Tokoh Lintas Agama Berkumpul di Pesantren At-Tamur Cibiru Kota Bandung – So What?
Algivon -- Sejak lama kondisi keberagaman khususnya dalam
hal keagamaan bagi bangsa Indonesia, ini kerap dianggap sebagai aset penting, dalam
hal berbudaya dan berbangsa. Sepertinya, hal ini tidak dimiliki oleh bangsa
lain. Sebaliknya, dewasa ini muncul fenomena menarik , ada istilah radikalisme,
dan intoleransi antar umat beragama. Diduga hal terakhir ini menjadi pemicu timbulnya
kekerasan, perpecahan, sialnya hal ini kerap dikaitkan dengan konteks hubungan antar
umat beragama di Indonesia yang akhir-akhir ini kerap bermasalah.
Terkait hal itu Pesantren At-Tamur di Desa Cibiru Kota
Bandung bekerjasama dengan Litbang Kemenag RI melakukan dialog kebangsaan
dengan istilah Halaqah Moderasi Beragama dialog tokoh lintas agama Jawa Barat
yang berlangsung, Kamis, (7/7/2022).
Para tokoh yang hadir dari perwakilan Islam, Kristen, Budha,
Konghucu, juga beberapa aliran dalam Islam seperti Ijabi, Ahmadiyah dan lainnya,
mereka berkumpul dalam satu semangat kebangsaan beragam.
Pimpinan Pesantren At-Tamur KH Samsudin sebagai tuan rumah
mengatakan pihaknya bersyukur hari ini bisa menggelar kegiatan yang penting:”Semoga
ini menjadi titik awal kegiatan serupa bisa menjadi agenda kedepan tentunya
tidak saja At- Tamur yang akan menyelenggarakan bisa saja lembaga lain dan pemerintah,"
ucapnya.
KH Samsudin berharap pertemuan ini bisa melahirkan
rekomendasi bagi pemerintah, terkait apa yang menjadi aspirasi dari para tokoh
lintas agama, hal ini pun bisa menjadi masukan untuk menjaga keutuhan dan
persatuan umat kedepannya.
Politisasi Agama
Turut hadir perwakilan Litbang
Kemenag, Rizki R Taufik, SH, perwakilan
GP Ansor, NU, Banser, pihak kepolisian Polda Jabar serta Polsek Cileunyi
serta beberapa orang mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (
SGD) Bandung.
Hal yang menarik lainnya, sempat terlontar dari pengasuh pesantren At- Tamur KH Nanang atau biasa di sapa Mbah Nanang justru menurutnya istilah radikal atau radikalisme itu bagus. “Karena kalau kita sebagai orang beragama itu, harus radikal terhadap ajaran agama bersungguh- sungguh menjalankan ajaran agama,” ujarnya.
Lebih jauh Mbah Nanang mengibaratkan semua tokoh yang hadir
disini apakah bisa dipaksa menyakini atau masuk agama lainnya? “Kan, tentu
tidak mau. Justru itu baik karena radikal dengan agamanya, biarkan keyakinan
masing masing berjalan karena memang kita ini sudah ditakdirkan berbeda
beda," terangnya.
Kasih Sayang dan Damai
Sementara itu Romo Anton salah satu perwakilan tokoh dari
agama Buddha ikut menyampaikan pandangannya. Menurut Romo anton, apa yang
terjadi saat ini dalam hubungan umat beragama sebenarnya terjadi karena ada
paham atau aliran yang masuk ke Indonesia. Dia mencontohkan dalam agama Budha
saja saat ini, sudah muncul perbedaan keyakinan beribadah padahal masih satu
ajaran agama. “Seperti bagi kami Nabi Sidarta Gautama adalah nabi terakhir umat
Buddha, tapi ternyata ada aliran baru yang muncul yang tidak menyakini hal
tersebut," ujarnya.
Diakhir pertemuan Pimpinan At- Atamur KH Samsudin sekaligus penggagas dialog tokoh lintas agama ini, berharap setelah acara ini segera perwakilan masing masing mengirimkan rekomendasinya terkait persoalan antar umat beragama. “Paling lama satu minggu laporan akan kita teruskan ke Litbang Kemenag," imbuhnya.
Dipenghujung acara KH Nanang seakan menjawab so what para tokoh lintas agama berkumpul di pesantrennya? Ia lalu menyampaikan pesan spritual
bahwa tidak akan masuk surga, bagi mereka yang belum merasakan surga dunia. “Lalu apa
itu surga dunia,? Tak lain, mereka yang telah mencabut rasa dendam dan kebencian dihatinya. Lalu muncul rasa kasih sayang dan damai di antara mereka. Ini
dikutip dari Ibnu Qayyim" pungkasnya. (HS/Edi)
Tidak ada komentar