Sawala Ringan Aksara Sunda Buhun via Mang Ujang Laip: Sesiapa Beminat, Gratis kursus!
Mang Ujang Laip - tulisan Sunda di mata generasi muda kita,"duh ..."
Algivon – Masih ingatkah peristiwa penambahan aksara Sunda pada
papan nama jalan dan beberapa gedung pada tahun 2016 di Kota Bandung? Sejatinya,
konon kala itu menurut penggagasnya, sebagai upaya penguatan nilai budaya di
Kota ‘Kembang’ Bandung. Awalnya langkah ini merupakan prakarsa seorang guru di
SMAN 2 Bandung. Penulisan aksara Sunda
di papan nama jalan tersebut dilaksanakan oleh dinas pemerintahan terkait, sayangnya
dalam penulisannya terdapat kekeliruan.
Polemik ini cukup riuh diungkap media massa pada era 2016.
Serasa teringat kembali Ketika, tatkala kita berjumpa dengan Mang Ujang
Laip pada pertengahan Oktober 2021. Ia inohong Aksara Sunda Buhun dari
Perkumpulan Seni Budaya dan Aksara Gentra Pamitran di Kota Cimahi. Menurut Mang
Ujang, sapaan akrabnya, kekeliruan itu bisa terjadi karena memang ada upaya
menyederhanakan cara penulisan aksara demi kemudahan pembelajaran bagi
masyarakat terutama murid-murid sekolah, dan juga untuk kemudahan aplikasinya
di komputer.
“Penyederhanaan inilah yang dipandang keliru pada waktu itu,”
ujar Mang Ujang. Kemudian ia membandingkan aksara Sunda ynga terdapat di papan
nama jalan Wastukancana dengan tulisan tangannya di kertas seadanya,
“Wastukancana.” “Aksara Sunda itu memang ada beberapa jenis. Yang terdapat di
nama jalan Wastukancana ini dari jenis yang ada di carita Ratu Pakuan, namun
ada rekayasa tehnik untuk kemudahan pembelajaran itu tadi,” lanjut pria berusia
60 tahunan itu – “Apabila mengacu kepada aksara di dalam naskah-naskah kuno
yang ditulis dengan tehnik penulisan aksara jenis itu, akan mengalami
keksulitan.”
Gratis kursus
Selanjutnya lebih jauh Mang Ujang Laip menyatakan: “Murid-murid SMP atau
masyarakat lainnya bisa saja membaca aksara yang ada di papan nama jalan itu,
tapi mereka tidak akan bisa membaca naskah-naskah kuno yang ada si Museum Sri
Baduga.”
Contoh tulisan tanga Mang Mang UJang Laip untuk aksara Sunda jenis Carita Ratu Pakuan (foto @diraksa)
Mang Ujang Laip sendiri mengenal aksara buhun ini sejak usia
9 tahun dari buyutnya, lalu mempelajarinya secara otodidak. Hingga kini ia masih
terus mendalami perkembangan berbagai jenis aksara Sunda, juga nilai-nilai
filosofinya.
Hebatnya, demi menyikapi kurangnya minat generasi muda
mempelajari aksara Sunda/buhun ini Mang Ujang pun secara terbuka dan cukup
lantang bersedia mengajari mereka. “Teu kudu mayar (tak usah bayar –
gratis kursus!),” tegasnya. “Silakan saja bergabung dengan Perkumpulan Seni
Budaya dan Aksara Gentra Pamitran di Cimahi,” pungkas Sang Maestro Aksara Sunda
Buhun ini. (HS/Adi
Raksanagara)
Catatan: Artikel ini telah tayang di adiraksanagara.com dengan judul Bincang Ringan Aksara Sunda Buhun Bersama Mang Ujang Laip
Tidak ada komentar