Eros Djarot di Bizpark Hegar, Mengapresiasi Insinerator StungtaXPindad: Perlu Disolusikan !
Algivon – Tokoh senior
nasional Soegeng Rahardjo Djarot yang lebih dikenal sebagai Eros Djarot
(71), hadir pada Kamis malam (14/10/2021) di ‘Rumah Kolaborasi Hejotekno’ di
Bizpark Hegar Jl. Terusan H. Alpi No. 103 Bandung Kulon.
“Kehadirannya, disela kunjungan terjadwal ke kota
Bandung yang cukup ketat. Biasalah Kang Eros Djarot karena pergaulannya yang amat
luas di berbagai kalangan, kami betot sejenak ke Bizpark Hegar. Beliau ternyata,
senang dan mau melihat, serta mendengar
sendiri ada karya anak bangsa insinerator ramah lingkungan, yang sudah memiliki
pengakuan luas secara nasional StungtaXPindad,” ujar Eka Santosa, Ketua Umum
DPP Gerakan Hejo.
Kamis malam itu Eros Djarot yang selama ini dikenal luas sebagai
sutradara, penulis lagu dan skenario yang juga dikenal sebagai politisi Indonesia setiba di Bizpark Hegar,
langsung berdiskusi cukup intensif dengan tuan rumah CEO Hejotekno Betha
Kurniawan.
“Sosok dan kinerja StungtaXPindad kami presentasikan,
hingga penerapan terakhir di beberapa pilot project termasuk aplikasinya di TPS
3R (Reuse, reduce, Recycling) Kelurahan Melong Cimahi, dan rencana teken MoU
dengan Kota Banjar Jawa Barat dalam beberapa hari ke depan,” jelas Betha
Kurniawan sambil menambahkan –“Kami berdiskusi sangat cair dan enak, saat itu.
Soalnya Pak Eros Djarot yang berpendidikan Teknik (Sekolah Teknik Tinggi Koln,
Jerman, 1970 – red) sangat memahami segi teknis, juga keekonomian sosok mesin
ini, termasuk cepat memahami konsep KaMiSaMa (Kawasan Minimasi Sampah Mandiri).
Ini kan ruh dari penuntasan sampah di hulu dari kami yang berkonsep
gotong-royong.”
Catatan
Khusus Eros Djarot
Eros Djarot pada Kamis malam itu yang tiba sekitar
pukul 20.30 WIB, lalu satu jam kemudian melihat langsung kinerja mesin
StungtaXPindad di Bizpark Hegar, yang setiap hari dapat memusnahkan sekira 2
ton sampah (8 jam kerja) hingga ke titik minimal. Ini menjadikan residu sampah hanya
sekitar 5% dari volume awal. Hasilnya, berupa butiran pasir yang masih berguna
untuk campuran pakan, penyubur tanah, bahan pembuat hebel, pencampur industri semen
dan semacamnya. Disamping itu melalui program KaMiSaMa, semula kalangan yang terlibat
seperti tukang sampah yang sementara ini kerap dilihat sebelah mata, harkat dan
derajatnya ditingkatkan secara proporsional.
“Aplikasi di TPS 3R Melong Cimahi, kini tak lagi
mengirim sampah ke TPA (Tempat Pengolahan Akhir) Sarimukti. Sampah dari sekitar
5.300 jiwa di 5 RW, habis di tempat karena tambahan pola KaMiSaMa, serta Barengas
(Bareng2 Kurangi Sampah). Residu sampah habis diolah StungtaXPindad di TPS,” terang
Betha Kurniawan.
Ditanya impresinya setelah berdiskusi dan melihat
langsung kinerja StungtaXPindad, Eros Djarot yang mengaku dirinya dalam
beberapa dekade terakhir menggeluti bidang yang hampir sama, bedanya hanya
skalanya besar dan sangat besar untuk aplikasi di beberapa perkotaan:
“Masalah sampah itu menjadi kebutuhan luar biasa untuk
ditanggulangi secara menyeluruh. Saya lihat ini, mengejutkan ya? Saya lihat
buatan China, alat sejenis buatan Eropa yang saya tangani juga. Cenderung ini,
solusi yang paling tepat,” ujar Eros Djarot yang spontan mengundang tepuk
tangan dari hadirin di Bizpark Hegar.
Lanjutnya, Eros Djarot masih memberi tambahan tanggapan
atas kinerja StungtaXPindad, menurutnya,”ini bentuknya kecil, movable, tak
seperti produk dari Amerika yang belum tentu sesuai dengan karakter sampah
kita. Jadi ini, bisa menyelesaikan sampah (di tempat), tak berisik lagi tadi
itu hanya beberapa desibel …,” terangnya sambil memberi catatan khusus:
“Saya hanya ingin mengatakan, siapapun kepala daerah
yang tidak melihat karya ini sebagai suatu solusi, mungkin itu kepala daerah
yang perlu disolusikan !”
Secara khusus Eka Santosa, Kembali membeberkan konteks
pernyataan ‘kepala daerah yang perlu disolusikan’, tak lain penawaran solusi
penanggulangan sampah di Indonesia ala Gerakan Hejo dan Hejotekno melalui KaMiSaMa
adalah ruh penuntasan sampah di hulu,”kami ajukan ke pemda/pemkot dengan sistem
BOT (build operate transfer) 15 tahun,
tanpa pengguaan dana APBN atau APBD. Sediakan minimal 200 M2 per TPS. Ada regulasi untuk
iuran dari masyarakat seperti biasa,” jelasnya sambil memungkas –“Mungkin,
masih schock memahami tawaran kami, ditambah lagi kata kawan-kawan karena masih
ada 2 M, yaitu belum Mau dan belum Mengerti saja .” (Harri Safiari)
Tidak ada komentar