Ketua DPRD Ciamis dan DPP Gerakan Hejo Bahas Penanggulangan Sampah ala KaMiSaMa & ‘StungtaXPindad
Nanang Permana (kedia dari kiri) bersepakat akan melanjutkan pertemuan ini di forum yang lebih luas - Wujudkan KaMiSaMa dengan perubahan sikap dan perilaku masyarakat terhadap sampah, dipilih dari rumah dan tuntaskan di TPS (Foto Hejotekno, 18/9/2021)
Algivon – Ada yang unik nih, pasalnya
masih dalam rangka peringatan World Clean Up Day (WCUD) yang
jatuh pada Sabtu, 18 September 2021, spesial di Gedung
Kwarcab Gerakan Pramuka Kabupaten Ciamis Jl. Jend. A Yani No 134 Ciamis, Ketua
DPRD Kabupaten Ciamis Nanang Permana, SH usai mengikuti peringatan WCUD bersama
Bupati Ciamis, Herdiat Sunarya menggelar diskusi penanggulangan sampah dengan
jajaran DPP Gerakan Hejo (GH) dari Bandung, beserta salah satu divisi GH
yakni Hejotekno yang menangani persampahan dan inovasi teknologi.
Kepada redaksi Nanang Permana yang
juga dikenal sebagai Ketua Gerakan Pramuka Kwarcab Ciamis, dan Ketua Cabang
DPKLTS (Dewan Pemerhati Kehutanan & Lingkungan Tatar Sunda) Kabupaten
Ciamis selaku organisasi peduli lingkungan besutan tokoh Jabar Solihin GP, usai
menggelar diskusi khusus ini, menyatakan mengundang khusus Ketua DPP Gerakan
Hejo, Eka Santosa dan tim Hejotekno yang diketuai oleh Betha Kurniawan.
Rupanya Nanang Permana merasa penasaran,
penanggulangan sampah yang berlabel ‘tuntas di hulu’ itu seperti apa? ”Penasaran
saya dan Kang Eka serta tim Hejotekno, bertemu tak sengaja di Pangandaran. Kala
itu akan membahas implementasi konsep KaMiSaMa (Kawasan Minimasi Sampah
Mandiri). Ini program tuntaskan sampah dibantu mesin ramah lingkungan
StungtaXPindad, dan KaMiSaMa. Katanya, pola ini sebenarnya dicanangkan dulu, untuk
program 10 Bali di Indonesia oleh Kemenko Marinvest Luhut Binsar Panjaitan.
Kenapa tidak, Kang Eka saya ajak ke sini dulu, kita diskusikanlah,” ujarnya
usai pertemuan ini dengan menambahkan –“Setidaknya, saya pahamlah apa itu kinerja
dan keunggulan KaMiSaMa itu.”
Saat ditanya Nanang Permana, apakah KaMiSaMa dan
StungtaXPindad yang sudah menasional ini, akan menjadi bahan pertimbangan ikut menuntaskan
masalah persampahan di Ciamis? “Bisa saja, mengapa tidak? Namun kan, nanti kita
jadwalkan pertemuannya dengan eksekutif dan dinas terkait. Nantilah, kita akan
bahas secara tuntas dengan waktu tersendiri.”
Masih kata Nanang Permana yang hari itu bersama Herdiat
Sunarya dan jajarannya, turut me-launching Smart Drop Box, yakni
teknologi terbarukan pengelolaan sampah. Dalam hal ini, khususnya botol plastik
dikaitkan dengan ‘dompet digital’ – untuk pemenuhan kebutuhan rumah
tangga (listrik, air, asuransi, dll).
“Pak Bupati tadi dalam laporannya sukses menggugah 157.000
relawan di 300-an titik desa, dan kecamatan di kabupaten Ciamis. Di aksi nyata
ini terkumpul sampah organik 7,8 ton, sampah anorganik 12 ton, dan sampah
residu kira-kira ada 8 ton,” terang Nanang Permana yang katanya sangat tertarik
– “Karena implementasi KaMiSaMa ini, tanpa melibatkan dana APBN dan APBD, ini
sebuah terobosan.”
Gerakan
Hejo & Hejotekno
Sementara itu Eka Santosa yang telah melakukan ‘road show’
sebelum tiba di Ciamis telah melakukan “road show” beberapa hari ke Kota Banjar
dan Kabupaten Pangandaran, menyatakan intinya dari diskusi di Kwarcab Pramuka
Ciamis bersama sahabatnya:
“Kang Nanang ini bukan siapa-siapa bagi saya, ia sahabat sejak lama. Lama dikenal kepeduliannya terhadap lingkungan, kan tergabung di DPKLTS. Kita sepakat, sampah itu harus kita kendalikan. Tadi ada residu 8 ton dalam satu gerakan dari Pak Bupati Ciamis pada hari WCUD. Yang residu Itu bagian kami, dikerjakan mesin ramah lingkungan StungtaXPindad, melalui KaMiSaMa. Residunya nanti hanya tinggal 5% saja volume awal. Residu berupa carbon ini justru bermanfaat, untuk campuran pakan ikan, penyubur tanah, bahan baku campuran ke pabrik semen, dan bahan baku pembuatan hebel atau batako.”
Nantinya, menimpal uraian Eka Santosa, CEO HejoTekno Betha
Kurniawan merangkap Direktur PT. Top Tekno Indo yang juga sebagai innovator StungtaXPindad
yang telah memiliki SNI, dan legalitas penggunaan dari Kemen KLHK, sampah yang
selama ini dilakukan secara tradisional ‘diangkut sana-sini’ mulai dari rumah,
TPS, dan terakhir ke TPA:
“Rantai distribusi pengolahan sampah ala tradisional ini,
menghasilkan in-efisiensi serta ada unsur bahaya bakteri disebar kemana-mana,
malah. Lain halnya dengan KaMiSaMa, sampah habis di tempat melalui incinerator berkekuatan
800 – 120 derajat celcius. Malah sampah B3 pun bisa digarap. Jadinya, seperti TPS
‘multi fungsi’ dengan tambahan pola TPS 3R
yang lengkap,” jelas Betha Kurniawan dengan menambahkan –“Pola ini, terdekat sudah
berjalan beberapa bulan di TPS 3R di daerah Melong Kota Cimahi. Silahkan lihat ke sana.”
Alhasil, dari diskusi singkat namun cukup mendalam di Gedung
Kwarcab Gerakan Pramuka Kabupaten Ciamis yang katanya masih dalam rangkaian
peringatan WCUD 2021, menurut Eka Santosa:”Banyak hikmah dari pertemuan singkat
kali ini. Terpenting, kami sepakat walau sudah 76 tahun kita merdeka,
sebenarnya kita masih dijajah oleh permasalahan sampah yang tak kunjung sirna.
Saat 3 tahun lalu kami ulik melalui KaMiSaMa dan StungtaXPindad, barulah ada
harapan besar, buktinya inovasi Hejotekno sudah diakui secara nasional,”
pungkasnya. (Harri
Safiari/Rivansyah Dunda)
Tidak ada komentar