Manguak Rahasia Molting pada Lobster: Molting Series (1)
O P I N I
Oleh: Rita
Rostika
Peneliti
Lobster Fakultas Perikana dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
Algivon -- Pertumbuhan krustasea termasuk lobster terjadi pada saat ekdisis atau molting dan merupakan peristiwa siklus dalam kelompok krustasea. Informasi tentang siklus molting adalah kunci untuk meningkatkan teknik budidaya . Molting adalah proses yang kompleks dan membutuhkan energi, dan sejarah hidup sebagian besar krustasea disinkronkan dengan siklus molting.
Banyak
faktor lingkungan, fisiologis, perilaku dan nutrisi yang diyakini mempengaruhi
molting, reproduksi, dan keduanya. Diketahui bahwa proses metabolisme diatur
oleh beberapa hormon neuroendokrin multifungsi yang terletak di sistem
saraf dan daerah mandibula. Kemajuan dalam endokrinologi krustasea
selama 30 tahun terakhir, termasuk pengembangan metode analisis yang lebih kuat
untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi hormon dan identifikasi gen mRNA
yang bertanggung jawab untuk produksi hormon ini, membuka jalan untuk pemahaman
yang lebih baik tentang hubungan timbal balik antara moulting dan reproduksi
pada krustasea.
Faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan
Laju pertumbuhan pada spesies yang berbeda dan serupa tetapi di wilayah lain dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik. Di antara faktor biotik, makanan memainkan peran utama dalam proses pertumbuhan krustasea, yakni kualitas pakan, ketersediaannya dan kepadatan populasi lobster. Suhu adalah faktor abiotik utama yang mempengaruhi pertumbuhan, juga salinitas, oksigen dan fotoperiodik juga mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi lobster.
Lobster
berduri yang ada di Indonesia, seperti dekapoda lainnya, melepaskan
kerangka luar tua mereka secara berkala untuk tumbuh. Ecdysis tidak hanya membuang kulit luar tubuh
tetapi juga melepas lapisan chitinous pada kerongkongan dan usus depan
serta permukaan permukaan insang. Pada akhir fase larva, transformasi lengkap
dari larva phyllosoma, yang berbentuk
seperti daun ke puerulus berbentuk dewasa akan terjadi. Proses dari
ecdysis pada lobster pasir pun serupa,
meskipun lebih lambat untuk menyelesaikan setiap tahap. Saat lobster memasuki
fase proecdysis, yaitu persiapan untuk molting, beberapa
morfologi, anatomi dan fisiologis akan
berubah. Kegiatan proecdysis
meliputi resorpsi dan penyimpanan komponen kutikula dalam hemolimfa, deposisi
kutikula baru, tungkai regenerasi, pergeseran jalur biokimia dan ion selektif
dan penyerapan air.
Sebagai
informasi proses molting dibagi menjadi
dua fase, yaitu pasif dan aktif. Selama
fase pasif (Tahap D4, yang merupakan bagian dari proecdysis), karena penyerapan
air, karapas menjadi terpisah dari jahitan ecdysial yang didekalsifikasi pada
pangkal kaki dan thoracoabdominal,
membran menonjol keluar di persimpangan karapas dan perut. Jika lobster
terganggu atau jika kondisinya tidak mendukung, lobster dapat memperlama fase
beberapa jam. Saat lobster memasuki fase ekdisial aktif (ireversibel), membran thoracoabdominal
pecah, dan saat kehilangan cengkeraman, lobster jatuh ke samping atau
mempertahankan posisi tegaknya dan menggeliat serta melompat keluar dari
kerangka luar lamanya.
Fase
postecdysial dimulai dengan lobster menyerap air dalam jumlah besar untuk
meregangkan anggota badan dan tubuh dan mengira-ngira tubuhnya yang baru
panjang dan volume.
Fase
metecdysis (intermoult) dimulai dengan lobster aktif makan selama kutikula baru
disekresikan, mineralisasi terjadi dan pengendapan jaringan baru mulai
menggantikan air yang diserap selama ekdisis.
Lobster
mampu mempertahankan aktivitas terkoordinasi tingkat tinggi, kelincahan dan
kontrol neuromuscular fungsi tubuh sampai pecahnya membran thoracoabdominal dan
pemisahan karapas dari perut (fase aktif ecdysis), namun lobster menjadi lemas/tidak berdaya dan
rentan selama fase akhir.
Panjang Maksimal Karapas Lobster, Berapa?
Panjang
karapas (Carapace Length = CL) dan berat badan pada setiap molting
menunjukkan korelasi yang signifikan pada lobster jantan maupun betina. Lobster pasir umumnya membutuhkan waktu 15 –
20 menit untuk menyelesaikannya, saat
ini ada fase rentan yang harus dialami untuk bertahan hidup karena ada fase
kanibalisme.
Periode
antar molt-nya pada lobster pasir jantan dan betina lebih pendek, dan menjadi
makin lambat bila lobsternya makin kecil.
Hasil riset Mohammed dan George (1968) P. homarus di sepanjang pantai
Kanyakumari di pantai barat daya India terpantau ukuran maksimum adalah 312,1 mm dan 302,5 mm Total Length untuk
jantan dan betina berumur 10 tahun. Tomas (1972) pertumbuhan panjang karapas
lobster P. homarus per molting adalah
4-9 mm. namun apabila di akuarium Panulirus polyphagus berukuran 88 mm. Peningkatan CL 11 mm dalam dua kali
pergantian kulit secara berurutan.
Tabel
1. Perkiraan Parameter Pertumbuhan
Lobster Pasir Dari Lokasi Geografis Yang Berbeda Dengan Berbagai Metode
Gambar 1. Bagian Dorsal Lobster Pasir Yang Mengalami Gagal Molting
Gambar 2.
Bagian Ventral Lobster Pasir Yang Mengalami Gagal Molting
Demonian
informasi terkait molting lobster, wahai para pembaca yang budiman jangan lupa ikuti
seri ke- 2 untuk menguaknya lebih jauh. Sampai jumpa… (HS/RR)
Referensi
: Dari hasil riset pribadi penulis dan dari berbagai sumber Pustaka
Tidak ada komentar