3 Pesan Tamu Eka Santosa Kala HUT RI Ke-76 di Alam Santosa, Nanang Tiyas Puspito: Generasi Mendatang Harus Lebih Baik !
W A W A S A N
Algivon – Ada saja hal unik yang
spontan tersirat dan tersurat dari gelaran peringatan HUT RI ke-76 pada 17
Agustus 2021 di Lapangan Persahabatan Asia-Afrika, di Kawasan Ekowisata dan
Budaya Alam Santosa, Desa Cikadut, Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung Jawa
Barat. Dalam acara ini bertindak selaku tuan rumah, Ketua Umum DPP Gerakan Hejo
yang juga sebagai Sekjen BOMA (Baresan Olot Masyarakat Adat) Jawa Barat, Eka
Santosa (62).
Tiga tamu utama yang dipersilahkan memberi sambutan usai acara
peringatan HUT RI ke-76 di Alam Santosa, adalah Prof. Dr. Nanang Tyas Puspito, Dr.
Abdy Yuhana, SH., MH, yang didapuk Sang Tuan Rumah selaku inspektur upacara,
dan terakhir maestro pelukis Umar Sumarta (73). Nanang
Tyas dikenal sebagai guru besar Teknik Geofisika ITB, dan hadir di Alam Santosa menurut Eka
sebagai selain sebagai salah satu sesepuh, juga tercatat sebagai Ketua Bidang
Ideologi dan Kaderisasi DPP Persatuan Alumni (PA) Gerakan Mahasiswa Nasional
Indonesia (GMNI). Abdy Yuhana selain sebagai Ketua PA GMNI Jabar, kini masih menjadi
anggota DPRD Jabar.
Tamu ketiga maestro perupa Umar Sumarta (73). Pelukis gaek yang
masih enerjik ini punya keinginan luhur dalam waktu dekat akan melelang
lukisannya, dan rencananya hasil lelang itu untuk penyintas Covid-19 di
Indonesia. Diketahui, lukisan Umar Sumarta sejak era 1970-a, terutama diminati
oleh kolektor mancanegara baik di Eropa, Amerika Serikat dan Canada, maupun di
Asia seperti di Jepang, Singapura, dan Malaysia. Umar Sumarta yang pernah
berstudi di jurusan Seni Rupa IKIP Bandung (kini UPI) pada era 1980-an, penah
bekerja sebagai guru SMP di Bandung dan Banten. Dari karirnya menjadi guru,
ternyata ada beberapa muridnya menjadi jenderal.
“Salah satunya, itu Mayjen Dudung Abdurahman sekarang
Pangkostrad. Beliau itu murid saya waktu di SMP Persit KCK Bandung. Baru-baru
ini kami sering kontak dengannya, beberapa lukisan saya ada yang dikoleksi
olehnya,” kata Umar Sumarta pada sesi perkenalan tentang dirinya. Lainnya
menurut Eka Santosa, pelukis ini sempat dititipkan kepada Abdy Yuana untuk segera
dipertemukan dengan Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata, sahabat mereka berdua.
“Pak Umar ini pun, ingin segera mendirikan museum lukisan di
Pangandaran. Pasalnya, banyak inspirasi karyanya dilahirkan di Jabar Selatan.
Selain ke Pak Jeje Bupati Pangandaran, nantinya akan juga dipertemukan dengan
mantan Menteri KKP, Susi Pudjiastuti. Ibu Susi juga kan penggemar seni lukis
yang banyak diperhitungkan orang. Siapa tahu ada kecocokan,” terang Eka Santosa.
Tiga Pesan itu
Dirunut dari ajang peringatan 17-an di Alam Santosa kali ini,
yang dihadiri PA GMNI, Forum Aksi Guru (FAGI) Jabar, para pecinta lingkungan yang
tergabung pada ZABRA yang eksis sejak 1982 atas inisiasi 9 mahasisa AIK Bandung, representasi
perwakilan komunitas peduli sampah ‘Hejo Tekno’ sebagai bagian dari divisi di Gerakan
Hejo yang melahirkan mesin ramah
lingkungan StungtaXPindad, dan berbagai komunitas lainnya termasuk warga di
sekitar Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung, bila dicermati masing-masing
pesan itu tampak relevan, dalam konteks membangun karakter bangsa masa kini, maupun
mendatang.
