Riska Mahasiswi UNY Meregang Nyawa Tersebab Tak Sanggup Bayar UKT, PSI: Kuliah Seharusnya Gratis!
Algivon -- Sejak jauh-jauh hari Partai Solidaritas Indonesia
(PSI) sudah mencanangkan kuliah gratis untuk segenap rakyat Indonesia.
"Selama ini, 7,6 juta mahasiswa diperas sistem untuk
memenuhi haknya sendiri akan pendidikan," ungkap Furqan AMC, Juru bicara
DPP PSI.
Menurutnya, beasiswa-beasiswa yang ada hanya menjadi
katup-katup pengaman sosial, yang hanya memoderasi krisis pendidikan yang makin
hari makin akut.
Mengandalkan kedermawanan tak cukup menutupi lubang krisis
yang menganga di jantung pendidikan.
"Karena itu solusinya tak bisa lagi hanya charity,
pendidikan harus direvolusi, kuliah gratis adalah tuntutan suci, yang harus
direbut sampai mati," tegas aktivis 98 ini.
Kisah pilu Nur Riska Fitri Aningsih mahasiswi Universitas
Negeri Yogyakarta (UNY), yang berjuang mendapatkan keringanan UKT (Uang Kuliah
Tetap) hingga ajal menjemputnya atawa meregang nyawa, membuat PSI semakin yakin bahwa kuliah gratis
untuk seluruh rakyat Indonesia adalah keniscayaan.
"Siapapun yang membaca kisah Riska, mahasiswi Program
Studi Pendidikan Sejarah angkatan 2020 ini di utas Twitter sahabatnya @rgantas,
pasti akan teriris hatinya, bagai disayat-sayat sembilu," ungkap Furqan
lebih lanjut.
Walau sudah bolak-balik meminta keringanan UKT ke pihak
kampus hingga Rektorat, anak penjual sayur dengan gerobak di pinggir jalan ini
tak jua mendapatkan keringanan yang sepantasnya untuk bisa membuat ia tenang
menjalani kuliah.
Dari Rp 3,14 juta kewajiban UKT yang harus dibayarkan, ia
hanya mendapat keringanan Rp 600 ribu saja.
Riska yang bercita-cita menjadi sarjana agar bisa jadi
tulang punggung keluarga menopang hidup orang tua dan keempat adiknya yang
belum lulus sekolah, harus berjibaku dengan UKT setiap awal semester.
Solidaritas guru-guru sekolah dan rekan-rekan kampusnya tak
cukup menetralisir deritanya.
Perempuan tangguh itupun akhirnya tutup usia 9 Maret 2022
setelah pembuluh darah di otaknya pecah di semester tiga karena hipertensi.
Menurut Furqan, Riska tidak sendiri. Ada ribuan bahkan
mungkin jutaan Riska-Riska lainnya harus menggantang nasib ingin jadi sarjana
di Republik ini. Tak peduli di kampus negeri apalagi swasta. (HS/Rls).
Tidak ada komentar