Menguping Diskusi Sahrul Gunawan, Eka Santosa, Musisi Anji, dan Abah Ilin – Pariwisata Kab. Bandung, Mau Seperti Apa?
Algivon – Disela-sela peringatan
hari lahir Perhutani ke-60 pada Senin,
29 Maret 2021 di kawasan wisata eks Radio Malabar di Gunung Puntang, Desa
Campaka Mulya, Kecamatan Cimaung Kabupaten Bandung, ada diskusi khusus yang berlangsung
spontan, namun segar dan mencerahkan. Matra diskusi ini amatlah unik, karena berwawasan cukup mendalam dengan bumbu dimensi
masa lalu, kini, dan mendatang. “Semuanya, amatlah bermanfaat, harus bisa
diterapkan, salah satunya dalam hal pengembangan kepariwisataan di Indonesia,”
papar Rudi ‘Rambo’ Rahayu, pegiat off road yang juga tergabung dalam Gerakan
Hejo, mengomentari bahasan diskusi spontan ini.
Para tokoh yang berdiskusi ini di antaranya Wakil Bupati
Bandung terpilih Sahrul Gunawan, musisi pelantun tembang ‘Dia’ yang popular dipanggil
Anji atau Manji, sejatinya influencer kenamaan
ini bernama aseli Erdian Aji Prihartanto. Diketahui Anji ini, sudah sejak
Agustus 2020 ‘nyungsep’ tinggal di Kawasan eks Radio Malabar, sambil menyulap
lingkungan sekitarnya menjadi lebih asri dan nyaman bagi para pendatang.
Lalu jarang-jarang di forum terbuka ini, ada Eka Santosa
Ketua Umum DPP Gerakan Hejo, merangkap juga sebagai Duta Sawala (Sekertaris Jenderal)
Baresan Olot Masyarakat Adat (BOMA) Jawa Barat. Kemudian sang tuan rumah ADM Perum Perhutani KPH Bandung Selatan Tedi
Sumarto. Lanjutnya, ada Abah Ilin
Dahsyah yakni tetua adat alias Olot dari Kampung Adat Cikondang di Pangalengan.
Lainnya, ada HM Arifin, Ketua Paguyuban LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) Bandung
Selatan.
Aspirasi Masyarakat
Adat
Hasil menguping redaksi, perbincangan spontan ini berkisar
tentang tentang fungsi hutan, sungai bagi kemaslahatan masyarakt dari sisi
masyarakat adat yang sarat dengan pandangan kearifan lokal. Barang tentu, hal
ini akan menarik mengingat Anji dan Sahrul Gunawan di antaranya adalah ‘out
sider’ dari Kabupaten Bandung, “Tetapi Abah sangat menghargai kehadiran Pak
Wakil Bupati terpilih dan Bung Anji yang sangat peduli pada adat istiadat di
Bandung Selatan ini,” papar Abah Ilin yang kini usianya sudah menginjak 85 tahun.
Abah Ilin, Olot dari Kampung Adat Cikondang Pangalengan berharap model dan pelaksanaan kepariwisataan yang lebih arif dari yang sudah-sudah - Jangan yang aneh-aneh dan tak jelas tujuannya seperti yang sudah-sudah, "Banyak yang tak selaras dengan keseimbangan alam, ke depan tak boleh terjadi lagi."
Apresiasi Abah Ilin ini, karena Anji walaupun sebagai pendatang di Gunung Puntang, mau dan bersedia ikut mengelola dan mempertahankan, serta menjaga keadaan hutan, termasuk menjaga sumber airnya, dengan pendekatan kearifan lokal “Salut Abah atas kiprah Bung Anji,” lagi seru Abah Ilin yang diamini Sahrul Gunawan serta yang lainnya.
“Ada filosofis mendasar tentang alam di mata masyarakat adat
terutama waga Sunda, yakni bapa langit, indung bumi,” kata Eka Santosa –“Ini
maknanya, bagiaman bumi atau alam harus diperlakukan sebagaimana kita
menghormati orang tua.”
Selanjutnya, Eka Santosa yang sejak era 1990-an sudah terjun
menyelami konsep dan kehidupan masyarakat adat di Jawa Barat, mengupas tentang
konsep keseimbanga antara mahluk eling
manusia, mahluk nyaring yakni hewan, dan mahluk cicing yakni tumbuh-tumbuhan.
