Gelegar Orasi Kebangsaan, Karen Pooroe di Bandung: Hukum di Indonesia itu Belum Tajam!
Algivon – Ketua Komite
Solidaritas Perlindungan Perempuan dan Anak (KSPPA) Partai Solidaritas Indonesia
(PSI), Karen Pooroe, mengumandangkan orasi kebangsaan pada kegiatan peringatan
67 tahun Konferensi Asia Afrika bertajuk Deklarasi Kebangsaan Solidaritas dari
Bandung Bagi Dunia, yang digelar DPC PSI Kota Bandung di Gedung New Majestic,
Kota Bandung, Kamis (21/4/2022) malam.
Dalam acara yang meriah dan khidmat serta dirangkai dengan
kegiatan peringatan sejarah perjalanan KAA yang ke-67, yang di antaranya
melahirkan Dasa Sila Bandung yang berpengaruh besar pada tatanan politik
kenegaraan dunia sejak era 1950 –an hingga kini, dihadiri oleh Ketua DPC PSI
Kota Bandung, Yoel Yosaphat bersama jajaran, kader, para anggota legislatif
Kota Bandung dari PSI serta beberapa tamu tamu undangan.
Dalam orasinya, Karen Pooroe atau yang dikenal dengan
panggilan Karen Idol ini, dikumandangkan bagaimana perempuan di mana pun berada
kerap menjadi korban fisik, kekerasan verbal, bahkan kekerasan seksual. Ini
tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi di seluruh dunia. Padahal perempuan
adalah penentu arah kemana generasi akan berjalan. Pemberdayaan perempuan itu
adalah hal yang sangat penting:
“Perempuan adalah orang yang betul-betul harus dihargai,
kesetaraan gender itu sudah menjadi isu global yang kita perlukan. Karena
perempuan selalu didiskriminasikan,” ucap Karen usai acara dihadapan awak
media.
Perjuangan KSPPA PSI ini tidak hanya seremonial belaka, namun diikuti oleh aksi nyata. Hal tersebut diungkapkan oleh Karen dari kegiatan KSPPA yang selama ini terjun langsung mendampingi para korban, terutama di Jawa Barat.
“Kenapa di Jawa Barat ini KSPPA sangat aktif sekali? Karena
di Jawa Barat kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak itu termasuk yang
paling tinggi. Kita lihat yang didampingi KSPPA saat ini adalah korban dari
predator seksual anak, Heri Wirawan. Lima korban didampingi oleh KSPPA, dan
terus terang saja kami mendapatkan hambatan dari hulu sampai ke hilir. Bahwa
restorative justice dan upaya pemulihan korban, itu sangat sulit sekali
didapatkan oleh para korban,” ungkapnya.
UU TPKS dengan Catatan
Lebih lanjut menurut Karen Idol dengan adanya momen ini,
lanjutnya, menjadi momen yang penting bagi kami untuk menyuarakan apa yang
sudah KSPPA lakukan, terlebih oleh KSPPA Kota Bandung.
Menanggapi dengan telah disahkannya UU TPKS (Tindak Pidana
Kekerasan Seksual), ia menyambutnya secara positif , namun dengan ragam
catatan.
“Bersyukur UU TPKS telah disahkan, walaupun UU tersebut
sudah tereduksi (berkurang) sangat banyak sekali dari RUU sebelumnya. Dari 152
pasal itu hanya 50 pasal yang kemarin dirapatkan, lalu tereduksi lagi. Jadi,
memang keberpihakan terhadap korban itu masih agak abu abu dan belum ada
kepastian hukum yang betul-betul mengikat,” ujar Karen.
“Menurut kami di KSPPA, hukum di Indonesia itu belum tajam,
kekerasan terhadap perempuan dan anak ini seperti puncak gunung es, dimana
pucuknya semakin mengecil, kebawah semakin besar dan tenggelam. Diantaranya
karena korban banyak yang tidak mau melapor, karena banyak pertimbangan, karena
dari hulu sampai hilir segala sesuatunya sulit. Maka itulah yang kami encourage (dorong), kami
dari KSPPA mendorong kepada para korban untuk berani berbicara dan kami
dampingi mereka dari proses pelaporan sampai pendampingan psikologis sampai
pemberdayaan perempuan,” pungkasnya.
Kaum Muda & Melek Politik
Masih pada kesempatan yang sama, Ketua DPC PSI Kota Bandung,
Yoel Yosaphat, menjelaskan bahwa digelarnya kegiatan deklarasi kebangsaan
tersebut, juga dalam rangka HUT KAA ke - 67, Hari Kartini dan yang terpenting
demi mengajak kawula muda agar melek politik.
“Kami ingin ada masyarakat Kota Bandung, Jawa Barat dan
Indonesia thau bahwa pada hari yang spesial ini, di hari peringatan KAA, semua
orang bisa mendapatkan makna. Ada tiga makna yang kita sampaikan. Pertama,
makna kita memperjuangkan kesetaraan perempuan, kedua, makna kita
memperjuangkan semangat toleransi di Kota Bandung, Jawa Barat dan Indonesia,
serta dunia, karena KAA ini dari Bandung untuk dunia. Ketiga, semangat untuk
anak-anak muda yang mungkin kurang peduli dengan politik dan kami undang untuk
masuk ke dalam politik praktis supaya mereka ikut andil dalam perubahan mulai
dari Kota Bandung, mungkin nanti provinsi dan nasional, yang penting mereka mau
terjun. Hal-hal itu yang kami suarakan,” tandasnya.
“Jadi saya berharap, hari ini adalah gaung dimana PSI tidak
tinggal diam. PSI itu ada di Kota Bandung, punya semangat dan impian untuk
membuat Kota Bandung menjadi lebih baik. Oleh karena itu, kita butuh yang
progresif, transparan dan semangat muda,” pungkasnya. (HS/St)

Tidak ada komentar