Mulyadi dari Banggar DPR RI Ungkap Rapor Merah BUMN: Tak kapok Lakukan Penanaman Modal Negara
Algivon – Syahdan, ikhwal kerap
muncul pemberitaan tentang rapor merah kinerja emiten Badan Usaha Mili Negara
(BUMN), sayangnya seiring perjalanan waktu kondisi ini bak menguap begitu saja.
Ujung-ujungnya niat mulya upaya pemerintah mendongkrak perekonomian nasional
itu, nyaris tak ada lang ujurnya.
Adalah sejak era 2015, pemerintah besar-besaran memberikan
modal kepada sejumlah Badan Usaha Milik
Negara atau BUMN. Via Penanaman Modal
Negara (PMN) ini, sang BUMN diharapkan mampu meningkatkan perannya sebagai
agen pembangunan, dan aktif mendukung program prioritas nasional.
Apa daya, walaupun sudah disuntik sejumlah dana, tetap saja kinerja
keuangan sejumlah BUMN masih buruk alias memble. Anggota Banggar DPR RI,
Mulyadi mengungkapkan, meski terbukti tidak efektif, negara seperti tak kapok
melakukaan pola penyuntikan PMN ini.
"Saat ini banyak BUMN rapornya merah tapi masih gampang
saja pemerintah meloloskan usulan PMN," terang Mulyadi kala ia berbicara
pada diskusi Kerjasama JMSI Jabar
Dengan ISEI yang bertajuk
"Transparansi Pengelolaan Negara: Problem Utang Luar Negeri BUMN dan
Pembiayaan Infrastruktur dalam APBN" di Jalan Maskumambang No. 39 Kota
Bandung, pada Sabtu, 21 Mei 2022.
Transparansi Anggaran
Idealnya, kata Mulyadi, pemerintah lebih berhati-hati dalam
mengelola keuangan negara. Mulyadi khawatir, ini akan membuat beban APBN makin
berat. Terungkap seperti ada yang mengesalkan dirinya: “Selama ini pemerintah
tampak nyaman dengan konsep defisit manajemen,” paparnya dengan sengit sambil
menambahkan – "Ini akan jadi beban APBN di masa yang akan datang."
Terdorong atas diskusi ini, di antaranya ia mengajak
masyarakat berpartisipasi aktif melakukan pengawasan terhadap pengalokasian
APBN.
"Kita harus mengkritisi dampak kebijakan utang terhadap
APBN karena transparansi anggaran itu penting. Jangan sampai tiba-tiba ada
utang yang tidak terkontrol oleh negara," ungkapnya.
Lebih jauh masih kata Mulyadi, jika utang itu berasal dari
pinjaman luar negeri, pengelolaannya harus transparan, dan tepat sasaran karena
akan berimbas pada kedaulatan ekonomi bangsa kedepannya. Sebenarnya, kata dia,
banyak potensi ekonomi yang bisa digali dan meminimalisir utang atau menjual
aset.
Alhasil, Mulyadi mengevaluasi, jangan menggadaikan
kepentingan bangsa dengan membuka kran kebijakan yang memberi kemudahan kepada
pihak asing untuk memiliki aset dinegara kita, atau menjadi direksi BUMN. "Jangan
sampai improvisasi bisnis yang dilakukan justru mengancam kedaulatan ekonomi
negara" tutupnya. (HS/Rls)
Tidak ada komentar