Lalu bagaiman kita memperlakukan sungai:
”Ini diibaratkan urat nadi dalam tubuh kita. Artinya, harus
dijaga dan dipelihara sebagai sumber kehidupan. Janganlah sungai seperti saat
ni, 90% kondisi sungai di Jabar sudah rusak. Justru dijadikan sebagai TPS (Tempat
Pembuangan Sampah) alias septic tank. Ini amat menyakitkan bagi masyarakat adat.
Kita harus sadar akan hal ini,” imbuh Eka Santosa dengan roman serius
Masih kata Eka Santosa,”Ada lagi soal ramainya konsep go green yang saat ini selalu
didengung-dengungkan oeh berbagai kalangan. Faktanya, bagi karuhun Sunda
seperti Abah Ilin dan beberapa Olot lainnya di Jawa Barat konsep go green itu sudah mereka lakukan
ratusan tahun lalu.”
Dicontohkan oleh Eka Santosa, ada tuturan di kalangan para
Olot yakni leuweungna ruksak, caina beak, rakyat tangtu bakal balangsak – No forest,
no water, and no future ! “Karena itu, hutan dianggapnya sebagai sumber
kehidupan. Seperti kondisi alam di Gunung Puntang seharusnya menjadi inspirasi
bagi semua kalangan yang mengkhawatirkan global
warming, di sini relatif masih terjaga, ” jelas Eka Santosa yang lalu
disambut Sahrul Gunawan – “Ini program terdekat , menginventarisasi kerusakan
alam selama ini, maksudnya agar keseimbangan alam seperti yang diinginkan
masyarakat adat dapat terwujud di berbagai pelosok Kabupaten Bandung. Makanya,
bila pun akan dikembangkan kepariwisataan itu, haruslah yang berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan dengan menyelaraskan pada kearifan lokal”.
Tambahan lain, kembali Eka Santosa melontarkan prinsip
keseimbangan alam ala masyarakat adat Sunda, di antaranya:” Idealnya, gambaran alam yang diimpikan warga Sunda
seperti hejo ngemploh leuweungna, recet manukna, cur cor caina, ting siriwik
laukna, pasti makmur jelemana. (alam yang selalu menghijau, burung yang senantiasa
berkicau merdu, sumber air ada dimana-mana, ikan yang berkecipak segar dan
sehat, niscaya makmurlah kita),” jelas Eka Santosa yang diiyakan oleh hadirin
kala itu.
Saling mendengar dan menghargai, demi keseimbangan alam dan kemaslahatan hidup di masa mendatang ...
Mau ke Alam Santosa
?
Tampaknya, Anji begitu apresiatif atas penjelasan sepintas
dari Eka Santosa:”Saya ingin segera berkunjung ke Alam Santosa di Pasir Impun,
nantilah kita atur jadwalnya,” ucap Anji yang langsung dikomentari oleh Sahrul
Gunawan:”Ya, saya pun ingin berkunjung nanti ke Pasir Impun Alam Santosa.”
Paparan sekilas lainnya Abah Ilin memperkenalkan apa itu
seni ‘buhun’ beluk dari Kampung Adat Cikondang: “Ya, ini seni suara tanpa alat musik
(a capela – red). Boleh saja nanti dipentaskan di Gunung Puntang ini sebagai
penarik bagi generasi muda.”
Seketika, disebut seni beluk, Anji membuka youtube dan
memperlihatkannya ke hadirin:”Wow, Abah Ilin saya sangat tertarik dengan seni
beluk ini. Ya kapan-kapan ini bisa kita pentaskan di Kawasan Gunung Puntang.”
Kesimpulannya, hasil menguping dari diskusi spontan ini,
semua pihak yang terlibat sangatlah menyetujui upaya pengembangan
kepariwisataan yang berbasis kearifan lokal yang akan dikembangkan oleh
pasangan Bupati dan Wakil Bupati terpilih di Kabupaten Bandung yang sebentar
lagi akan dilantik itu.
“Kami dari Perhutani Bandung Selatan, menyatakan siap untuk
kerja dan kerja membangkitkan kepariwisataan di Kabupaten Bandung,” pungkas
Tedi Sumarto yang diamini Sahrul Gunawan dengan mengucap – “Ya, kita tunggu
kiprah bapak-bapak semuanya. Tadi kan kita sudah mengutarakannya, mau seperti
apa?” (Harri Safiari)
Tidak ada komentar