Destinasi Wisata ‘Baru’ Kampung Nyampay & Stamplat Girang di Rancabali, Ciwidey, Kata Gerakan Hejo: Natural Abiz !
Algivon -- Syahdan, Ketua Umum DPP Gerakan Hejo, Eka
Santosa yang biasa lantang dan tanpa tedeng aling-aling mengomentari kondisi
keseimbangan alam terutama hutan dan sungai
serta ekosistem yang menyertainya, lazimnya di Jawa Barat yang sudah lama ia katakan
sebagai ‘darurat lingkungan’ sejak era 2000-an. Giliran Eka Santosa dan
rombongan memasuki Kawasan PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Sinumbra (31/3/20210),
Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung Jawa Barat hingga ke daerah yang dituju
yakni dua Kampung masing-masing Nyampay di Desa Indragiri serta kampung
tetangganya Stamplat Girang di Desa
Indragiri:
“Dalam beberapa tahun ini, baru saya temukan lagi suatu
daerah yang keseimbangan alam hutan dan sungai relatif berimbang alias stabil.
Indikasinya, kesehatan kali atau sungai Ciparay di sini terbilang baik, airnya
jernih khas air dari pegunungan tanpa polusi,” tutur Eka Santosa yang ditemani jajarannya
seperti Deni Tudirahayu alias Kang ‘Ozenk ‘ dan Rudi Rahayu ‘Rambo’. Hampir satu
jam lebih Eka Santosa dan jajarannya saat itu mengeksplorasi darah di sekitar Kampung
Nyampay, yang menurutnya dari luasan 3 ha hingga 10 ha yang ditawarkan oleh
Administratur Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Selatan, Tedi Sumarto,
menurutnya lokasi ini sangat berprospek:
“Bisa dikembagkan untuk destinasi wisata ya minat khusus
pengenalan hutan lindung dan semacamnya. Penggerak setempat Pemdes Indragiri,
LMDH, dan BUMDes, yang telah merintis pengadaan sarana utama toilet, gazebo dan
bendungan, perlu diperkuat oleh investor yang berwawasan lingkungan secara
serius.”
Senada dengan Eka Santosa, Kang Ozenk dan Rudi Rambo melihat
secara keseluruhan potensi dari spot lokasi Kampung Nyampay, bersetuju daerah
ini dikembangkan tanpa meninggalkan keasrian hutan dan suasana perkebunan teh
dan kopi yang sangat memikat:
“Aliran sungai atau kali Ciparay di lokasi ini, tinggal
ditata sedkit bisa menjadi arena wisata air alami. Contohnya, ya papalidan
sekitar beberapa kilometer dengan sedikit rekayasa aliran air kali. Lainnya,
flying fox dan area saung jangkung (rangon) untuk memuaskan pecinta view alami,
juga area camping yang kekinian, ya boleh juga tuh,” ujar Kang Ozenk yang diamini
rekannya Rudi Rambo –“Tinggal Dinas PUPR setempat dengan instansi terkait, dan tentu bersama Disparbud Kab. Bandung, bisa
bersinergi membenahi jalan dan lingkungan setempat. Sekitar 4 kilimeter
terakhir kualitas jalannya sebaiknya ditingkatkan.”
Masih di hari yang sama, rombongan Gerakan Hejo pada hari
itu siangnya berkunjung ke Kampung Stamplat Girang yang berjarak sekitar 2 km
dari lokasi Kampung Nyampay. Kepala Dusun alias Kadus Dede Komarudin yang juga
merangkap sebagai Ketua LMDH Nyampay, menjadi tuan rumah pertemuan kala itu.
Secara kebetulan hari itu hadir pula rombongan dari Universitas Kristen
Maranatha (Bandung) dari Fakultas Teknik Sistem Komputer.
“Kami hadir hari ini, untuk memastikan kemungkinan dibangun
perpustakaan digital di Stamplat Girang,” papar Panji salah satu representasi
dari Universitas Kristen Maranatha kala itu.
