M Jumhur Hidayat Didaulat ‘Nyapres’ oleh Aktivis Lintas Generasi: Tolak Penambahan Periodisasi Jabatan Presiden
Presiden RI, Joko Widodo
Algivon – Kembali beraktivitas seperti biasa, Muhammad
Jumhur Hidayat, Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI)
dideklarasikan atawa ‘nyapres’ sebagai calon presiden atau wakil presiden oleh
para aktivis lintas generasi. Yang unik, deklarasi ini dilakukan dalam acara
Kemping Aktivis Lintas Generasi di Gunung Cikuray Kabupaten Garut 18-19 Juni
2022 lalu. Turut hadir di acara ini, di antaranya aktivis legend Malari '74,
Hariman Siregar, aktifis Paskah Irianto dan rekan seperjuangan Jumhur Hidayat,
Syahganda Nainggolan.
Selain mendeklarasikan calon presidennya; Para aktivis
lintas generasi juga menyampaikan sikapnya menolak upaya upaya memaksakan
perpanjangan masa jabatan presiden. Menurut para aktivis, Jokowi harus mau
berhenti secara terhormat setelah masa jabatan periode keduanya selesai. Setiap
upaya menambah periodesasi jabatan presiden adalah bentuk pengkhianatan
terhadap agenda reformasi/demokrasi. Jika hal tersebut tetap dipaksakan maka,
para aktivis gerakan lintas generasi akan melawan habis habisan.
Deklarasi dan penyampaian sikap tegas para aktivis ini
merupakan momentum penting yang dapat memecah kesumpekan politik pencalonan
presiden saat ini. Rakyat Indonesia tengah diombang ambing oleh figur figur
calon presiden yang disodorkan oleh elit lembaga survey, dan digoreng oleh elit
politik untuk dihidangkan kepada para oligarki. Siapa yang layak untuk
diloloskan sebagai capres harus sesuai dengan selera kepentingan para
"penguasa" tersebut.
Menurut Didi Suradi, salah satu peserta Kemping Aktivis
Lintas Generasi di Gunung Cikuray kehadiran
M Jumhur Hidayat atau siapapun yang berasal dari kalangan aktivis gerakan,
menjadi penanda bahwa masih ada perlawanan terhadap sistem dan budaya politik,
yang kini dimonopoli kekuatan oligarki.
Masih kata Didi Suradi, persoalan berhasil maju atau tidak
ikut ‘nyapres’, serta mampu memenangkan politik elektoral atau justru kalah,
tidak terlalu penting.
“Yang utama adalah terus menyuarakan bahwa dinamika politik
Indonesia bukan hanya milik segelintir elit partai dan cukong oligarki,” pungkasnya.
(HS/Rls).
Tidak ada komentar