Wahai Para Pembudidaya, Waspadalah Ada Kanibalisme pada Lobster !
Oleh : Rita Rostika
Peneliti Budidaya Lobster Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
Algivon – Adalah lobster berduri
atau spiny lobster, termasuk di dalamnya lobster pasir (Panulirus homarus), ini merupakan komoditas
yang sedang menjadi perhatian insan perikanan di Indonesia. Dengan adanya
larangan untuk mengirimkan benih lobster ke luar negeri, maka upaya untuk berbudidaya menjadi lebih bergairah. Namun, upaya untuk budidaya lobster dari
telur hingga puerulus (BBL) sebagian besar tidak berhasil, terhambat oleh
pemberian pakan yang tidak sesuai selama fase larva phyllosoma yang panjang. Namun
saat ini, budidaya lobster stadia BBL dalam waktu 1 bulan sudah berhasil
dilakukan bahkan survival rate dapat mencapai 100 % (Rostika, dkk, 2021). Budidaya sampai bulan ke 2 terjadi sedikit
penurunan akibat adanya kanibalisme antar individu.
Sejatinya, lobster termasuk dalam kelas krustasea, seperti
juga udang, rajungan, kepiting dan kumang. Semua organisma ini memiliki peran
tersendiri dalam ekosistem. Secara umum
organisma yang termasuk kelas ini memiliki sifat kanibalisme yang cukup tinggi.
Karenanya, kinerja produksi dalam usaha budidaya lobster terkendala pada tahap
pendederan. Ini mengingat rendahnya tingkat pertumbuhan, dan tingginya mortalitas.
Mortalitas yang tinggi umumnya disebabkan oleh kanibalisme lobster. Sifat
kanibalisme muncul pada lobster sehat, sedangkan sebagai sasaran mangsanya tertuju
ke lobster yang lemah karena dalam kondisi sedang atau pasca ganti kulit
(molting). Secara fisik lobster pasca
molting memiliki ciri karapas yang lembek, berwarna putih pucat, dan
mengeluarkan aroma yang menarik selera pemangsa. Sifat ini berhubungan dengan kebiasaan hidup,
dan genetik. Perbedaan ukuran yang merupakan resultan dari sifat genetik menjadi
penyebab utama. Selain itu kebiasaan
tersebut merupakan akibat dari kondisi
lingkungan seperti ketersediaan pakan, komposisi nutrisi pada pakan, populasi,
densitas, intensitas cahaya, adanya naungan dan kejernihan media.
Upaya pencegahan kanibalisme dalam sistem budidaya lobster
dapat dilakukan secara kimiawi dan fisik.
Secara kimiawi beberapa cara
dapat dilakukan untuk mencegah kanibalisme pada lobster, udang dan ikan yakni
memanipulasi tingkat kekenyangan, frekuensi pemberian pakan yang optimal, distribusi
pakan dan penentuan jenis pakan yang disukai, juga pemberian pakan yang
mengandung asam amino tertentu. Secara fisik pencegahan kanibalisme ini
dilakukan dengan acara aplikasi penggunaan shelter.
Secara
Kimiawi
Lobster akan menyerang sesamanya apabila tidak diberi pakan
yang cukup. Oleh sebab itu, lobster
perlu diberi makanan segar dengan jumlah yang tepat dan waktu yang tepat. Pemberian pakan dilakukan pada jam 8 pagi
dan jam 4 sore, dengan proporsi jam 4 sore lebih banyak daripada jam 8 pagi,
mengingat sifatnya yang nocturnal (Rostika dkk, 2021), lalu pembersihan sisa
pakan dilakukan setiap pagi dengan cara diserok. Pakan utamanya diberikan pada
sore hari menjelang malam.
Pada budidaya lobster dederan maupun pembesaran, pakan harus
diberikan secara merata di dalam bak maupun karamba untuk menghindari udang
berkelahi karena berebut pakan.
Bagaimana dengan jenis pakan? Hasil penelitian Rostika dkk
(2021) dengan topik pemilihan jenis pakan alami kaya Calcium, yang telah dilakukan ternyata jenis pakan terbaik adalah udang liar dan campuran 3
jenis pakan alami yaitu udang liar, cumi-cumi dan ikan rucah. Sementara apabila lobster hanya diberikan
pakan tunggal seperti cumi-cumi atau
ikan rucah saja, pertumbuhan tidak sebaik yang lainnya.
Ada asam amino tertentu yang berperan pada penurunan sifat
agresifitas pada udang-udang an dan ikan, yaitu triptofan. Asam amino triptofan
merupakan prekusor serotonin yang dikenal sebagai pineal hormone. Asam amino
triptofan merupakan pemicu serotonin
bekerja secara optimal dalam meminimalkan agresifitas udang. Serotonin
merupakan neurotransmitter hormone yang mengalami metabolisme membentuk
melatonin yang bekerja secara langsung untuk mempengaruhi aktifitas organ.
Penambahan triptofan kedalam pakan akan mengoptimalkan aktivitas neuron serotonik sehingga dapat mengontrol sifat kanibalisme. Proses kerja triptofan dalam otak berhubungan dengan serotonin yaitu monoamine neurotransmitter yang disintesis di dalam serotonergic neurons dalam sistem syaraf pusat (central nervous system) dan sel enterochromaffin dalam sistem pencernaan (gastrointestinal tract).
Triptofan juga
merupakan salah satu jenis asam amino essensial yang penting bagi pertumbuhan
ikan, selain itu triptofan juga merupakan precursor untuk sintesis serotonin
dalam otak. Penambahan triptofan yang dicampur dalam pakan sudah dilakukan pada budidaya udang windu,
namun belum diketahui pada budidaya lobster.
Secara Fisik
Pencegahan kanibalisme secara fisik dapat dilakukan dengan
penyediaan tempat persembunyian buatan (shelter). Hal ini diadaptasi sesuai
habitat lobster di alam, yang sering bersembunyi di batu atau liang karang
untuk menghindari serangan predator, rumput laut dan lamun sebagai tempat
berlindung sekaligus makanannya.
Aplikasi shelter konvensional yang biasa digunakan para pembudidaya
lobster seperti rumput laut, karung plastik (teknik pocong), potongan bambu,
batu karang, kayu, atau jaring, masih
belum optimal dalam meningkatkan kelangsungan hidup lobster. Berbagai
penelitian dalam meningkatkan kelangsungan hidup lobster, telah banyak
dilakukan antara lain menggunakan shelter pipa PVC, sistem kompartemen, dan
sistem housing
Riset penulis dan kawan kawan telah dilakukan di Hatchery
Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi pada tahun 2021 untuk menentukan shelter
seperti apa yang memberikan hasil optimal untuk pendederan BBL. Hasil terbaik yang memberikan SR tertinggi
adalah shelter dari dari jaring plastic
yang dibentuk kipas (Gambar 1)
plus koral (Gambar 2) yang terdapat lubang seperti gua tempat lobster remaja
beristirahat dan bersembunyi.
Gambar 2. Potongan Koral Acophora sp. Sebagai Shelter
Pendederan Lobster
Demikian informasi tentang sifat kanibalisme yang harus
diwaspadai pada budidaya pendederan lobster
semoga dapat bermanfaat bagi para pembudidaya lobster di tanah air, agar
cita-cita Kementerian Kelautan Perikanan untuk mewujudkan Republik Indonesia
menjadi pengekspor lobster ukuran konsumsi terbesar dapat terwujud. Semoga. (HS/RR)
Tidak ada komentar