Mengenal Potensi Alga Laut sebagai Penghasil Senyawa Bioaktif
O P I N I
Oleh : Fittrie
Meyllianawaty Pratiwy, Ph.D.
Dosen Departemen Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
Algivon -- Makroalga
laut merupakan tumbuhan thalus tingkat rendah yang hidup di Sebagian besar perairan
laut, atau di bagian habitat yang selalalu lembab atau basah. Makroalga sebagian
besar tersusun dari banyak sel (multiseluler), dimana setiap selnya memiliki inti
sel dan plastida yang terdapat zat-zat derivat warna seperti klorofil (hijau),
fikosianin (biru), fukosantin (pirang), fikoeritrin (merah) dan lain-lain (Ira
et al., 2018). Secara morfologi tumbuhan ini sangat mirip dengan tumbuhan
tingkat tinggi karena memiliki daun, batang dan akar, namun semua bagian tersebut
adalah bagian semu dan tidak sama seperti tumbuhan tingkat tinggi.
Hasil fotosintesis yang disimpan sebagai cadangan makanan
pada makroalga umumnya berada di dalam sitoplasma selnya atau plastidanya
berupa senyawa polisakarida, lemak dan senyawa minyak lainnya tergantung dari
jenis makroalganya. Motilitas makroalga sangat bervariasi menyesuaikan dengan
jenis, siklus reproduksi dan adaptasinya terhadap lingkungan. Contohnya adalah
jenis Phaeophyceae saat fase dewasa akan bersifat bentik tidak bergerak dan menempel
pada suatu substrat menggunakan bagian tubuh yang disebut holdfast, sedangkan
saat berada di stadium reproduktif maka beberapa sel reproduksi makroalga ini
akan memiliki sel-sel yang motil.
Makroalga ini termasuk dalam Divisi Thallophyta. Memiliki
tig akelas besar, diantaranya yaitu: Chlorophyta (Alga Hijau), Phaeophyta (Alga
Coklat) dan Rhodophyta (Alga Merah). Makroalga berbeda dengan mikroalga yang
umumnya berupa fitoplankton, sedangkan makroalga umumnya tanaman makroskopik
dan tersusun atas jaringan thalus yang cukup komplek. Nama lain makroalga yang
cukup dikenal adalah rumput laut (seaweed). Makroalga mengandung banyak bahan
aktif yang bermanfaat bagi kesehatan, Industri makanan dan manfaat di bidang
lainnya (Rejeki, 2014).
Sargassum sp. (Sumber : Pansing et al., 2017)
Alga laut adalah komoditas utama perairan yang umumnya
mengandung sejumlah besar bahan bioaktif dan berpotensial untuk dimanfaatkan di
berbagai bidang Kesehatan, industry ataupun sebagai sumber bahan tambahan
pangan. Senyawa bioaktif pada alga laut merupakan hasil produk sampingan
non-esensial yang diproduksi oleh sejumlah spesies alga laut melalai proses yang
disebut biosintesis metabolik sekunder. Menurut Waksmundzka-Hajnos et al.,
(2008) menyatakan bahwa metabolit sekunder (MS) adalah senyawa metabolit
organik yang diproduksi oleh tubuh dan bukan merupakan senyawa utama dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh, fungsi metabolit sekunder adalah
sebagai pertahanan cadangan terhadap pathogen dan adaptasi stress terhadap
lingkungan. Umumnya alga laut dapat menghasilkan beberapa bahan bioaktif
diantaranya yaitu senyawa Terpenoid, Fenolik dan senyawa yang mengandung unsur Nitrogen
seperti Alkaloid dan Glukosinolat (Rosenthal & Berenbaum, 2012). Berikut
merupakan penjelaan terkait beberapa jenis bahan bioaktif yang terkandung dalam
Alga laut yang akan dibahas:
a) Senyawa Terpenoid
Terpenoid adalah salah satu kelas senyawa metabolit
sekunder dengan ciri umumnya yaitu tidak mudah larut oleh air. Terpenoid dapat
disintesis dari senyawa asetil-CoA atau hasil intermediet reaksi glikolisis dan
dibentuk oleh penggabungan unit-unit isopren berkarbon lima. Kelompok terpenoid
juga dapat disintesis melalui jalur asam mevalonat (MVA) dan metileritritol
fosfat. Pengklasifikasian jenis terpenoid berdasarkan struktur kerangka karbon (C5)-n
yang menyusun molekulnya. Berikut merupakan pembagian jenis-jenis senyawa terpernoid
yaitu hemiterpenoid (C5), monoterpenoid (C10), seskuiterpenoid (C15), diterpenoid
(C20), sesterterpenoid (C25), tetraterpenoid (C40) dan triterpenoid (C30) (Anggraito
et al., 2018). Senyawa-senyawa terpenoid pada alga laut memiliki fungsi sebagai
sifat antimikroba, antijamur, antivirus, antiparasit, antihiperglikemik,
antialergenik, antiradang, antipasmodik, imunomodulator, dan kemoterapetik
(SAMI, 2021).
