Abah Landoeng & Raihan Tahorvet Dwikora, Masuk Dutch Resistance Museum, serta Apresiasi Komandan Pussenif TNI AD, Letjen TNI Iwan Setiawan

 

LAPORAN KHAS

 



Abah Landoeng ditengah-tengah komunitas Paguyuban BANDUNGARIUNG di D'Botanica Mall di Jalan Dr Djunjunan Kota Bandung (9/4/2025). 


 


Algivon.com --  Ini sepenggal kisah sosok Abah Landoeng yang juga dikenal dengan nama Landung Soewarno, pria kelahiran Bandung 11 Juli 1926. Ia dikenal cukup menonjol dalam berbagai aktivitas kemanusiaan selama hidupnya, walaupun dilakukan secara low profile. Nah, termaktub dalam reportase singkat kali ini, ada dua fokus kegiatan utama Abah Landoeng sejak September 2024.  

 

Pertama, Abah Landoeng di antaranya berkat dorongan dari rekan-rekannya yang tergabung dalam Jurnalis Bela Negara (JBN), telah meraih Tanda Kehormatan Veteran (Tahorvet) RI dari Menteri Pertahanan RI. Abah Landoeng sekitar Maret 2024 memperoleh Tahorvet RI (Dwikora) yang langsung diserahkan oleh Kasubdit Minvet Daivet Ditjen Pothan Kemhan RI, Kolonel Inf Subarda Triwahyudi di rumahnya di Jalan Sentral Gang Jameng V No. 38, Cimahi, Jawa Barat.

 

“Setelah diurus berkali-kali di Kota Bandung dan melalui LVRI Jabar, juga kami ke Jakarta secara mengejutkan Pak Kolonel Inf Subarda dari Kemhan langsung menyerahkan Tahorvet itu, beserta urusan administrasinya,” jelas Abah Landoeng seusai dirinya didaulat mengisi acara Halalbihalal di Paguyuban BANDUNGARIUNG (9/4/2025) di D’Botanica Mall (BTC) Jl. Dr. Djundjunan No. 143 – 149 Bandung.

 

Abah Landoeng dalam acara halalbihalal di D’Botanica Mall yang kerap dipandu oleh Martin B Chandra,Perry Tristianto, dan Chandra Tambayong,dan biasa digelar setiap Rabu malam, yang biasa dihadiri ratusan anggotanya yang selalu guyub dalam keberagaman, menjelaskan secara ringkat pencapaian dalam 3 bulan terakhir berupa Tahorvet RI diusia senja 99 tahun:


 


Membedah pengalaman Abah Landoeng via buku The Former Dutch Colonies From World War Two to Independence terbitan Dutch Resistance Mususeum Tahun 2025. 



“Yang mengejutkan buku dari Dutch Resistence Museum yang di antaranya memuat sedikit kisah Abah selama Romusha tahun 1942, terbit dan ada di tangan Abah. Melalui ini Abah hanya berpesan ke generasi muda, betapa beratnya perjuangan kita memerdekakan diri dari penjajahan Belanda dan Jepang. Makanya Dasa Sila Bandung melalui KAA 1955 itu sangat penting kita sebarkan. Tugas kita, kini mengisinya dengan segala kebaikan. Termasuk berlaku jujur dan hidup sederhana,” ujarnya disela-sela banyaknya apresiasi dari para hadirin halalbihalal kala itu.  

 

Diketahui melalui buku setebal 95 halaman (full Color) berjudul The Former Dutch Colonies From World War Two To Independence, dikenal sebagai katalog tentang bekas jajahan Belanda di Museum Perlawanan (Dutch Resistence Museum) di Amsterdam, Belanda. Kabarnya, sejak museum ini dibuka pada tahun 2024, telah menarik perhatian selain warga Belanda juga Eropa dan Amerika. Memasuki musesum yang memasang tanda masuk sekitar Rp 300 ribuan per orang, di antaranya memuat kisah ekslusif yang amat kelam dari kehadiran penjajah Jepang di koloni Hindia Belanda era 1942 – 1945, bukti-bukti kekejaman di kamp interniran, penodaan wanita oleh tentara Jepang, serta aneka kronik kelam dan kebusukan lainnya. Katanya, di satu sudutnya malah ada audio visual hasil wawancara jurnalis Belanda dengan Abah Landoeng, ini berkisah tentang nuansa kelam dirinya dan keluarganya menghadapi masa penjajahan Belanda dan Jepang.           

 

Solihin GP & Ridwan Sulandjana

 

Selanjutnya, sepenggal kisah kedua tentang Abah Landoeng yang juga dikenal sebagai inspirasi kisah guru ‘OemarBakri’ SMPN 2 Kota Bandung (1956 – 1996), termasuk di antaranya penyanyi balada Iwan Fals  atau Virgiawan listanto bersekolah pada era 1980-an.

 

Abah Landoeng kepada redaksi masih selama di D’Botanica Mall juga mengucapkan secara khusus untuk penerimaan Tahorvet Dwikora ini,”selain kepada JBN Jabar, tak dapat dilupakan peran almarhum Mang Ihin atau Solihin GP (mantan Gubernur Jabar 1970 – 1975), kami bersama-sama bergiat di DPKLTS (Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda) sejak tahun 2001,” ujarnya.

