Kadivre Jawa Barat-Banten Perum Perhutani Berkunjung ke DPP Gerakan Hejo, Eka Santosa: Pemberdayaan Out of the Box …
Membangun kebersaamaan dalam hal pengembangan masyarakat perdesaan-hutan melalui pemberdayaan kepariwisataan yang berkelanjutan - Salah satunya, melalui pendekatan ekonomi kreatif yang out of the box, terbukti bisa, asal ...
Algivon – Kepala Divisi Regional (Divre) Jawa
Barat – Banten (Janten) Perum Perhutani Amas Wijaya yang baru dilantik pada 8
April 2021 lalu menggantikan Dicky Yuana Rady, pada Kamis, 29 April 2021
kembali berkunjung ke Kawasan Ekowisata dan Budaya Alam Santosa di Desa
Cikadut, Cimenyan Kabupaten Bandung. Amas Wijaya sejak sore hingga malam hari sambil
berbuka puasa bersama di Alam Santosa didampingi Administratur KPH (Kesatuan
Pemangkuan Hutan) Bandung Selatan Tedy Sumarto, dan Administratur KPH Bandung
Utara Usep Rustandi, dengan tuan rumah Ketua Umum DPP Gerakan Hejo, Eka Santosa.
“Sejak ditandatangani
MoU antara lembaga kami dengan DPP Gerakan Hejo yang disaksikan kala itu
(17/10/2020) oleh Menkumham Yasonna Laoly di Alam Santosa, sudah ada beberapa
rintisan kerjasama di lapangan. Malam ini kita diskusikan secara santai agar diperoleh penajaman lanjutannya nantinya.
Ternyata, hasilnya banyak yang menarik, penuh kejutan. Ini memperkaya implementasi
bisnis kami yang berpatokan pada konsep people, planet, dan profit, kami butuh
itu” terang Amas Wijaya sambil menambahkan –“Diskusinya seru dan menarik, salah
satunya potensi pengembangan wisata perdesaan di Bandung Utara dan Selatan di
mata aktivis Gerakan Hejo mengungkap prospek yang selama ini, jarang terekspos.”
Tuan rumah
Eka Santosa yang malam itu tampak bungah karena didampingi tim baru ‘Sahabat
Desa’ yang intensif menggarap pengembangan desa wisata di Kampung Nyampay (Kanaan
Hijau) dan Stamplat Girang Desa
Indragiri, Rancabali Ciwidey, termasuk mulai menggarap di sekitar Oray Tapa seputaran
Manglayang Cimenyan Kabupaten Bandung, sepertinya memperoleh wawasan baru:
“Betapa
pemberdayaan masyarakat di sekitar desa-hutan ke depan, tak hanya mengandalkan
peran LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) dalam artian konvensional, melainkan
bisa dengan aneka pendekatan kekinian, menyertakan peran para milenial. Tadi
itu muncul macam-macam ide menarik, sederhana namun mengena dari pegiat
kepariwisataan yang rata-rata out of the box. Inilah geliat ekonomi kreatif itu
…” papar Eka Santosa.
Adalah Fajar
dari ‘Sahabat Desa’ dalam diskusi malam itu, banyak memunculkan peran crew-nya
di antaranya dari Leni, Iwenk, Syahril, Punjung, David, Rudi Lygia, dan Adi. Dalam
diskusi ini, dibahas sejumlah ide yang bernas tentang bagaimana jurus memelihara
keseimbangan hutan dan penduduk secara efektip dan efesien, ”justru hal inilah
yang kita cari, ini akan dapat memperkaya staf kami di lapangan, tak melulu
dengan cara konvensional,” kata Amas Wijaya ketika merespon bagaimana memanfaatkan
limbah kayu di hutan menjadi merchandize yang
lebih bernilai karena adanya sentuhan handy
craft yang khas. Hasilnya, limbah kayu yang tadinya, bersahaja setelah
diolah dengan sentuhan skill (keahlian) tertentu, di mata pengunjung wisata
desa menjadi lebih bernilai ekonomi.
Alhasil ajang
silaturahim ini menurut Tedy Sumarto dan Usep Rustandi sangatlah bermanfaat,”mari
kita teruskan perwujudannya di lapangan dengan sejumlah inovasi yang malam ini
telah kita diskusikan. Action-nya langsung di lapangan dalam bentuk
pemberdayaan masyarakat di sekitar desa-hutan,” pungkas Tedy. (Harri Safiari)
Tidak ada komentar