Perupa Umar Sumarta Kunjungi Alam Santosa: Utarakan Niat, Bangun Museum di Pangandaran
Umar Sumarta (kiri) dan Eka Santosa di Kawasan Eko Wisata dan Budaya Alam Santosa - Buatlah semacam menara atau tower, fungsinya untuk melihat lebih leluasa alam di sekitar, Koa Bandung di sebelah barat dan Gunung Manglayang di wilayah utara. (foto, Shahadat Akbar)
Algivon – Ada yang tak biasa di
Kawasan Eko Wisata dan Budaya Alam Santosa, tepatnya di Pasir Impun, Desa Cikadut, Cimenyan
Kabupaten Bandung pada Minggu, 27 Juni 2021. Lokasi yang juga dikenal sebagai Kawasan
Alam Santosa, pada era awal 2000-an adalah salah satu daerah kritis. Di sini kerap
menjadi salah satu sumber bencana longsor, dan banjir yang berimbas ke area Bandung
Timur, khususnya:
“Hari ini saya setelah berjalan mengelilingi kawasan seluas
sekitar 5 ha, cape juga tapi senanglah, dari bukit tadi kita bisa melihat hamparan
Kota Bandung hampir utuh di bagian barat.
Lalu ke bagian utara ada view Gunung Manglayang. Kawasan ini amat bagus untuk
bahan inspirasi saya. Sesekali saya mau melukis di sini, apalagi kalau diiringi
alunan seni budaya Sunda favorit saya dari Rancakalong Sumedang, Tarawangsa,”
papar perupa Umar Sumarta (73).
Lontaran spontan dari mulut Umar Sumarta itu terjadi tatkala
ia turun dari salah satu perbukitan yang dinamai ‘Lapangan Asia Afrika’. Area
ini yang ditemani sang pemilik Kawasan Alam Santosa, Eka Santosa (62), memang
pada HUT KAA ke-60 pada tahun 2015, telah dikunjungi sekitar 500 mahasiswa dari
negara-negara Asia dan Afrika.
Di mata Eka Santosa seusai beristirahat atau parkir dari
kegitan legislatif di DPRD Jabar dan DPR RI (1999 – 2009), lalu fokus bergiat pada
ranah lingkungan hidup sebagai Ketua Umum DPP Gerakan Hejo, merangkap bergiat di
ranah budaya sebagai Duta Sawala atau Sekertaris Jendral BOMA (Baresan Olot
Masyarakat Adat) Jawa Barat, perkenalannya dengan sosok Umar Sumarta – dikenal sebagai
‘an Indonesian Asia modern contemporary artist:
“Beberapa kali saya bertemu, sangat saya apresiasi karyanya,
apalagi banyak diincar kolektor Eropa dan Amerika. Terakhir tahun 2017 saat
beliau berpameran di Station 8 Café, Art, Jewellery, Fashion, di Bandung. Hari
ini kami special, dari sore hingga malam membahas banyak hal. Termasuk tadi ada
niatan membangun museum ‘Umar Sumarta’ di Pangandaran. Semoga bisa terwujud,”jelas
Eka Santosa sambil menambahkan –“Sesegera mungkin nanti dipertemukan dengan
sahabat saya Ibu Susi Pudjiastuti, mantan menteri KKP itu. Harapannya, semoga banyak
yang sinkron atau nyekrup-lah dengan Ibu Susi.
Kepada Umar Sumarta sendiri redaksi pada hari itu sempat menanyakan
impresi atas kehadirannya di Kawasan Alam Santosa, spontan ia katakan:
”Ini seperti sepotong surga di Bandung Timur. Saya sarankan
tadi bikinlah semacam tower permanen tempat melihat Bandung dan sekitarnya
secara utuh di Lapangan ‘Asia Afrika’. Ini seperti banyak tempat yang saya
kunjungi di Eropa, selalu ada tower
untuk area pertemuan orang,” ujarnya dengan tambahan lontaran –“ Pak Eka itu
genius bisa menemukan dan menata tempat ini. Beliau juga seniman malah sebagai
arsitek juga, khas tradisi bangunan Sundanya, sangat menawan.”
Terkait niatan Umar Sumarta ingin mendirikan museum untuk
menampung ratusan hingga ribuan karyanya yang sebagian besar telah dimiliki
para kolektor di berbagai negara setelah pada era 1990 – an, melanglangbuana
berpameran, di Zurich Swiss Galery
Bergheim (Swiss), American Federal Saving Bank Meadvile(USA), Leidschdam Spijkenisse (Belanda), Museum Tagawa
(Jepang), dan Glerum (Singapura):
“Benar itu niat membangun museum di Pangandaran, selain
sebagai icon baru bagi dunia kepariwisataan di sana. Bagi saya Pangandaran itu obyek
lukisan aduhai yang tiada habis-habisnya. Pemandangan alam, kehidupan di pantai,
keberadaan nelayan, mitos atau unsur mistis di Pantai Selatan, pasar ikan,
pesta laut, semua sangat melekat dengan kesukaan saya sebagai orang desa.
Intinya, saya suka dan amat senang mengamati,
memahami, dan menghayati budaya dan adat
warga setempat, inspiratif-lah.”
Jangan Jago Kandang !
Sementara itu sang sahabat dalit dari perupa Umar Sumarta
yang juga merupakan kolektornya dalam kurun waktu lebih dari seperempat abad
terakhir, yang kebetulan hadir di
Kawasan Alam Santosa, namanya Djen Himawan yang akrab disapa Koko Djen. Kepada
redaksi Koko Djen menyatakan rasa syukur, bisa mempertemukan dua tokoh besar ini.
Lebih jauh menurutnya, banyak hikmah dari pertemuan ini:
“Tadi Pak Eka sangat mengapresiasi atas niatan pendirian
museum karya Pak Umar. Perkara ini akan terwujud atau tidak, itu tak penting.
Yang utama, biasanya Pak Umar kalau sudah berniat, mudah-mudahan ada saja nanti
jalannya. Setahu saya, impian ini sudah cukup lama ia endapkan, sekarang muncul lagi. Makin kenceng malah, setelah ketemu
Pak Eka,” terang Koko Djen yang tampak sumringah pada hari itu.
Last but not least
dalam repotase ini, kembali Umar Sumarta memberi semacam highlight pada lontaran khusus, niatan pendirian museum senirupa di
Pangandaran. Menurutnya, niatan ini bukan untuk kepentingan dirinya semata:
“Saya percaya, dan sangat penting museum ini berdiri untuk
merangsang warga setempat, kalangan muda khsusnya, agar mampu menggali potensi
seni budaya kita ke tingkat internasional. Jangan jago kandang. Bertandanglah
dalam berbagai prestasi di luar negeri juga, jangan hanya di dalam negeri saja ngokok. Pokonya, harus berani beda dan
berkarakter, jangan monoton.”
Poin lainnya yang dipungkas Umar Sumarta, bahwa museum ini
kelak idealnya selain sebagai pengayaan destinasi wisata di Pangandaran, juga
sebagai penguat karakter bangsa:
”Minimal seperti di Bali, ada banyak museum sebagai asupan
bagi jiwa-jiwa generasi muda agar terus dinamis berkembang, tentu dengan
karakter nya masing-masing yang kuat dan khas. Jangan menjadi pengekor kalau
menjadi manusia,” tutupnya dengan nada optimis. (Harri Safiari)
Tidak ada komentar