Peranan Tambak Udang dalam Perlindungan dan Restorasi Hutan Mangrove
O P I N I
Oleh: Fittrie Meyllianawaty Pratiwy, Ph.D.
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran
Algivon -- Studi baru menemukan bahwa tambak udang dapat menjadi pendorong perlindungan dan restorasi mangrove. Inipun pada gilirannya, dapat membantu memerangi perubahan iklim dan melindungi masyarakat pesisir, serta satwa liar. Studi ini memberikan peta jalan bagi industri tambak udang untuk memulihkan habitat mangrove, dan mengembalikan seluruh layanan ekosistem yang mereka sediakan.
Dengan adanya tambak udang, regenerasi habitat mangrove yang terancam punah, nantinya dapat teratasi. Tambak udang yang dilakukan sekarang memungkinkan bisnis dibidang ini tetap berlanjut. Selain itu juga dapat membantu negara untuk memperbaiki iklim serta meningkatkan ketahanan masyarakat pesisir.
Mangrove menyediakan banyak jasa ekosistem, termasuk habitat bagi spesies laut dan migrasi, melindungi komunitas pesisir secara fisik, mencegat polutan, dan menangkap karbon. Mangrove menyerap karbon hingga empat kali lipat laju hutan terestrial, menjadikannya penting untuk mengatasi perubahan iklim dan menurunkan emisi karbon. Diperkirakan hutan mangrove melindungi 18 juta orang, dan bernilai $120 miliar per tahun untuk kontribusinya pada pertahanan pesisir, perikanan, kehutanan, dan rekreasi.
Industri tambak udang memiliki peluang besar untuk mengembalikan habitat mangrove yang hilang. Tambak udang secara bersamaan dapat meningkatkan reputasi lingkungannya dan mengatasi perubahan iklim dengan memulihkan tambak yang terbengkalai dan mengadopsi praktik tambak udang yang bertujuan untuk beroperasi selaras dengan hutan mangrove. Agar berdampak, upaya restorasi mangrove harus beroperasi pada skala lanskap di seluruh wilayah.
Studi ini menemukan bahwa pembeli udang dan perusahaan rantai pasokan dapat mewujudkan komitmen Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG) dengan mendorong kegiatan restorasi di seluruh bentang alam dan ekosistem untuk memaksimalkan dampak dan mengurangi fragmentasi dengan menghubungkan petak-petak hutan mangrove satu sama lain. Skema sertifikasi saja tidak dapat memenuhi tujuan ini, karena berfokus pada tingkat petani. Namun, dengan melibatkan petani, pemasok, dan pemangku kepentingan dalam area yang ditentukan, banyak perkebunan, termasuk produsen skala kecil, akan dapat memenuhi dan melampaui kriteria konservasi dan restorasi habitat dari skema sertifikasi utama.
Restorasi & Pembibitan
Salah satu studi di Eropa sedang mengembangkan alat berbasis peta baru yang dibuat bekerja sama dengan Longline Environment yang mengidentifikasi kolam pertanian aktif dan terbengkalai yang berada di habitat mangrove seperti India, Vietnam, Indonesia, dan Thailand. Alat ini memungkinkan perusahaan yang membeli udang untuk mengidentifikasi peluang dalam rantai pasokan mereka guna mendukung proyek restorasi atau proyek peningkatan akuakultur. Studi ini juga mencakup rekomendasi dan tindakan untuk pembuat kebijakan dan pengelola sumber daya, lembaga sertifikasi dan alat tolok ukur GSSI, peneliti, dan LSM.
Hutan mangrove berperan penting dalam menahan pasang air laut dan tsunami. Jika tidak ada mangrove, tambak udang juga tidak akan berfungsi dengan baik. Restorasi yang dilakukan dapat berupa pembibitan yang dilakukan bersama oleh para petambak sehingga tambak udang pun akan terlihat menghijau.
Kesadaran pentingnya menjaga ekosistem dengan meregenerasi mangrove perlu ditingkatkan. Untungnya, saat ini hutan mangrove mulai kembali tumbuh. Dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan mangrove mulai terbukti, karena ada upaya yang dilakukan untuk merestorasi hutan mangrove. Tambak udang harus mendorong keberlangsungan hutan mangrove karena hutan mangrove sudah pasti mendukung berjalannya tambak udang. Selamat berkarya dan mari kita selamatkan lingkungan sekaligus melakukan peningkatan budidaya akuakultur yang baik dan benar. (HS/FMP)
Tidak ada komentar