2022, Waktunya Tingkatkan Target Budidaya Tambak Udang dengan Disease Prevention System
Ilustrsi budidya udang (foto:Trikmerawat.com)
O P I N I
Oleh: Fittrie Meyllianawaty Pratiwy,
Ph.D.
Dosen Departemen Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Padjadjaran
Algivon -- Rencana KKP (Kementrian Kelautan
dan Perikanan) pada tahun 2022 ingin meningkatkan budidaya tambak udang kurang
lebih 50 kali lipat, lebih banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini
dilakukan guna memperbanyak ekspor hingga tahun 2024 yang ditargetkan mencapai
2 juta ton produksi udang per tahun.
Melalui program revitalisasi secara tradisional lalu menjadi
semi intensif dilakukan demi tercapainya target Program revitalisasi khususnya
tambak udang yang mencapai 45ribu hektar disekitar Kalimantan, Sumatera, Nusa
Tenggara, bahkan Sulawesi. Kemungkinan besar program yang dilakukan saat ini
sesuai dengan rencana target produksi udang 2-3 tahun kedepan.
Produktivitas udang yang semulanya hanya 0,6 ton per ha
setiap tahunnya, ingin ditingkatkan sekurang-kurangnya menjadi 20-30 ton per
hektar selama setahun. Itulah yang dikatakan Direktur Jenderal Perikanan
Budidaya TB Haeru Rahayu pada acara Catatan Akhir Tahun (2021) kemarin.
Maka, ditingkatkanlah teknologi dalam program semi intensif
yang perlu dilaksanakan untuk membantu tercapainya target 30 ton per hektar
setiap tahun tersebut.
Tempat yang luas menjadi pilihan bagi perkembangan produksi
udang melalui program revitalisasi ini. Empat calon wilayah besar di Indonesia
akhirnya terpilih, diantara lain Sulawesi (22.500 Ha), Sumatera (10.000 Ha),
Kalimantsn (10.500 Ha), lalu yang paling sedikit wilayahnya yaitu Nusa Tenggara
dengan 2.000 Ha.
IPAL Terorganisir
Pelaksanaan program ini cara kerjanya melalui penerapan
tandon, memisahkan salutan inlet dan outlet, meningkatkan tebar 80 ekor per M2,
mengatur petak pemeliharaan, pengaplikasian IPAL (instalasi pengolahan air
limbah), otomisasi 20 unit kincir dan pompa per hektar, lalu memantau kesehatan
udang.
Jika semua pembenahan tersebut dilakukan, maka produksi udang
akan meningkat. Kerusakan lingkungan tidak akan terjadi karena inlet-outletnya
jelas dan tata kelola hingga IPAL-nya juga terorganisir. Hal ini dijamin akan
terjadi oleh Tebe, panggilan akrab Direktur Jenderal Perikanan Budidaya.
Program ini tidak dilakukan di Jawa karena indeks data
produksi udang khususnya di Pantai Utara Jawa menunjukan kejenuhan. Maka dari
itu, Tebe mengubah lokasi ke komoditas yang lain.
Namun, tidak semua rencana dapat berjalan dengan lancar. Dari
budidaya udang ini sering kita temukan berbagai masalah, salah satu contohnya
adalah serangan wabah penyakit. Wabah yang dimaksud yaitu AHPND (Acute
Hepatopancreatic Necrosis Disease) dan juga EMS (Early Mortality Syndrome). Hal
ini menyebabkan produktivitas udang menurun dan membuat para petambak udang
ketakutan selama lebih daru satu dekade.
Semakin hari, kendala yang terjadi sering dihadapi oleh para
petambak. Bahkan pemerintah menekankan dan memberikan target untuk menjadikan
Indonesia sebagai negara pengekspor udang terbesar di dunia hingga 250% pada
2024 yang akan datang. Produksi udang perlu ditingkatkan dengan mengurangi atau
mengatasi wabah penyakit ini.
Bakteri yang berasal dari marga Vibrio yang menyebabkan
terjadinya EMS hingga benih udang mengalami kematian. Bakteri yang diketaui
dengan sebutan Vibriosis ini biasa terdapat pada post larva benur, pakan alami,
bahkan air bak benur dan induk. Bakteri ini juga dapat ditemukan di air yang
tercemar dan pada lumpur.