 

“Selain Pak Solihin GP tentu atas dorongan dari Mayjen TNI (Purn.) Ridwan Sulandjana, Anggota WANTIMPUS LVRI yang sebelumnya juga pernah jadi Ketua DPKLTS, hingga diteruskan oleh Mayjen TNI (Purn.) Dedi Kusnadi Thamim. Tak kalah pentingnya saya ucapkan untuk Ketua LVRI Jawa Barat, Mayjen TNI (Pur) H. Nandang Herawan, M.Sc bersama jajarannya,” kata Abah Landoeng dengan gesture takzim.

 

Apresiasi Komandan Pussenif TNI AD, Letjen TNI Iwan Setiawan

 

Sesi berikutnya, Komandan (Pusat Kesenjataan Infanteri) Pussenif TNI AD, Letnan Jenderal TNI Iwan Setiawan, disela-sela acara silaturahmi dan olahraga bersama insan wartawan (10/4/2025) di Lapangan  Tennis Pussenif di Jalan Supratman Kota Bandung, yang hari itu turut dihadiri Abah Landoeng sebagai ‘special guest’ yang pertemuan sebelumya sempat beberapa kali tertunda.  

 


Abah Landoeng (kedua dari kiri) berbincang akrab bersama sang tuan rumah Komandan (Pusat Kesenjataan Infanteri) Pussenif TNI AD, Letnan Jenderal TNI Iwan Setiawan, (10/4/2025).



“Ini Abah Landoeng sebagai sesepuh kita, amatlah luar biasa kiprahnya, saya malah ingin segera berkunjung ke rumahnya di Cimahi sana. Kita botram di sana,” ujarnya sambil menambahkan –“Kalau perlu kita rayakan nanti ulang tahun Abah menjelang 100 tahun pada 11 Juli 2025 ini, di sini saja di Pussenif.”

 

Kepada redaksi Abah Landoeng mengatakan bahwa sosok Letjen Iwan Setiawan yang kelahiran tahun 1968, lulusan Akmil 1992 dan lulus SMAN 1 Margahayu tahun 1988, bukanlah siapa-siapa. “Bersama Pak Solihin GP dan rekan-rekan lainnya, justru telah lama mengamati hingga prospek ke depannya, ya hari ini baru Abah bisa bertemu secara langsung. Intinya, kami saling respek-lah,” ujarnya.



              Komandan (Pusat Kesenjataan Infanteri) Pussenif TNI AD, Letnan Jenderal TNI Iwan Setiawan, (T Shirt merah)                                                   membangun kebersamaan dengan para pegiat pers (10/4/2025). 

 


Pantauan redaksi Iwan Setiawan kepada para wartawan yang salah satunya hari itu menyatakan mohon maaf sebesar-besarnya atas peristiwa penyalaan kembang api pada Selasa malam (8/4/2025) lalu di Lapangan Pussenif, terkait berita meninggalnya legenda penyanyi/komposer Indonesia Titiek Puspa  

 

“Saya dan jajaran ucapkan turut berbelangsungkawa yang sedalam-dalamnya atas kepergiannya,” ujarnya yang sesaat kemudian menyanyikan Hymne Komando ciptaan Titiek Puspa dengan suara lantang dan penuh penjiwaan:

 

Sigap nan tegap waspada dan wibawa // Prajurit Komando berjiwa Satria // Bagi Nusa Bangsa dan Negara // Pantang kan menyerah di medan laga //

 

Penutupnya, seperti biasa setelah acara olahraga tenis Iwan Setiawan melanjut acara menyanyikan secara live full hits dari artis pop Sunda Doel Sumbang, yang diiringi special dancer dengan tariannya yang khas.

 

Jadi benar, seperti kata beberapa perwira di jajarannya sebelum Iwan Setiawan tiba di acara ini, ia mewanti-wanti, “kehadiran bapak nanti dipastikan akan membuat suasana di antara kita menjadi bergetar,” ujarnya. Ternyata benar adanya hampir satu jam lebih sejak pukul 15.00 WIB hari Kamis itu, jamuan Iwan Setiawan terhadap para tamunya para pegiat media, meninggalkan kesan mendalamdengan  -  “Berhadapan dengan Pak Jenderal Iwan Setiawan, seperti dengan warga biasa saja layaknya orang Sunda, suka ngabodor dan someah ka semah,” seru Iwan Gunaesa seorang pegiat media yang diiyakan oleh beberapa rekannya. (Harri Safiari).      

 

Abah Landoeng & Raihan Tahorvet Dwikora, Masuk Dutch Resistance Museum, serta Apresiasi Komandan Pussenif TNI AD, Letjen TNI Iwan Setiawan Abah Landoeng & Raihan Tahorvet Dwikora, Masuk Dutch Resistance Museum, serta Apresiasi Komandan Pussenif TNI AD, Letjen TNI Iwan Setiawan Reviewed by Harri Safiari on 18.53 Rating: 5

Tidak ada komentar