Wajib Tahu Nih, Teknik Budidaya Pendederan Lobster Pasir di Perairan Teluk Awang Lombok
O P I N I
Oleh : Rita Rostika
Peneliti
Lobster-Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-Universitas Padjadjaran
Algivon -- Dalam proses budidaya lobster, semua tahapan dan langkah-langkah merupakan hal yang sangat penting untuk dikuasai, hal ini demi menjamin kesuksesan dan keberlangsungan budidaya itu. Pendederan adalah tahapan awal dari rangkaian budidaya lobster yang akan berlangsung minimal 8 bulan, ini merupakan langkah penting dari keberhasilan budidaya.
Di Teluk
Awang Kabupaten Lombok Tengah (Gambar 1) ini dikenal sebagai lokasi perairan
yang tenang dan subur, parameter biologi (fitoplankton, zooplankton,
meroplanton), parameter fisik (suhu, salinitas, konduktivitas, pH, kekeruhan,
oksigen terlarut/DO) serta parameter kimia/unsur hara perairan (nitrat dan
fosfat), sangatlah mendukung. Komunitas
bentik didata secara visual di lokasi terumbu buatan. Pengukuran parameter
fisik dilakukan secara in situ pada permukaan dan dasar perairan (kedalaman 9
dan 11 m), dengan menggunakan alat water quality checker. Pengambilan sampel
fitoplankton dan zooplankton menggunakan plankton net 60 µ dan 300 μ, sedangkan
meroplankton menggunakan jaring bonggo 700 μ. Kemudian pemeriksaan secara
laboratorium dilakukan untuk unsur hara seperti nitrat, dan fosfat serta
plankton, dan meroplankton.
Gambar
1. Teluk Awang di Sebelah Tenggara Pulau
Lombok
Kondisi
Habitat dan Lingkungan
Kondisi
habitat dan lingkungan di perairan Teluk Awang sangat menunjang budidaya
pendederan lobster pasir. Parameter salinitas di Teluk Awang yaitu 34,6 ppt,
sedangkan parameter kecerahan Teluk Awang adalah 4,9 m.
Suhu permukaan dan bagian dasar perairan Teluk Awang sebesar
28,090 C dan 27,880 C, selain
itu oksigen terlarut antara di bagian
permukaan dan dasar perairan (kedalaman 9 dan 11 m), cukup tinggi yaitu 5,46 – 5,68 ppm dan 5,21 – 5,22 ppm. Konduktifitas perairan memiliki nilai di permukaan adalah sebesar
52,5 sedangkan di dasar perairan sebesar 52,6.
Bagaimana dengan parameter TDS / Total Dissolved Solids atau padatan
terlarut ?
Angka
pengamatan baik di permukaan maupun dasar perairan adalah sama yaitu 31,3. Lalu bagaimana dengan kondisi pH air di Teluk Awang?? Di Teluk ini pH
di permukaan air adalah
8,25 – 8,26 sementara itu pH di dasar perairan antara 8,23 – 8,26.
Parameter penentu lain adalah
kondisi nitrat dan sulfat.
Seperti apa hasil pengukuran yang telah dilakukan?? Kandungan nitrat di perairan Teluk Awang adalah antara
0 – 0,053 sedangkan kandungan
posfat pada perairan Teluk Awang
antara 0.009 - 0,018 (Tabel 1).
Berdasarkan
Tabel 1 dapat diamati bahwa kondisi perariran sudah cocok sebagai lokasi
pendederan lobster pasir.
Kelimpahan
fito-zooplankton di sekitar lokasi penempatan terumbu buatan menunjukan bahwa
proporsi di Teluk Awang pada bulan Juni berada dalam kisaran 3,266 individu/L
dan 0,247 individu/L. Meroplankton yang dijumpai di Teluk Awang terdiri atas
ikan, telur ikan, udang, kepiting dan cacing laut (polichaeta). Dari lima meroplankton yang dijumpai, telur
ikan merupakan yang paling dominan, disusul oleh kepiting dan udang. Larva ikan
dijumpai dalam jumlah yang sangat sedikit, demikian hal-nya dengan cacing
laut.
Kondisi
parameter air secara fisik, kimia dan
biologi menunjang keberadaan lobster ukuran kecil sampai 5 gram-an.
Bagaimana
teknologi budidaya pendederan lobster yang biasa dilakukan pembudidaya? Berikut
ini akan dijelaskan proses pendederan yang banyak dilakukan di perairan Teluk
Awang.
Wadah
pendederan adalah karamba jaring apung (KJA) yang terbuat dari kayu ataupun
plastik HDPE dengan ukuran 3 meter x 3 meter, kemudian ditambahkan jaring
plastik berdiameter 4 mm berukuran 3 meter x 3 meter dengan kedalaman 2 meter.
Benih Bening
Lobster (BBL) didapatkan dari hasil tangkapan sendiri, yang jumlahnya cukup
berlimpah pada bulan-bulan April sampai Desember. Benih bening ini biasanya dikumpulkan dahulu
di wadah plastik berukuran 0,4 meter x 0,6 meter x 0,4 meter dan diberi aerasi
yang cukup. Kepadatan pada wadah plastic ini sampai lebih dari 2000 ekor.
Setelah BBL
ditebar dalam KJA tidak diberi pakan sampai 4 hari, dan hari berikutnya barulah
BBL diberi cincangan ikan dan kerang. Hal itu dilakukan terus menerus selama
kurang lebih 1 bulan sampai BBL berubah menjadi lobster muda dengan ukuran
sekitar 5 gram. Kondisi di Teluk Awang
ini sangat menunjang untuk pertumbuhan lobster muda sehingga lobster yag
dihasilkanpun sangat baik (Gambar 2).
Demikian
langkah-langkah penting yang dilakukan para pendeder lobster di Teluk Awang,
semoga bermanfaat, dan sekarang setidaknya kita semakin tahu, kan? (HS/RR)
Referensi :
R. Faizah.
, L.
Sadiyah dan Aisyah. 2020. Struktur Komunitas dan Preferensi Habitat
Ikan Karang pada Terumbu Buatan di Teluk Awang dan Teluk Bumbang, Pulau
Lombok. Oseanologi dan Limnologi di
Indonesia 5(1): 61-73 61Online ISSN: 2477-328X Akreditasi RISTEKDIKTI . No.
21/E/KPT/2018 http://jurnal-oldi.or.id.
Tidak ada komentar