Sementara itu para pendamping Kampung Stamplat Girang yang
kebetulan hadir hari itu ada di antaranya Fajar disertai rekannya Ridwan Iwenk,
belakangan mereka berdua ini diketahui tergabung dalam perkumpulan ‘Sahabat
Desa’.
“Kami telah hadir di Stamplat Girang ini sejak beberapa
bulan lalu. Tujuannya, ya untuk membantu pengembagan desa dalam berbagai
pemberdayaan di antaranya kepariwisataan, ekonomi kerakyatan, dan pengembangan
lingkungan dan sosial-kemasyarakatan. Senang saja kami membantu masyarakat pedesaan
…,” jelas Fajar yang diamini Dede Komarudin.
Yang cukup menarik siangnya masih di Stamplat Girang dalam obrolan
di salah satu bale pertemuan yang semi terbuka, hadir di antaranya Admininistratur
KPH Bandung Selatan. Dalam hal ini Tedi
Sumarto secara runtun menjelaskan potensi mulai dari Kampung Nyampay hingga ke Stamplat
Girang. Menurutnya dua kampung ini bisa
secara sinergi diselaraskan aktivitasnya.
“Saya bersetuju bila di Stamplat Girang yang sudah
dikemabngkan lebih jauh oleh Kang Fajar dari ‘Sahabat Desa’, tinggal
disinergikan bersama Gerakan Hejo untuk pemngembangan di daerah Nyampay yang
masih bertetangga. Dua titik DTW (daerah tujuan wisata ) ini sangatlah potensial.
Malahan bisa dikerjasamakan dengan desa-desa lainnya di Indragiri, plus dengan
PTPN VIII Kebun Sinumbra.”
Lebih jauh menurut Dede Komarudin, dalam beberaa bulan
terakhir ini di luar yang terganggu karena pandemi Covid-19, beberapa komunitas
dari Jakarta dan Bandung serta kota-kota lainnya di Jabar, kerap hadir dan menginap
di Stanplat Girang yang berpenduduk hanya kurang dari 100 orang:
“Berkat Kang Fajar dan kawan-kawan, para pendatang ini
rata-rata merasa betah berkunjung ke daerah kami yang alami ini. Ribuan pohon
langka Jamuju dan Ki Tambaga, termasuk air terjun atau curug Halimun dan curug Jaja,
banyak yang tertarik menjajal berjalan kaki ke curug ini, terang Kadus Dede
Komarudin sambil menambahkan –“Yang tertarik menyeduh kopi merek Djamudju yang
bercita-rasa khas tegakan pohon Jamuju, berikut cara pengolahannya diselilngi pertunjukan
seni tradisional Sunda, banyak yang
kembali datang ke sini.”
Punya Nilai Plus
Alhasil, kunjungan ke
dua lokasi calon pengembangan Kampung Wisata di Bandung Selatan oleh Gerakan
Hejo yang sudah memiliki pengalaman mengembagkan Desa WIsata di Kampung Sekebalingbing
Desa Cikadut, Cimenyan Kabupaten Bandung, dan telah diresmikan oleh Menteri
Hukum dan HAM Yasonna Laoly pada bulan 17 Oktober 2020, berbarengan dengan
penandatanganan MoU DPP Gerakan Hejo dengan BNN Jabar dan Divre Perum Perhutani
Jabar Banten, bagi Eka Santosa:
“Dalam konteks pengalaman itulah, kami sengaja ke Kampung Nyampay dan Stamplat Girang.
Kesimpulan sementara, saat awal masuk ke
area perkebunan Sinumbra untuk tiba ke
kedua tujuan tadi, sudah punya nilai plus tersendiri. Hamparan kebun teh yang
segar, itu nilai plus-nya. Kata saya sih ini natural abiz. Tiba di Nyampay dan
Stamplat Girang, dua kampung ini, punya magnit dan keunikan tersendiri. Susah dilupakan
keasrian alamnya, termasuk nanti setelah dikembangkan pasti bakal ada nilai
plus lainnya,” pungkasnya. (Harri Safiari/ Tomi Bustomi )
Tidak ada komentar