Berbagai cara telah dilakukan demi mencegah terjadinya wabah
yang merusak budidaya udang. Seperti yang sudah disebutkan diatas bahwa
mengatur kualitas air dan keramahan lingkungan adalah salah satu cara
pencegahan bakteri berkembang. DPS (Disease Prevention System) merupakan
teknologi yang mencegah tambak udang terkena wabah penyakit dengan memberikan
protokol dan sebagai solusi agar kualitas air teratur dengan efektif dan ramah
lingkungan.
DPS dengan salah satu komponennya yaitu disenfektan yang
dapat membunuh bakteri dengan cepat dan telah terbukti keefektifannya. Bukan
itu saja, disenfektan dapat menghilangkan patogen-patogen yang sering
menimbulkan penyakit yellow head virus, white spot syndrome virus, dan AHPND
pada udang.
Di Subang, terdapat lokasi tambak udang yang mengalami pandemi
kematian dini yang disebabkan dari wabah penyakit. Dibalik semua masalah dalam
membudidayakan udang, terdapat keuntungan besar dan alasan mengapa kita harus
membudidayakan udang. Keuntungan yang didapatkan melebihi 600juta per tahun.
Apalagi dimasa pandemi seperti sekarang, ekonomi menurun
membuat orang-orang mencari tambahan penghasilan. Membudidayakan udang
misalnya, keuntungan yang menjanjikan menjadi sebab banyak orang yang tergiur
untuk membudidayakannya.
Kementrian Kelautan dan Perikanan menyatakan lebih dari 12
ton udang yang dipanen dari setiap 2.000 meter tambak. Bayangkan, jika harga rata-rata
udang per kilo mencapai Rp. 80.000 dengan menjual 35 ekor udang per kilo maka
penghasilannya dapat mencapai angka Rp.800 juta. Keuntungan yang fantasis untuk
menabung masa tua nanti, bukan? Dengan ini maka target untuk penjualan ke luar
negeri akan semakin mudah dicapai. Terlebih lagi, para milenial mulai tergiur
dengan budidaya udang, khususnya udang vaname.
SDM (Sumber Daya Manusia) kaum milenial yang terbilang penuh dengan kreativitas dipadukan dengan SDA (Sumber Daya Alam) bersifat perikanan dimanfaatkan untuk meningkatkan potensi sektor perikanan. Generasi milenial terdidik dan memiliki ilmu pengetahuan perikanan selalu dapat menghasilkan inovasi, contohnya dengan memanfaatkan teknologi agar produktivitas dan hasil panen meningkat.
Alasan mengapa pemerintah atau Kementrian Kelautan dan Perikanan
sangat berambisi untuk mencapai target 2 juta ton per tahun karena pada tahun
2020 lalu produksi udang mencapai 856.753 ton. Hal ini memberikan harapan
tinggi untuk menjadikan Indonesia pengekspor udang terbesar di dunia. Target
yang sebelumnya dianggap sulit terwujud, berubah dengan secercah harapan untuk
mencapainya.
Dengan tekad yang kuat, persoalan yang muncul harus dipersempit untuk menjaga kelestarian budidaya udang. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, KKP masih kurang dalam menyelesaikan masalah mendasar yang berpotensi dapat menghambat tercapainya target pada tahun 2024 nanti.
Persoalan yang belum terselesaikan ini harus segera ditangani
KKP. Bukan hanya untuk mencapai target, namun juga untuk masa depan. Budidaya
perikanan dapat menjadi solusi untuk persediaan kebutuhan pangan nanti. Sumber
daya di daratan mulai sulit untuk dikembangkan dan terus menurun, maka
pembudidayaan perikanan khususnya udang dapat dijadikan faktor pendukung agar ekonomi dan
ekologi bisa terus berlangsung secara bersamaan dan dalam waktu yang lama.
