Kualitas Air pada Budidaya Indoor Lobster Pasir Secara Manual dan Aplikasi Kecerdasan Buatan
O P I N I
Oleh : Buntora Pasaribu dan Rita Rostika
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
Algivon.com -- Pengembangan
budidaya lobster yang baik dan menguntungkan adalah yang menghasilkan produksi lobster dengan survival
rate dan laju pertumbuhan yang baik.
Saat ini di pembudidaya lobster di Lombok, angka Survival Rate Lobster
berkisar 40-50 % (Priyambodo, 2021, komunikasi pribadi). Tantangan terbesar saat ini selain pakan yang
sesuai dengan food dan feeding habit, juga konstruksi submerged
cage yang belum sesuai dengan situasi di Indonesia. Menurut Rostika (2020) konstruksi Keramba Jaring Apung (KJA) yang ada
saat ini menyulitkan operator KJA untuk manajemen kualitas air sehingga ini salah
satu faktor yang membuat kematian lobster
menjadi tinggi. Oleh sebab itu dirancang submerged cage dengan
beberapa modifikasi yang membuat operator KJA lebih mudah juga pertumbuhannya lebih baik. Saat ini banyak dilakukan budidaya lobster di
kolam indoor dari Benih Bening Lobster (BBL) sehingga didapatkan ukuran lobster remaja, yakni sekira 30
gram.
Ramalan tentang
potensi dimana ikan laut demersal berada,
baik di web pemerintah maupun swasta adalah menggunakan parameter suhu
permukaan laut dan populasi khlorofil , tetapi khusus untuk untuk lobster (Panurilus
sp) hal ini tidak dapat dilakukan, karena habitat lobster adalah di karang
sehat di dasar laut dangkal dan pakan alaminya pun berada di sekitar
karang. Saat ini banyak yang melakukan budidaya
lobster dilakukan di kolam indoor dengan pertimbangan kemudahan mengelola dan
jaminan kualitas air yang sesuai dengan kondisi di alam, selain kemudahan untuk
monitoring perubahan fase lobster yang didahului dengan peristiwa molting. Budidaya kolam indoor juga dapat mengurangi
resiko kematian akibat gagal molting dan kanibalisme.
Ini akan
memudahkan para pembudidaya maupun stake
holder termasuk pemerintah, untuk memanfaatkan informasi ini, agar dapat
mengelola sumberdaya lobster dengan bijak dan berkelanjutan, terutama dari sisi
kualitas air.
Permasalahan bagi
masyarakat pembudidaya wadah lobster dalam KJA apalagi yang dibenamkan di laut
menyulitkan pengaturan/pengelolaan kualitas air, sementara air/media yang
berkualitas merupakan salah satu prasyarat budidaya lobster. Berikut ini adalah kualitas air yang baik
berdasarkan SNI 8116 (2015) dan SNI 8228-6 (2022).
no |
parameter |
satuan |
nilai |
1 |
Suhu |
oC |
25-30 |
2 |
salinitas |
ppt |
30-35 |
3 |
pH |
- |
7-8.5 |
4 |
DO |
ppm |
Minimal 4 |
5 |
kecerahan |
M |
Minimal 2 |
6 |
ammonia |
mg/l |
<1 |
Angka-angka ini
didapat dari pengukuran dan pemeriksaan pada media air laut, suhu menggunakan termometer
di permukaan air dan di dasar wadah, dilakukan pagi dan sore hari, pH air laut
diukur menggunakan pH meter. Kecerahan air diukur menggunakan sechii disk, salinitas
menggunakan refractometer/salinometer, DO diukur menggunakan DO meter,
sedangkan ammonia diukur menggunakan Water Quality Test Kit. Saat ini pada SNI
Budidaya lobster no 8228-6 (2022), ditambahkan syarat minimal keberadaan logam
berat di peerairan yaitu sebagai berikut.
no |
Parameter |
Satuan |
Baku Mutu |
1 |
Raksa (Hg) |
mg/l |
Maks 0,001 |
2 |
Cadmium (Cd) |
mg/l |
Maks 0,001 |
3 |
Timbal (Pb) |
mg/l |
Maks 0,001 |
Untuk
menghadapi berbagai tantangan terkait kualitas air, diperlukan sebuah inovasi
terutama yang relevan dengan perkembangan teknologi saat ini. Salah satunya
adalah pemanfaatan AI (Articial Intelligence) sebagai solusi masa kini
dalam menghadapi tantangan pada budidaya ikan tersebut. Melalui pemanfaatan AI
yang baik akan mempermudah pembudidaya dalam melangsungkan budidayanya, sehingga efektivitas
dan efisiensi kegiatan akan semakin mudah untuk tercapai. Dalam penerapannya
perusahaan asal kanada, ReelData AI telah membuat suatu langkah yang penting
dalam pengembangan budidaya ikan/lobster diantaranya ialah ReelApetite yang
berperan dalam memantau dan menyesuaikan konsumsi serta penyediaan pakan, dan
ReelBiomas yang berperan dalam memberikan data perkiraan distribusi ukuran dan
berat.
