1.000 Tahun Prasasti Sang Hyang Tapak di Bandung, Eni Sumarni: Warisan Tak Benda …
Algivon.com -- Dialog
dan Sedekah Budaya yang diwujudkan dalam acara Peringatan 1.000 tahun Sang
Hyang Tapak yang bertemakan ‘Muncang Labuh ka Puhu’. Ini menurut panitia yang
menggelar peringatan di Café Batavia, Hotel Savoy Homann, Jl. Asia Afrika No. 112 Kota Bandung, pada 7 Juli 2023.
Menurut budayawan Sunda Miranda H Wihardja, ini diyakini sebagai warisan Raja
Sunda ke-20 Srijaya Bupati, “prasasti ini adalah cikal bakal penanggalan dalam
kalender Sunda. ”
Lebih jauh menurut Miranda H Mihardja: “Prasasti Sang Hyang
Tapak berdasarkan tulisan Ali Sastramidjaja, adalah salah satu penanggalan
lengkap dibandingkan batu prasasti lainnya, sehingga Abah Ali meneliti kalender
Sunda, mengambil, mengkonversi dari penanggalan prasasti Srijaya Bupati itu."
Masih kata Miranda H Mihardja kini prasasti itu berada di
Museum Nasional Republik Indonesia. Melalui
peringatan kali ini, dirinya bersama pihak lain dapat melestarikan seni dan
kearifan lokal, “kita harus ingat akan asal-usul. Saya bukan ahli prasasti,
tapi dasarnya sistem penanggalan dari prasasti ini tidak salahnya kita
mengetahui pesan dan makna prasasti ini bagi kehidupan kita.”
Masih di tempat yang sama,
Pelaksana Kegiatan Bengkel Studi Budaya Elimayanti Padmawijaya mengatakan,
prasasti itu merupakan cikal bakal ditemukannya kembali kalender Sunda yang katanya
pernah hilang sekitar 500 tahun yang
lalu.
"Di prasasti itu jelas banget, Raja Sunda-nya
menuliskan tanggal, bulan dan waktu, semua ciri-cirinya sangat jelas,"
jelasnya.
Lebih lanjut kata Elimayanti, faedah dari kalender Sunda ini
mengandung manajemen waktu, “di mana kita harus begini, di mana kita harus
berjaga atauwaspada, di mana saatnya kita harus berjuang, harus berkarya, intinya
ada satu rumusan, dan leluhur kita sudah memberi wadah dan kita tinggal menjalankan.”
Kata Legislator Eni Sumarni DPD RI Jawa
Barat
Masih di lokasi yang sama, Anggota DPD RI Jawa Barat Eni
Sumarni mengapresiasi bahwa kehadiran kalender Sunda, dianggapnya sebagai mustika
dan kekayaan bagi suku Sunda. Menurutnya, untuk pelestarian dan
pengembangannya, butuh campur tangan pemerintah daerah.
"Bagi saya kalender ini luar biasa, ini harus
diabadikan karena belum booming ya, di bumi pertiwi. Termasuk di khazanah kasundaan
pun belum banyak diketahui orang. Ini baru dari kalangan internal budayawan
yang ingin kembali, kalender Sunda ini dihidupkan lagi," ujarnya sambil
memungkas –“Intinya, kita punya warisan tak benda yang baru selain angklung,
batik, pencak silat, nah ini kalender Sunda nanti kita kembangkan.”
Menurut Abah Landoeng (97) salah satu sesepuh Bandung yang
kini tinggal di Jalan Sentral Kota Cimahi dan hadir khusus ikut membahas fungsi
Kalender Sunda:
”Abah mengapresiasi ini para murid-murid Abah dulu waktu di
SMP di Kota Bandung tahun 1970-an, sekarang ada yang ngaguar kalender Sunda. Ini sangat bagus untuk pengembangan jati
diri bangsa, teruskan hingga mendapat bantuan dari pemerintah juga,” ujarnya
disela-sela menari bersama dengan seniman dan budayawan Jawa Barat Ottih
Rostoyati yang biasa disapa Ceu Otih. (HS)
Tidak ada komentar