster dapat dikenali dari antara kaki jalannya. Alat kelamin jantan
lobster terletak diantara kaki jalan kelima berbentuk lancip dan menonjol
keluar. Sedangkan alat kelamin betina lobster terletak diantara kaki jalan
ketiga berbentuk dua lancipan.
Lobster
memiliki karakteristik yang harus diketahui pembudidaya untuk mendukung
keberhasilan usahanya.
Nocturnal
Lobster
merupakan organisme nocturnal yaitu organisme yang melakukan aktivitasnya pada
malam hari. Lobster akan beraktivitas pada malam hari terutama untuk makan.
Pada saat siang hari, lobster akan istirahat di bebatuan karang.
Moulting
Lobster
dapat berganti kulit atau moulting seperti jenis organisme berkarapas lainnya.
Proses pergantian kulit ini biasanya pada saat fase pertumbuhan dan pertambahan
berat tubuhnya. Pada saat moulting, lobster akan melakukannya di tempat
persembunyian tanpa makan dan tidur. Proses ini biasanya berlangsung selama 1-2
minggu.
Kanibalisme
Pakan
yang disukai lobster yaitu berbagai jenis kepiting, moluska, dan ikan. Pada
saat mereka kekurangan pakan, mereka dapat memangsa sesamanya atau bersifat
kanibalisme.
Daya tahan
Pada
umumnya, udang dapat bertahan hidup pada perairan yang memiliki salinitas yang
fluktuatif. Namun lobster sangatlah sensitif terhadap perubahan salinitas dan
suhu. Dalam usaha budidaya, sangat perlu memperhatikan kualitas airnya jangan
sampai terjadi fluktuatif yang sangat tinggi terhadap salinitas dan suhu air.
Alhasil, dengan mengetahui siklus hidup dan karakteristik lobster, para calon pembudidaya dapat mengambil keputusan pada banyak hal agar budidayanya sukses dan berkelanjutan. Setidaknya, memahami secara benar karakter lobster yang memang sangat khas keberadaan siklus hidupnya. Selamat mencoba, semoga sukses. (RR/HS)
Penuluis Dr Rita Rostika, Kaprodi Perikanan K. Pangandaran & Bendahara Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI)
Artikel ini telah tayang di sorotindonesia.com dengan judul Ingin Berhasil Budidaya Lobster? Kenali Siklus Hidupnya
Tidak ada komentar