Musda II DPD FPPI Jabar dari Ega Megantari ke Biduk Baru Tia Fitriani – Limbah & Perbaikan Lingkungan
Algivon -- Bertempat di FOX HARRIS Hotel City Center di
Jl. Jawa No. 3 Bandung, pada Sabtu (18/12/2021) telah berlangsung dengan sukses
Musyawarah Daerah (Musda) II DPD Forum Pemberdayaan Perempuan Indonesia
(FPPI) Jawa Barat. Perhelatan yang berlangsung meriah dan tertib, diikuti para
pengurus dari 27 Kota/Kabupaten di Jawa Barat. Lainnya, helatan ini saat pembukaan,
selain dihadiri Ketua Umum DPP FPPI, DR. Marlinda
Irawati, MSI, juga dihadiri secara virtual oleh Ridwan Kamil, Gubernur
Jawa Barat.
Secara umum Ridwan Kamil, mengapresiasi beberapa pencapaian selama
FPPI berkiprah di Jawa Barat:”Perhatian penuh atas perkembangan isu-isu pemberdayaan
perempuan, kita ini berada di antara seperlima penduduk Indonesia yang tinggal
di Jawa Barat. Selama ini kita dan
seterusnya harus tetap bermitra, demi peningkatan kesejahteraan warga Jabar dan
Indonesia pada umumnya.”
Tiba pada akhir sesi Musda II ini, akhirnya lahir kepemimpinan
baru di DPD FPPI Jabar, Dra. HJ. Tia Fitriani (2021 – 2026) menggantikan HJ.
Ega Megantari, S.H. Ikom.
“Ke depan dengan pergantian kepemimpinan yang kental dengan
nuansa musyawarah mufakat, sosok DPD FPPI Jabar bisa lebih berperan turun ke
msyarakat, ini untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan dan anak di provinsi
yang menjadi penyangga ibukota RI,” ujar Marlinda Irawati dengan menambahkan
kepada salah satu tamu undangannya Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol)
Jawa Barat Iip Hidayat –“Mohon titip ya Pak ini Ibu Tia sebagai Ketua yang
baru, dengan segala programnya …”
Prioritas Program ala
Tia Fitriani
Kepada puluhan awak media, Tia Fitriani yang sehari-hari juga
dikenal sebagai Ketua Fraksi NasDem DPRD Jabar, menyatakan prioritas program awal
setelah terpilih membiduki DPD FPPI Jabar, di antaranya: Mewujudkan amanah dari
Ketum DPP FPPI untuk segera terjun ke masyarakat. Aksi nyata itu, menemui para
perempuan Jawa Barat yang masih memerlukan berbagai bantuan. Paling khusus
menurutnya, harus ada upaya segera menekan angka kriminalitas, apalagi menekan kasus
kekerasan seksual yang meresahkan kita akhir-akhir ini.
“Lainnya, fenomena darurat lingkungan ini harus bisa
diminimalisir. Aksinya, para perempuan harus memulai menangani produk limbah
rumah tangga secara mandiri. Contohnya, menangani limbah minyak jelantah. Ini
sepertinya hanya hal kecil, padahal sangat penting. Saat ini terjadi kerusakan
lingkungan, akibat ketidakpahaman kita. Limbah ini, banyak dibuang begitu saja.
Bila dibuang ke tanah, akan menutup pori-pori tanah, berakibat tanah menjadi
mengeras. Lalu tanah itu, tidak produktif. Bila dibuang ke sungai atau air, akan mengganggu eko sistem atau biota sungai
maupun laut. Segera para perempuan di Jawa Barat, harus lebih peduli terhadap
aspek lingkungan, dan kami akan mengajarkan bagaimana mengolah produk-produk
limbah ini menjadi sesuatu yang berguna. Termasuk, nantinya akan meningkatkan
perekonomian mereka.”
Menanggapi pritoritas program kerja dari Ketua DPD FPPI Jabar
yang baru, salah satu peserta Musda II ini Ewik Susilowati yang dirinya diumumkan
akan menjadi salah satu pemegang amanahnya nanti:
”Pas-nya saya ditempatkan sebagai apa, tadi belum terdengar
jelas. Intinya, siap membantu Ibu Tia
Fitriani bersama rekan-rekan,” ujar Ewik Susilowati yang merasa
prihatin atas masih sedikitnya perhatian kita untuk menangani limbah rumah
tangga seperti minyak jelantah, plastik, dan semacamnya –“Tadi Ibu Ketum FPPI bersama
Ibu Tia Fitriani berkeliling ke sejumlah stand yang mengolah limbah. Terdengar kesepakatan
keduanya akan menggalakkan aksi menangani limbah ini di Jabar.”
Pernyataan Sikap
Tia Fitriani usai memaparkan sejumlah prioritas untuk
diwujudkan dalam masa kepemimpinannya, ia memanfaatkan momen melancarkan
pernyataan sikap. Ini terkait perlunya penanganan atas fenomena kekerasan
seksual terhadap perempuan dan anak di Jabar (kasus Boarding School Madani,
Kabupaten Tasikmalaya, dan Kota Depok).
Dalam paparannya, Tia Fitriani merujuk pada data kekerasan
berdasarkan studi dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan
Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi Jawa Barat pada 2020,”kasus kekerasan
seksual masih mendominasi,” ujarnya dengan nada geram.
Detilnya, dari 1412 bentuk kekerasan yang dilaporkan di 27
kabupaten/kota, 548 di antaranya adalah kasus pelecehn seksual. Terbanyak kasus
kekerasan seksual di Kabupaten Sukabumi, yakni 136 kasus. Disusul Kota Bekasi ada
59 kasus, dan ketiga Kota Bandung 42 kasus.
“Terkini, yang lebih memprihatinkan terjadi di tiga kota di
Jawa Barat. DPD FPPI Jawa Barat menyesalkan terjadinya kekerasan seksual
terhadap santriwati di Bandung, Tasikmalaya, dan Kota Depok,” tegasnya dengan
melayangkan sedikitnya 7 butir tuntutan serta perhatian kepada semua pihak
terkait, dalam hal penegakan hukum, keadilan bagi para korban, termasuk perlunya
tensi khusus terhadap Kementerian Agama untuk lebih keras meningkatkan pengawasan
kepada Lembaga Pendidikan binaannya.
“Rekomendasi untuk DPR RI, segera sahkan RUU Tindak
Pidana Kekerasan Seksual dengan memberikan penegasan terhadap hak-hk korban,
termasuk untuk tidak mengalami kriminalisasi akibat kasus yang menimpanya,”
demikian pungkas Tia Fitriani. (Harri Safiari)
Tidak ada komentar