b) Senyawa Fenolik
Fenolik adalah senyawa kimia hasil metabolic sekunder
tanaman yang tersusun atas gugus hidroksil fungsional pada cincin aromatik.
Senyawa ini dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat kelarutan nya yaitu
fenolik murni yang hanya larut di pelarut organik, fenolik berupa asam-asam
karbosilat dan glikosida yang juga larut dalam air, dan fenolik polimer
berukuran besar dan tak larut dalam air. Sedangkan golongan fenolik yang
umumnya dikenal dapat dibagi menjadi golongan flavonoid sederhana, asam-asam
fenolat, flavonoid kompleks, dan antosianin (Anggraito et al., 2018). Senyawa
fenolik biasanya memiliki fungsi utama untuk meningkatkan respon pertahanan
imunitas pada alga laut ataupun tanaman lainnya. Senyawa Fenolik seperti
flavonoid pada alga laut dan sejumlah tanaman lainnya juga memiliki peran penting
dalam pengaturan pigmen warna untuk kamuflase tanaman (flavonoid golongan antosianin),
dan memiliki aktivitas antibakteri dan antifungi (Edreva et al., 2008).
c) Senyawa Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa jenis metabolik sekunder yang
memiliki unsur-n (nitrogen) sebagai bagian penyusun strukturnya dan bersifat
tidak larut dalam air, Alkaloid biasanya disintesis dari gugus asam amino
tertentu seperti lisin, tirosin, atau triptofan. Meskipun begitu, dalam tulang
punggung struktur karbonnya mengandung komponen yang mirip seperti struktur
senyawa terpenoid. Senyawa alkaloid bersifat alkalin yaitu sekitar pH 7,2
dimana atom nitrogen strukturnya terprotonasi sehingga senyawa alkaloid
bermuatan positif dan tidak larut air (Anggraito et al., 2018). Senyawa
alkaloid yang diekstrak alga memiliki fungsi dalam menghambat aktivitas
pertumbuhan bakteri, senyawa alkaloid juga dapat berfungsi sebagai antibakteri
dan antifungi (Siregar et al., 2012). Bahan bioaktif dari alga laut agar dapat
dimanfaatkan harus mengalami beberapa seleksi dan tahapan pengujian kadar
kandungan nya melalui uji fitokimia. Metode ektraksi alga laut ada banyak
sekali jenisnya, namun yang paling umum digunakan adalah metode maserasi alga menggunakan
senyawa pelarut etanol. Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder
(komponen bioaktif) yang terdapat pada sampel alga laut. Analisis fitokimia
yang dilakukan terdiri dari analisis
alkaloid, flavonoid, fenol hidrokuinon, steroid/triterpenoid, tanin, dan
saponin yang terkandung pada ekstrak alga laut.(HS/FMP)
Tidak ada komentar