Singkatnya Nanang Tiyas Puspito menyatakan Pendidikan tanpa
integrtas adalah percuma, tidak bermakna. Tugas guru dan dosen itu sesungguhnya
sangatlah berat, diumpamakan olehnya yang mendapuk dirinya sebagai role model.
Ekstrimnya, kumandang ganyang korupsi bisa saja bergulir,”namun ini percuma
bila guru dan dosen itu masih melakukan korupsi kecil-kecilan. Contohnya datang
terlambat ke kelas, mengajar tak tepat waktu. Saya sering melakukan ini, sering
bahkan semua pernah melakukan, abai terhadap waktu, tidak disiplin mengajar,”
ujarnya dengan nada lirih sambil menambahkan –“Bila kita selalu membuat contoh
perilaku yang jelek, apa pun pesan kita tidak akan didengar!”
Lanjutnya Nanang Tyas Puspito sambil memohon kepada Sang
Tuan rumah Eka Santosa,”punten memang yang mudah terperosok ke ranah korupsi
itu para politisi. Kami dari para penddik, bisanya ya hanya mendidik, kami tak
bisa nangkepin ibu dan bapak. Tugas kami hanya mendidik, dan itu tak mudah
membina generasi muda,” ujarnya yang menurutnya 12 tahun telah menekuni bidang
ini, namun sering dicibirkan orang –“ngapain sih ngurusin yang beginian?”
Kembali Nanang Tyas Puspita menutup pesannya, menyatakan :”Kita
semua punya masa lalu yang gelap, karenanya mulai saat ini tataplah masa depan,
mudah-mudahan generasi mendatang harus lebih baik.”
Lanjutnya maestro pelukis Umar Sumarta yang selalu didampingi kolektor utamanya Djen Himawan, mengisi sambutan
dengan mengucap, “right or wrong is my country,” ujarnya dengan menambahkan – “Saya
ingin menjelaskan menjadi contoh perilaku yang baik, yaitu rajin dan tepat
waktu.”
Lanjut Umar Sumarta, “kenapa hal ini perlu dikemukakan? Karena,
selama bersekolah SMP di Sumedang saya tidur bersama penjaga sekolah, ya di
sekolah. Artinya, tidak pernah terlambat, atau kesiangan sekolah,” ujarnya yang
mengundang tepuk tangan hadirin. Selanjutnya Umar Sumarta mengingatkan kembali
akan karir panjangnya, “sejak usia 5 tahun saya sudah melukis (menggambar) di
Desa Cijere Sumedang, hitung saja umur saya berapa? Silahkan dikorting umur
saya.” Dalam kaitan ini Umar dalam itu. Namun menurut dirinya selain dari
dorongan pelukis Popo Iskandar gurunya kala di IKIP Bandung, “kepercayaan diri
itu muncul, ketika pada usia 18 tahun lukisan saya sudah dikoleksi orang luar
negeri. Itu saja modal saya sampai sekarang, bisa keliling Eropa dan Amerika
memamerkan karya, hasil dari dkeringat sendiri.”
Sementara itu Abdi Yuhana dalam kemasan wejangan singkat,
yang menurutnya sangat spesial, dirinya menyatakan jadikanlah peran hidup kita
masing-masing dalam kehidupan berbangsa, dan bernegara idealnya, harus
selalu dalam kategori baik dan benar.
“Di sini banyak yang menjadi guru termasuk pelukis Pak Umar
Sumarta tadi, beliau tadi sudah menjadi guru yang baik. Begitu pun bila kita menjadi
budayawan, jadilah budayawan yang baik. Lalu bila menjadi politisi, jadilah
politisi yang baik. Meskipun hal itu sulit terjadi …”, ujarnya sambil tersenyum
yang disambut hadirin dengan sedikit tertawa, yang akhirnya ditutup pekik
merdeka! (Harri Safiari)
Mantabs pak Umar. Lukisan Semar nya bagus sekali.
BalasHapusSemangat terus untuk berkarya pak..