Kecerdasan Buatan Pada Budidaya Lobster Untuk Mendukung Food Sustainibility

O P I N I  






Oleh : Buntora Pasaribu dan Rita Rostika

Kelompok Kepakaran Budidaya Perikanan, Departemen Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan  Universitas Padjadjaran

 

 

Algivon.com -- Produksi perikanan Indonesia dari sektor budidaya belum menunjukkan stabilitas produksi dan peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2018, produksi perikanan budidaya Indonesia berada di angka 15,7 juta ton. Produksi perikanan Indonesia terus menurun dari tahun 2018 hingga tahun 2020. Selanjutnya  produksi perikanan budidaya ini menurun ke angka 14.8 juta ton Dari tahun 2020 menuju tahun 2022 produksi perikanan Indonesia relatif stagnan, sedangkan pada tahun 2021 produksi perikanan hanya meningkat 0,18%, dan produksi tahun 2022 meningkat 1,57% jika dibandingkan tahun 2020.  Produksi perikanan dari tahun 2022 ke tahun 2023 meningkat lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya dengan peningkatan produksi sebesar 11,54%. Pada tahun 2023, produksi perikanan budidaya Indonesia mencapai angka 17 juta ton. Meskipun produksi perikanan di tahun 2023 merupakan produksi perikanan tertinggi dalam 5 tahun terakhir, angka tersebut belum mencapai target RENSTRA KKP 2020-2024 yaitu di angka 20,06 juta ton.

Sistem akuakultur meliputi 4 pilar yakni sumber daya alam, sumber daya manusia/institusi, input sarana produksi/infrastuktur dan  ilmu pengetahuan/teknologi. Agar mencapai target sebesar 20,06 juta ton,  maka saat ini dibutuhkan selain sarana produksi perikanan juga dibutuhkan campur tangan Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligent. 

Dari aspek yang berkaitan dengan Manajemen Kesehatan antara lain adalah Observasi Fish Behavior atau Observasi Fish Habit.  Saat ini penulis sedang menyelesaikan suatu  alat yaitu Smart Lobster Culture yang dapat membantu pembudidaya khususnya pembudidaya lobster yang akan diketahui Feeding Habitnya, ini penting agar mengetahui bagaimana tingkah laku lobster saat diberi pakan.

Telah dilakukan perakitan untuk  mendukung Smart Lobster Culture/SLC  yang terdiri dari monitor, main server, camera bawah air, Pembangkit Listrik Tenaga Surya dan lain lain

 

Gambar 1.  Main server (atas kiri), kamera CCTV bawah air (atas kanan) dan hasil penampakan di layer monitor Smart Lobster Culture versi 1.0 (bawah).

 

Hasil pengamatan food and feeding habit adalah sebagai berikut

Panulirus homarus, juga dikenal sebagai lobster pasir, merupakan krustasea omnivora yang memakan berbagai macam makanan, antara lain: moluska, cacing, bulu babi, bintang laut, ikan, makroalga, krustasea kecil, dan detritus.

Lobster adalah pemakan oportunistik dan umumnya memakan makanan segar, namun mereka juga dikenal kanibal. Mereka paling aktif di malam hari, dan perilaku makannya biasanya meliputi:

  1. Melihat makanan
  2. Menggenggam makanan dengan cakar dan kakinya
  3. Memecah makanan menjadi potongan-potongan kecil dengan cakarnya
  4. Memindahkan makanan ke mulutnya dengan rahangnya

Ketersediaan pakan dan tempat berlindung penting bagi kelangsungan hidup lobster. Jika hal ini tidak ada, lobster bisa menjadi lebih kanibal, yang dapat menyebabkan banyak kematian di dalam wadah yang terkendali.

 

Hasil Pengamatan pemberian berbagai jenis pakan alami

Telah dilakukan  pemberian pakan alami dimana respon lobsternya adalah sebagai berikut :

              Tabel 1. Respon pemberian berbagai jenis pakan alami /bobot pada  lobster (gram)

perlakuan

A (pakan alami teri 80 %)

B (pakan alami teri 100%)

C (pakan alami rebon 80 %)

D (pakan alami rebon 80 %)

To

64

64

64

64

Hari ke 10

85,2

87,9

87,5

86,6

Hari ke 20

99,7

102,5

101,8

103,1

Hari ke 30

116,4

122,3

117,1

121,3

Hari ke 40

125,1

125,4

124,5

129,1

Delta bobot

61,1

61,4

60,5

65,1*

Keterangan : tanda bintang dibelakang angka menunjukkan data yang berbeda nyata dibandingkan dengan yang lainnya

 

Berdasarkan data pada Tabel 1, tampak bahwa bobot lobster setelah 4 x 10 hari/ bobot dikenai perlakuan pakan alami berbeda,  ternyata sama respon pertumbuhannya.  Gambar diagram batang terdapat pada Gambar 2.



Gambar 2.
  Diagram batang pertambahan bobot lobster pada perlakuan A,B,C dan D

 

Dari Gambar tersebut tampak bahwa setiap perlakuan diukur bobotnya maka terdapat peningkatan signifikan, hal ini menunjukkan bahwa pakan alami yang diberikan mampu terkonversi menjadi daging lobster.  Terjadi pembesaran signifikan pada perlakuan D yaitu pemberian udang rebon dengan delta bobot 65,1 gram (Tabel 1).

 

 

PENUTUP

Terjadi pembesaran signifikan pada perlakuan D yaitu pemberian udang rebon dengan delta bobot 65,1gram (food habit).

Data feed habit lobster  yang terpantau adalah lobster merupakan pemakan yang aktif malam hari (nocturnal) dengan kebiasaan memakannya yakni : melihat makanan, menggenggam makanan dengan cakar dan kakinya, memecah makanan menjadi potongan-potongan kecil dengan cakarnya dan memindahkan makanan ke mulutnya

Harapan penulis, semoga tambahan informasi ini dapat bermanfaat secara significan utamanya bagi para pembudidaya lobster. Selamat berkarya. (HS/RR).

 

Kecerdasan Buatan Pada Budidaya Lobster Untuk Mendukung Food Sustainibility  Kecerdasan Buatan Pada Budidaya Lobster Untuk Mendukung Food Sustainibility Reviewed by Harri Safiari on 13.23 Rating: 5

Tidak ada komentar