Berbagai upaya sudah dilakukan demi tercapainya tujuan dua
tahun mendatang. Sesuatu yang belum pasti dapat diprediksi, namun dengan
kepercayaan penuh budidaya udang dapat terus berkembang. Target yang ditetapkan
pemerintah sangatlah mustahil sebelumnya, tapi seiring berjalannya waktu
pencapaian-pencapain tersebut mulai terlihat. Kemajuan teknologi yang sangat
membantu dan juga kreativitas serta inovasi generasi muda tak luput membantu
tercapainya target
Kerja keras & Cerdas
.
Keuntungan dari budidaya udang ini membantu masyarakat
Indonesia untuk kehidupan yang lebih layak. Meningkatkan perekonomian negara
dan keberlangsungan hidup untuk masa depan. Selain keuntungan materi, kita juga
dapat ilmu pengetahuan tentang cara mengebangkan budidaya udang yang baik dan
benar. Walaupun dibalik semua itu terdapat banyak masalah yang belum
terselesaikan. Harapannya dapat menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut hingga
membentuk program yang sempurna untuk budidaya udang.
Penargetan 2 ton per tahun pada 2024 terlihat nyata karena
jeda waktu yang Panjang untuk mencapainya dan melesatnya produksi udang
disetiap tahun. Udang termasuk komoditas utama pembudidayaan perikanan. Perlu
kerja keras untuk mencapai target tersebut. Namun, kini budidaya udang menjadi
peluang bisnis yang semakin pesat direbutkan oleh para petambak.
Rencana program tersebut sudah ada, tinggal melaksanakannya
saja. Kejar target pasar udang di Indonesia masih terbilang kecil. Dari USD 24
miliar harga pasar udang di seluruh dunia, Indonesia hanya menyumbang sekitar
USD 2 miliar. Maka dari itu, KKP memberikan target yang tinggi untuk mengejar
ketertinggalan. KKP ungkap salah satu strategi supaya udang dapat bersaing
lebih kompotitif secara harga adalah dengan menurunkan tarif bea masuk.
Program membuat tambak udang diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan rakyat hingga meningkatkan pendapatan daerah bahkan tujuannya
untuk melestarikan ekosistem. Seperti penjelasan diawal, untuk mencapai
kelestarian ekosistem tambak udang harus dilengkapi dengan infrasturktur yang
terjamin kualitasnya, seperti laboratorium, outlet-inlet, gudang pakan, dan
sebagainya.
Target pada 2022
Jika ingin produksi udang meningkat maka yang perlu
diperhatikan adalah kualitas dari benih dan induknya. Produksi udang dapat
mengalami penurunan karena kualitas yang buruk diawali dari benih dan induk.
Agar target ini bisa tercapai tepat waktu maka yang harus dijaga adalah
tersedianya benih dan induk unggul untuk meningkatkan produksi. Induk dan benih
yang berkualitas telah tercapai akan mewujudkan produksi 50 juta benih per
tahun.
Nah, itu dia penjelasan mengenai target di tahun 2022 yang
ingin ditingkatkan dari 133% menjadi 250%. Membayangkannya saja sulit apalagi
untuk mewujudkannya, ya, kan? Tapi dengan kesulitan itulah kita menjadi sangat
berambisius untuk mendapatkannya. Sesuatu yang sulit membuat siapapun terlihat
keren jika menaklukannya, bukan? Indonesia memiliki lokasi laut yang luas diberbagai
wilayah, sayang sekali jika kita tidak memanfaatkannya dengan baik.
Namun, selama persoalan kualitas air, lokasi tambak yang
masih ambigu, dan wabah penyakit diantara petambak bahkan kematian dini benih
udang masih belum bisa diselesaikan maka pencapain target dapat terhambat. Kita
semua tentu saja tidak ingin hal tersebut terjadi. Apa yang harus kita lakukan
untuk itu? Tentu saja dengan mengikuti protokol dan ramah lingkungan bagi para
petambak, kualitas air harus secara ruti terorganisir dan dicek, lalu lokasi tambak
harus segera diputuskan.
Pentingnya melestarikan ekosistem di Indonesia menyadarkan
masyarakat untuk ikut berpartisipasi. Selain mudah dibudidayakan, produksi
udang juga sangat menguntungkan diberbagai aspek. Tercapainya target pemerintah
untuk pemasokan udang di Indonesia tergantung banyaknya produksi udang pada
saat ini. (HS/FMP)
Tidak ada komentar