Masyarakat Akademis Pertanyakan Program Gebrakan Rektor Baru UIN Bandung
Algivon.com -- Sudah dua bulan rektor baru UIN SGD Bandung Rosihon Anwar dilantik (11/08/2023), tetapi kampus itu masih adem-adem saja, tidak terdengar ada gebrakan program monumental, terutama program prioritas yang menjadi pembeda atau kelebihan dari rektor sebelumnya.
Entah
apa penyebabnya? Apakah rektor baru ini masih tenggelam dalam euforia
kemenangan, sehingga mengakibatkan kebingungan dan perasaan gelisah? Atau tidak punya ide, sehingga menunggu
ide-ide dari bawahan?
Masih
banyak pertanyaan lain, yang diduga menjadi penyebab tidak adanya inovasi dan
kebaruan sebagai penanda kemajuan yang mampu menghantarkan UIN Bandung ke pentas
nasional dan internasional, sesuai dengan visi UIN SGD unggul dan
kompetitif di ASEAN 2025.
"Saya
belum mendengar dan melihat program prioritas dan gebrakannya yang akan membawa
UIN Bandung lebih hebat lagi. Nampaknya biasa-biasa saja, hanya melanjutkan
program yang sudah ada,” kata salah seorang dosen UIN Bandung, belum lama ini.
Paling
tidak, lanjut dosen tersebut, ada peluncuran program monumental, sebagai
pembeda atau kelebihan dari rektor sebelumnya. Baik terkait dengan penguatan
sumber daya dosen, maupun penyediaan kualitas sarana dan prasarana dalam rangka
memberikan pelayanan kepada mahasiswa.
Atau
terkait dengan networking, dengan melakukan jalinan kerja sama, dalam rangka
mendukung terwujudnya internasionalisasi kampus, atau peningkatan kualitas
pembelajaran. “Kalau itu dianggap berat, yah, setidaknya ada rencana menertibkam
perparkiran yang semrawut di Kampus I UIN Bandung, atau apa sajalah,” jelas
dosen.
Ia
menjelaskan, amanah yang diemban Rektor tidak hanya sebuah kehormatan dan
berjanji akan bekerja dengan baik, tetapi juga mampu mengerahkan tenaga dan
pikiran untuk merealisasikan berbagai program, sebagaimana dituangkan dalam
visi misi yang disampaikan saat pencalonan rektor beberapa bulan lalu.
“Tapi
ingat apapun program yang mengarah UIN Bandung lebih maju, unggul, sejahtera,
atau peringkat satu se-nasional, harus harus sesuai dengan realita, bukan
pencitraan,” tegas dosen.
Salah
seorang guru besar menjelaskan, sivitas akademika mungkin menganggap perubahan
struktur, yang ditandai dengan
pelantikannya yang mencapai 235 jumlahnya, itu sebagai gebrakan Rektor baru. “Itu
biasa-biasa saja, bukan sesuatu yang luar biasa,” katanya.
Gebrakan
yang paling penting dan krusial, kata guru besar ini, misalnya kenaikan
remunerasi bagi dosen maupun tenaga kependidikan. “Itu baru luar biasa, karena
dampaknya akan dirasakan oleh orang banyak,” ujarnya.[ns]
Tidak ada komentar