Wajib Tahu, Teknik Transportasi Benih Bening Lobster Pasir
Oleh : Rita Rostika
Peneliti Lobster
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
Bendahara Umum
Masyarakat Akuakultur Indonesia
Algivon -- Pada suatu proses budidaya lobster ada saat dimana kita harus
melakukan proses transportasi benih bening lobster (BBL) dari sumber benih ke hatchery, dari hatchery
ke KJA (Keramba Jaring Apung) dan seterusnya. Saat itulah kita dihadapkan pada situasi yang
harus tepat, tidak boleh salah dan harus presisi. Bilamana sedikit saja terdapat
kesalahan, akibatnya terjadi kematian BBL yang amat merugikan kita. Oleh sebab itu pengetahuan terkait penurunan
kecepatan metabolisme lobster menjadi hal yang paling krusial.
Metabolisma
Pada Gambar
1 berkut ini adalah penjelasan terkait banyaknya parameter yag berhubungan
dengan temperatur air laut.
Gambar
1. Parameter yang Dipengaruhi
Temperature Air Laut: Kelangsungan
Hidup, Kedalaman Berenang, Kecepatan Berenang, Laju Pertumbuhan, Aktifitas
Makan, Metabolisme, Memijah dan Kelangsungan Telur serta Larva Ikan, Migrasi dan
Distribusi, serta Kelimpahan Ikan
Dari Gambar
1 diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa air laut sangat mempengaruhi kondisi
metabolisme ikan, lalu parameter apa
saja dari air laut yang berpengaruh tehadap
metabolisme tersebut? Metabolisme merupakan proses kimia yang
terjadi pada sel tubuh, yang mengubah pakan yang dikonsumsi menjadi energi. Energi dibutuhkan oleh tubuh agar sel dan
jaringan tubuh tetap sehat, tumbuh dan
berkembang serta fungsinya berjalan dengan baik.
Parameter
fisik air yg berpengaruh terhadap metabolisme adalah suhu, salinitas, kedalaman
dan kecerahan. Parameter kimia antara
lain DO, pH, Ammonia, Nitrit, BOD dan COD.
Lainnya, suhu
lingkungan amat berpengaruh langsung terhadap
metabolisme lobster. Saat suhu sedang
tinggi, metabolisme lobster dipacu,
sedangkan pada suhu yang lebih rendah, proses metabolisme diperlambat.
Bila keadaan ini berlangsung lama, maka akan mengganggu kesehatan udang.
Secara tidak langsung suhu air yg tinggi akan menyebabksan oksigen dalam air
menguap, akibatnya lobster akan kekurangan oksigen dan mati.
Salinitas air merupakan hal krusial pada metabolisme lobster yang sensitive terhadap perubahan salinitas. Adanya hujan maupun masuknya aitr tawar dari sungai atau muara mempengaruhi terhadap kondisi lobster. Lobster akan mati massal bila hal ini terjadi.
BBL yang dipindahkan umumnya adalah lobster bening, belum terjadi perubahan warna, dengan ukuran bobot kurang lebih 0,2 gram (Gambar 2).
Berikut ini
akan dijelaskan bagaimana cara transportasi
BBL dari satu tempat ke tempat yang lain, yakni dengan menempatkannya ke
dalam kantong plastik ataupun thermos.Yang harus disiapkan adalah kantong
plastik ukuran 2 kg atau thermos, air laut dengan suhu 28o C, es batu, suplai atau
pasokan oksigen murni, cool box, spidol untuk menandai kemasan.
Dimulai
dengan memasukkan air laut kedalam kantong plastik atau thermos, dalam 1
kantong dapat dimasukkan BBL sekitar 200 ekor BBL. Lalu tambahkan oksigen murni, sekitar 3 x
lipat volume air, selanjutnya wadah plastic diikat karet. Lakukan ini untuk beberapa kantong dan simpan kantong
plastik berisi BBL pada 1 kotak
stryrofoam. Masukkan juga beberapa plastik berisi es batu, dalam 1 kotak
tersebut sejumlah yang sama dengan wadah plastik berisi BBL (Gambar 3).
. Gambar
3. BBL yang sudah dikemas dan siap
ditransportasikan
Demikian
info terkait cara transportasi BBL yang aman dengan harapan
para stake holder dapat memanfaatkan metoda ini agar dapat mempertahankan
kualitas BBL harapannya bisa tetap hidup dalam waktu lebih dari 18 jam perjalanan. (HS/RR)
Tidak ada komentar