Selain itu
perusahaan Umitron Corporation yang berbasis di Tokyo juga telah berfokus pada
pemanfaatan teknologi Ai dalam budidaya perikanan. Sistem pada Umitron
memanfaatkan pemantauan perilaku berenang pada ikan secara real-time dalam
upaya mengambil keputusan mengenai kapan dan berapa banyak pakan yang akan
diberikan. Beberapa inovasi tersebut tentu sangat membantu para pembudidaya
dalam memaksimalkan hasil panennya, dimana ReelApetite dapat membantu peternak
dalam menyesuaikan pakan yang akan mereka berikan pada ikan di setiap harinya,
sehingga peternak tidak melakukannya lagi secara manual dan kesalahan dalam
pemberian pakan dapat dihindari. Selain itu pembudidaya dapat memperkirakan
apakah pertumbuhan ikan yang mereka budidaya sesuai dengan umur ikan tersebut
sehingga ketika terjadi sebuah kejanggalan dalam pertumbuhannya dapat diketahui
dan dicari solusinya dengan segera.
Selain itu untuk
mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan air, saat ini telah dikembangkan
kamera bawah air. Teknologi ini bekerja
dengan cara merekam gambar atau vidio
untuk digunakan pada lingkungan gelap dan keruh. Teknologi ini sangat cocok
digunakan pada budidaya lobster yang bersifat nocturnal. Pemantauan yang
dilakukan juga dapat dilakukan secara 2D dengan bantuan kamera bawah air plus
lampu, yang disimpan di dasar cage. dengan
adanya teknologi kamera bawah air plus lampu ini akan mempermudah pembudidaya untuk menganalisis keadaan ikan dalam cage tanpa
harus mengurasnya terlebih dahulu sehingga efisiensi dalam penanganan
permasalahan yang mungkin terjadi saat budidaya dapat teratasi dengan baik.
Dengan perkembangan beberapa teknologi AI tersebut permalasahan yang mungkin
dialami oleh pembudidaya memungkinkan untuk dikurangi, bahkan tujuan utama dalam keefektifan dan
keefisiensian dalam budidaya dapat terwujud, karena semua hal yang berkaitan
dengan pemantauan cage, pemberian pakan, pengecekan keadaan lobster dapat
dilakukan dalam satu waktu dan tentunya tidak membutuhkan terlalu banyak tenaga
manusia, hanya perlu pemahaman mengenai pemanfaatan teknologi AI tersebut sehingga
angka mortalitas lobster dapat ditekan serendah mungkin yang membuat hasil
panen menjadi maksimal dan kebutuhan akan lobster di masyarakat tercukupi.
Artificial Intellegent “Smart LobsterAquaculture Monitoring System Culture” versi 1 yang telah dikembangkan penulis di FPIK Universitas Padjadjaran, adalah sebagai berikut.
Saat ini sistem tersebut dapat di buat berdasarkan
sistem kendali yang berbasis Artificial Intelligence (AI).
Block Diagram Proposed System For Smart Lobster Aquaculture versi 1.0 terdapat pada gambar berikut.
Gambar Block
Diagram For Smart Lobster Aquaculture versi
1.0
Berikut
ini adalah hasil pengamatan AI 2 dimensi.
Gambar Hasil Pengamatan AI Smart Lobster
Aquaculture Versi 1.0 (2 Dimensi)
Masa Depan
AI Dalam Budidaya Lobsteer
Meski memiliki
kekurangan, penulis yakin bahwa penggunaan AI dalam kegiatan budidaya perikanan
dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan efisiensi dalam rangka
meningkatkan keuntungan atau benefit.
Di masa depan, AI dapat
digunakan untuk mengotomatisasi berbagai tugas dalam budidaya ikan, mulai dari
pemberian pakan, pemantauan kesehatan ikan hingga pengelolaan kualitas air. AI juga dapat digunakan untuk mengembangkan
program reproduksi baru yang dapat menghasilkan lobster yang lebih tahan
terhadap penyakit dan tumbuh lebih cepat.
Penggunaan
AI dalam budidaya lobster berpotensi membuat industri ini lebih efisien,
berkelanjutan, dan menguntungkan. Seiring dengan perkembangan teknologi AI,
sangat mungkin bahwa AI akan menjadi bagian penting dari budidaya lobster di
masa depan. (HS/RR).
Tidak ada komentar