Food Smart City ala Bandung, Gelar Konperensi Internasional, Elaborasi Ketahanan Pangan & Urban Farming
(Dok: Ist)
Algivon -- Ada agenda khusus pada tanggal 3 - 4 Agustus 2022 di Kota Bandung, yakni diselenggarakan Konperensi Internasional dengan tema: “Meningkatkan Ketahanan Pangan Kota dan Menciptakan Future Work melalui Urban Farming yang Berbasis Budaya dan Teknologi”.
Hari pertama (03/08/22) akan dilaksanakan di Auditorium Arnts Geise Building – Universitas Katolik Parahyangan. Sementara di hari kedua (04/08/22)akan dilakukan kunjungan lapangan ke lokasi urban farming di Kota Bandung. Penyelenggaraan konperensi ini merupakan salah satu upaya Kota Bandung dalam mengatasi persoalan ketimpangan akses pangan global.
Menurut rencana kunjungan lapangan ini diawali dari Taman Dewi Sartika Balai kota lalu akan mengunjungi kelompok Buruan SAE “Sawargi” di Kelurahan Sarijadi dan Buruan SAE “Pajajaran Lestari di Kelurahan Pjajaran. Acara kunjungan ini diakhiri di halaman Kantor DKPP Kota Bandung/RPH, Jl. Arjuna No. 45. Demi terlaksananya kunjungan ini, panitia menyediakan 5 unit Bandros i (Bandros - Bandung Tour On Bus) sebagai transportasi bagi para delegasi konperensi.
Kota Bandung, melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP), sangat serius dalam menghadapi persoalan pangan yang menjadi kebutuhan primer manusia. Terlebih, hampir 2,5 juta penduduk Kota Bandung saat ini dicukupi kebutuhan pangannya dari luar Kota Bandung. Karenanya meyakinkan ketersediaan pangan bagi warga kota menjadi sangat penting, dan tetap menjadi fokus perhatian. Selain itu, timbul keprihatinan dengan adanya data yang beredar tentang tata kelola pangan dunia. Pada laporan lembaga Embrace Relief dalam tulisannya yang berjudul: World Hunger Facts: World Food Shortage 2021 (September 8, 2021) ditampilkan banyak data. Salah satunya menyoal UN World Food Programme yang mengagregasikan bahwa 957 juta warga dunia yang tersebar di 93 negara yang tidak terpenuhi kebutuhan makan yang paling dasar.
Laporan lain juga menunjukkan bahwa setiap tahun terdapat 3,1 juta anak-anak yang meninggal karena kelaparan. Selain itu juga terdapat anak-anak dibawah umur 5 tahun yang kekurangan gizi dengan berat badan yang sangat kurang. Kondisi ini berakibat pada kondisi fisik yang lemah dan penurunan fungsi mental. Data tersebut menggambarkan bahwa kondisi pangan dunia yang terkait dengan distribusi dan akses belum dapat menjangkau secara merata keseluruh warga dunia. Dengan kata lain masih ada ketimpangan akses pangan diberbagai kawasan di dunia.
Kota Bandung sudah terkoneksi dengan lembaga-lembaga yang mengkhususkan perhatiannya dalam tata kelola pangan. Pada 6 Agustus 2020 Wali Kota Bandung menandatangani Milan Urban Food Policy Pact (MUFPP) atau dengan sebutan lain “Milan Pact”. MUFPP adalah kesepakatan internasional antar kota yang berkomitmen untuk mengembangkan sistem pangan perkotaan yang berkelanjutan, inklusif, tangguh, aman dan ramah iklim, yang menyediakan makanan sehat dan terjangkau untuk semua.
Hingga saat ini, untuk masa lima tahun perjalanannya, MUFPP telah menghimpun sebanyak 215 kota yang menandatangani Pakta Milan, memiliki 6 region (North and Central America, South America, Asia pacific, Europe, Africa, dan Eurasia and south east asia); menghimpun 13 kota sebagai steering committee; dan memiliki koleksi praktik baik pengelolaan pangan di 370 kota yang tersebar di seluruh dunia.
Dengan terkoneksi ke jaringan ini, Kota Bandung dikenal terutama dalam praktik baiknya dalam mengupayakan produksi pangan di perkotaan. Dengan mengusung Buruan SAE, DKPP menyampaikan praktik baik di Kota Bandung ini dalam beberapa kesempatan pertemuan. Dari yang sifatnya rapat internal, rapat steering committee, hingga pertemuan regional forum yang menjadi ajang tahunan bergengsinya MUFPP.
Melalui interaksi itu, pada saat Indonesia menjadi tuan rumah bagi negara negara yang tergabung dalam G-20, Kota Bandung mendapat dukungan Food and Agricultural Organization (FAO) dan Milan Urban Food Policy Pact (MUFPP) untuk menyelenggarakan kegiatan dalam kerangka G-20. Itulah sebabnya Konferensi internasional pada tanggal 3-4 Agustus terdrbut di atas diselenggarakan guna mendukung Presidensi G-20 karena terkoneksi dengan Sherpa U-20 dimana Propinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta berperan sebagai co-chair
Empat Tujuan Penting
Konferensi internasional di atas, memiliki empat tujuan penting berupa elaborasi utama. Pertama, menguatkan kesadaran bersama terhadap permasalahan ketimpangan akses pangan sehat yang terjadi di beberapa belahan dunia. Kedua, mendorong generasi muda untuk peduli dan terlibat dalam upaya mewujudkan ketahan pangan kota.
Ketiga, mendorong komitmen bersama negara-negara anggota G-20 dan anggota Milan Pact untuk melakukan gerakan urban farming dan pengurangan limbah makanan (food waste reduction). Keempat, memperkuat jejaring dan kolaborasi baik skala nasional maupun internasional dalam mewujudkan Kota Cerdas Pangan (Food Smart City).
Luaran kegiatan ini disamping akan mencetuskan Bandung Recommendation sebagai masukan bagi Gubernur Jawa Barat dalam Mayor Summit, juga mengajak peserta konperensi untuk mewujudkan sistem pangan kota yang berkelanjutan dengan melakukan gerakan Buruan SAE (Urban Farming). Kesadaran dan keterlibatan generasi muda dalam mewujudkan ketahanan pangan kota yang berkelanjutan, juga menjadi harapan penting lainnya. Terselenggaranya konperensi internasional ini di Kota Bandung yang difasilitasi oleh Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) tak lepas dari rangkaian kerja sama antara DKPP Kota Bandung dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP (FISIP) UNPAR sejak Januari 2022.Januari.2022. Kesepakatan kerja sama tersebut ditandatangani oleh Kepala DKPP Kota Bandung, Ir. Gin Gin Ginanjar, M. Eng., yang dan Dekan FISIP UNPAR, Dr. Pius Sugeng Prasetyo, M.Si., Kesepakatan ini merupakan upaya bersama dalam mewujudkan Kota Cerdas Pangan (Food Smart City). (HS/AR/Rls)
Tidak ada komentar