Dari Diskusi ‘Mencari Pemimpin Pilihan Rakyat’ JMSI Jabar, Arfi Rafnialdi: Adab itu Harus Mendahului Ilmu
Algivon.com -- Walikota Bandung mendatang jangan terjebak pada
hal-hal yang teknis. Adalah benar pemimpin harus mampu memberi solusi atas
kemacetan, sampah, ataupun kesemrawutan PKL, namun jangan abaikan hal filosofis
pengembangan budaya dan peradaban.
Demikian paparan kandidat Walikota Bandung Arfi Rafnialdi,
Minggu (23/6/2024), saat menjadi narasumber pada Serial Diskusi Pilkada 2024
bertajuk "Mencari Pemimpin Pilihan Rakyat".
Acara yang digagas Jaringan
Media Siber Indonesia (JMSI) Jabar ini bekerjasama dengan PW Muhammadiyah Jabar, Perhimpunan
Indonesia Tionghoa (INTI) dan Kadin
Jabar. Diskusi akan berlangsung setiap hari Minggu petang, hingga awal
November 2024 mendatang.
"Pengembangan nilai adab dan budaya kerap diabaikan
oleh para pemimpin. Padahal saya meyakini, adab itu harus mendahului ilmu.
Karena pembangunan mestinya berakar dari budaya dan identitas warganya,"
kata Arfi yang mendapat surat tugas dari DPP
Partai Golkar untuk meraih dukungan sebagai Calon Walikota Bandung.
Tertib, Aman,
Holistik …
Sedangkan Ketua INTI
Jabar Leon Hanafi menyebut, Kota Bandung membutuhkan pemimpin yang punya
visi budaya dan ekonomi mumpuni. "Kami dari etnis Tionghoa tak
mempermasalahkan siapapun yang akan jadi pemimpin di Kota Bandung, dari partai
manapun, dari etnis apapun. Namun hanya ingin hidup tertib, aman, damai dan
berusaha cari nafkah dengan tenang, seraya hidup berdampingan dengan etnis
apapun," katanya.
Dikatakan, pemimpin yang baik bukan sekadar mampu melayani
masyarakat. "Melayani saja tak cukup. Bahkan jangan sampai melayani mereka
yang parasit hanya meminta-minta bantuan dan proyek. Jangan sampai masyarakat
jadi manja. Buatlah agar masyarakat berdaya secara ekonomi, berbudaya dan
beradab."
"Kita harus punya akar budaya yang kuat. Kalau pemimpin
itu harus bisa merawat akar keadaban.
Kalau peradaban rusak, semua rusak. Jika nasyarakat tak beradab, itu tanda
pimpinan gagal. Selama ini pemimpin di
Kota Bandung tak merawat. Budaya
Sunda semakin disingkirkan," tandasnya.
Sementara itu, Sekretaris
PW Muhammadiyah Iu Rusliana, menyoroti soal penanganan PKL yang belum
optimal di Kota Bandung, sehingga berharap ada Walikota yang concern mengatasi hal ini.
"Para PKL memang sareukseuk,
sumber kekumuhan. Tapi mereka adalah manusia-manusia yang harus diberdayakan,
diberi ruang untuk mengembangkan usahanya. Jangan sampai mereka hanya
dikejar-kejar untuk ditertibkan, tapi urusan perutnya diabaikan," tandas
Iu.
Walikota mendatang, lanjutnya, seyogianya mampu membuat
konsep yang holistik yang
meningkatkan harkat dan martabat PKL,
namun sekaligus menjadikan kota ini bersih, tertib, indah. (HS/JMSI Jabar)
Tidak ada komentar